Articles by "cerpen"
Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan
Cerpen - Di Tengah Debu Dunia - Karangan: Agung Gunawan ||| “Ah. tanggal 30 September” ujar Andi dalam hati sembari melirik kalender yang berada tepat di samping ibunya, ini berarti ia telah berada di tempat itu selama satu minggu tepat.
“ma, aku sayang mama” suara lirih Andi yang terbaring lemah di tempat tidur di salah satu ruang rumah sakit. Mata ibu Marsih mulai bergelinang, ia memeluk tubuh anaknya yang terlihat lemah ditunjang oleh alat bantu kesehatan yang dipasang hampir di semua anggota tubuh anaknya, “anak mama sayang, anak mama kuat kok, mama sayang Andi”.
Cerpen - Misteri Hutan Horrowitch dan Hantu Tanpa Wajah - Karangan: Bimo Setiawan ||| Aaaaaahh…!, sebuah teriakan terdengar amat keras dari sebuah kamar. Bergegas aku lari menghampiri asal suara itu. Setibanya aku disana, telah banyak orang berkerumun di depan pintu kamar asal teriakan tadi. Beberapa mencoba memutar gagang pintu itu, namun pintu itu tak sedikitpun bergeming, terkunci.
Cerpen - Anak Misterius yang Baik Hati - Karangan: Luthfia Zahra Larosa ||| “Audreyyy..!!”, terdengar suara seorang gadis berteriak memanggil nama temannya. Namanya adalah Licia. “Apa..?”, jawab temannya yang bernama Audrey Angelica. “Ih, sombong banget sih, kamu..?!”, “Ya ampun Cia, aku mau pulang tahu..!!”, jawab Audrey kesal. “Oh ya sudah, nanti aku telfon kamu aja deh..!”, ujar Licia kembali. Audrey hanya mengangguk pelan. “Aku duluan,ya..!”
Cerpen - Cinta Bersemi Di Musim Semi - Karangan Baiq Mega Yustika Kharomah |||  Bersemi di Musim semi saat Phiilophen Flowers Bersemi

Mentaripun mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur. Dengan warna orange yang menyegarkan, gue sambut ceria hari demi hari yang gue jalani.
Hari ini adalah hari menyedihkan bagi gue, ya! Sekarang adalah hari wisuda kelas 9 SMP Liverstone International School. Salah satu idola gue, akan pergi begitu saja. Ya, seseorang yang selalu buat gue tetap tersenyum ketika melihatnya.
Cerpen - THE WANTED?! - Karangan: Noviana Kusumawati ||| Pagi ini di perempatan sebuah jalan. Tempat kejadian perkara tewasnya seorang ibu pejalan kaki yang menjadi korban tabrak lari minggu dini hari masih di pasang garis kuning polisi. Ada sekitar 5 orang polisi yang sedang bertugas melakukan penyelidikan. Para wartawan terlihat sibuk mengabadikan setiap detail TKP dengan jepretan kamera mereka. Ada juga yang sedang meminta keterangan polisi mengenai kronologi pasti kejadian. Tapi sampai saat ini polisi baru memberikan penjelasan sementara bahwa ini termasuk dalam kasus tabrak lari.
Cerpen - Jika Kamu Tahu - Karangan:Zenitha Sinta ||| Tatapannya nanar, nafasnya terasa berat seketika. Berdiri tegak dengan pelengkap kerapuhan untuk kemudian berusaha ditutupinya. Perlahan, air matanya memanas, tetapi sekuat tenaga ia tahan hingga dadanya terasa membuncah merasakan kepahitan yang begitu menyiksa. Hatinya terasa sakit, tidak menerima kenyataan dimana ia lihat secara langsung. Di depannya terpampang pemandangan yang baginya begitu menyesakkan. Sepasang manusia menunjukkan saling mengagumi dan mencintai. Kakinya yang sedari tadi terasa kaku, perlahan ia gerakkan. Berusaha sejauh mungkin menghindari hal-hal yang menjadikan ia semakin terpuruk.
Cerpen - Hujan Membawa Cinta - Karangan: Faida Rizki Ayuningrum |||
Dibawah rintik hujan,Aravita berjalan tanpa arah. Dia hanya mengikuti kemana kaki nya melangkah,tidak mempunyai tujuan yang pasti. Dia hanya berbekal pakaian yang melekat ditubuh nya,yang sudah basah kuyup.
“Jadi,selama ini kamu udah mempunyai tunangan? Aku gak nyangka,kamu setega ini! Selama ini,aku mengira kamu adalah pasangan terakhir ku,kamu yang terbaik untukku! Nyatanya? Bullshit! Persetan kamu!”
Cerpen - Cinta, Mati - Karangan: Threequrniia Kholil ||| Halo, namaku aleya, biasa dipanggil ale. Aku rasa aku adalah salah satu manusia yang beruntung yang hidup di muka bumi ini. kenapa begitu? Karena aku mempunyai orang-orang yang sangat aku cintai. terutama keluarga, aku masih mempunyai keluarga yang lengkap. Selain itu aku juga mempunyai teman-teman yang sayang dengan aku. dan satu lagi aku mempunyai pacar sekaligus sahabat yang sangat mencintai aku dengan tulus dan apa adanya. Walaupun umurku dengan pacarku beda 1 tahun lebih tua aku. Mungkin kalo orang melihat aku, aku terlahir sebagai wanita yang sempurna yang pernah dilahirkan dibumi ini. karena memang aku tidak pernah sedikit pun memperlihatkan kesedihanku kepada semua orang yang ada disekeliling aku.
Cerpen - Hafsah dan Replika Purnama - Karangan: Amir Hifzillah ||| Seperti biasa, langit yang cerah tak memberikan isyarat apapun tentang sesuatu yang akan terjadi hari ini. Kepulan asap dari permukaan secangkir teh seakan menari mengiringi waktu santai di akhir pekan. Rupanya hawa sejuk di desa ini membawa khayalanku melayang, kumantapkan niat untuk tetap mengisi hari libur ini dengan bersantai di rumah. Dem melepas penat kurebahkan tubuh pada kursi yang terletak di teras rumah. Sesekali aku menyeruput teh dalam cangkir mungil buatan ibu. Aroma yang sangat cocok untuk menemaniku dalam suasana seperti ini. Tak berselang lama aku dikagetkan oleh seseorang.
“Selamat pagi, han!
Cerpen - Surat Misterius - Karangan: Vebby Hillary Classe ||| Langit indah di penuh bintang, malam hari yang indah, aku duduk di balkon rumah dengan keripik kentang, laptop, handphone dan sebuah kopi dingin di sebelahku. Handphoneku berdering, kulihat handphoneku, nomor tidak dikenal. Oh.. ini private number, aku pun membiarkannya. Sampai aku kembali ke kamarku untuk tidur.
Cerpen - Rindu Si Anak Pemulung - Karangan: Vivi Afri Oviani ||| Entah apa yang sedang dia fikirkan, aku tidak tahu. Sedari, sejam yang lalu dia hanya duduk dan terus memperhatikan langit. Aku mencoba untuk memperhatikan juga apa kira-kira yang sedang diperhatikan anak itu. Aku mencoba memandang lebih dekat berusaha agar menemukan satu titik yang sekiranya apa yang ku lihat adalah apa yang sedang dilihat anak itu. Tetapi aneh. Yang ku lihat di depan sana hanya bentangan canvas biru ciptaan sang empunya langit. Malahan kini birunya langit sangat bersih, tanpa ada awan yang biasanya bergelantungan di sana.
Cerpen - Kenapa Harus Mencuri? - Karangan: Nadia Feranisa ||| “Assalamualaikum Bang Doni! Ini Maul, bang!”
Maulana berteriak memanggil Bang Doni, pemilik counter pulsa yang berada di depan Rumah Sakit Harapan Indah. Counter pulsa itu buka 24 jam dan di pagi buta Maulana sudah datang membawakan kue-kue buatan ibunya untuk dijual di sana. Hal itu memang merupakan kegiatannya setiap hari. Karena ia hanya hidup dengan ibunya semenjak ditinggal sang ayah untuk selama-lamanya.
“Wa’alaikum salam, iya sebentar”, Bang Doni yang masih memakai sarung menghampiri Maulana yang sudah 5 menit menunggu di depan.
Cerpen - Hal Yang Tidak Bisa Kukatakan - Karangan: Dea Tanneysa  
Hari itu, hari pertama ku di SMP. Aku sangat senang karena aku sekarang sudah SMP, teman baru, kehidupan baru, bahkan cinta pertama.. seseorang yang aku sangat cintai.. dia adalah sahabat baruku, Candra.
“intro?” ak mengirimkan chat ke dia.
“zzz, intro intro orang gue anak kelas sebelah, ngapain intro intro lagi” balas dari chat nya
“heh! orang gue chatnya baik baik! lah elu malah balasnya kasar kasar!” aku pun membalas dengan kasar.
“zzz emang gue betul!” dia pun balas dengan kasar

Cerpen - Janji Terakhir - Karangan Efih Sudini Afrilya - Pagi ini dia datang menemuiku, duduk di sampingku dan tersenyum menatapku. Aku benar-benar tak berdaya melihat tatapan itu, tatapan yang begitu hangat, penuh harap dan selalu membuatku bisa memaafkannya. Aku sadar, aku sangat mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia., meski dia sering menyakiti hatiku dan membuatku menangis. Tidak hanya itu, akupun kehilangan sahabatku, aku tidak peduli dengan perkataan orang lain tentang aku. Aku akan tetap memaafkan Elga, meskipun dia sering menghianati cintaku.
Panasnya terik matahari di pagi hari. Tak membuat anak-anak menjadi lemas tak berdaya. Mereka malah sangat bersemangat mengikuti upacara bendera Senin itu.
“Sesyl, dari tadi aku perhatiin kamu ngelihatin kak Rezky terus. Kamu suka ya sama dia.” ucap Cinta.
“Enggak kali. Siapa juga yang suka dia? Sok tau kamu mah.” ucap Sesyl mengelak.
“Alah kamu gak usah bohong. Cara pandang kamu ke dia itu udah beda. Kayak tatapan cinta gitu.”
“Aku bilang enggak ya enggak.” marah.
“Ya udah kalau kamu gak mau bilang. Aku gak maksa kok.”
Aku memandang muka bapak lekat lekat. Disana terlihat wajah kusam pertanda ia lelah. Seharian ini bapak sibuk mengguguri waktunya untuk mencari pekerjaan di ibu kota super kejam, aku menamainya begitu.
“Bapak, apakah hari ini ada yang menerima bapak untuk bekerja kuli panggul?”
“Belum ada nak, sabar saja ya. Bapak akan mendapatkan pekerjaan agar kamu dapat bersekolah” Muka bapak memunculkan kesedihannya. Kali ini aku tak mampu membendung air mata.
Pemuda bersurai cokelat madu itu sudah menunggu lebih dari satu jam. Kereta yang dijadwalkan tiba pukul sembilan lebih lima belas menit agaknya tidak tepat waktu. Kedua manik matanya bergerak was-was mengawasi sekitar. Suasana benar-benar sepi. Ia merasa satu-satunya calon penumpang yang menunggu kereta berikutnya. Ia mendengus kesal dan mendudukkan diri pada bangku tunggu warna merah yang sejak tadi menganggur. Ia menyembunyikan kedua tangannya dari keganasan udara malam yang dingin di dalam saku jaket.
Malam itu aku kembali menuju hotel yang berkamar di nomor 706, terdengar olehku suara gemercik air dari kamar 707 seperti ada seseorang yang sedang mandi tapi lampu kamar itu padam. Aku keluar dan mendekat ke pintu kamar itu untuk lebih mendengar suara dari kamar itu.
“Ada disini?” Tanya seorang OB yang cukup mengagetkan aku.
“enggak kok, Pak disini apa ada orangnya?”
“Enggak Dik” jawaban singkat itu terucap dari seorang pria separuh baya berseragam biru itu.
“Tapi pak, saya mendengar suara aneh dari kamar itu”
“Kau mungkin hanya berhalusiasi, sudah jangan mengganggu kerjaku!” kata OB itu sedikit marah kemudian terburu-buru meninggalkan kamar itu.