Cerpen - Di Tengah Debu Dunia - Karangan: Agung Gunawan ||| “Ah. tanggal 30 September” ujar Andi dalam hati sembari melirik kalender yang berada tepat di samping ibunya, ini berarti ia telah berada di tempat itu selama satu minggu tepat.
“ma, aku sayang mama” suara lirih Andi yang terbaring lemah di tempat tidur di salah satu ruang rumah sakit. Mata ibu Marsih mulai bergelinang, ia memeluk tubuh anaknya yang terlihat lemah ditunjang oleh alat bantu kesehatan yang dipasang hampir di semua anggota tubuh anaknya, “anak mama sayang, anak mama kuat kok, mama sayang Andi”.
Andi terlihat bahagia mendengar penuturan seorang wanita yang amat ia cintainya, wanita itu selalu menemani dan hampir tak pernah beranjak dari samping tempat tidurnya semenjak seminggu yang lalu ketika Andi dibawa ke rumah sakit. Namun hampir setiap kali Andi terbangun dari istirahatnya, ia selalu mendapati ibunya sedang menangis, entahlah apa yang ditangisinya.“ma, aku sayang mama” suara lirih Andi yang terbaring lemah di tempat tidur di salah satu ruang rumah sakit. Mata ibu Marsih mulai bergelinang, ia memeluk tubuh anaknya yang terlihat lemah ditunjang oleh alat bantu kesehatan yang dipasang hampir di semua anggota tubuh anaknya, “anak mama sayang, anak mama kuat kok, mama sayang Andi”.
Seperti biasa Andi mengusap air mata yang mengucur dari sisi-sisi kelopak mata ibunya, mata itu begitu indah bagaikan mentari yang senantiasa bersinar yang keindahannya tak akan hilang meski di tengah gelapnya malam. Andi memandang keluar jendela, ia melihat lambaian daun kelapa ditiup angin diiringi kicauan burung-burung yang seakan tengah menyanyikan lagu perpisahan. Sedetik kemudian Andi menyodorkan sebuah buku diary miliknya kepada sang ibu, ia ingat betul 4 bulan yang lalu ketika Andi pertama kali menuliskan sesuatu di buku diary itu. Pikirannya melayang jauh ke masa lalu, 4 bulan yang lalu ketika ia divonis oleh dokter bahwa dirinya mengidap penyakit kanker otak stadium akhir. Menurut penuturan dokter ia hanya mampu bertahan selama 4 bulan. Andi bahkan tak mampu menerima sebuah kenyataan yang harus diterimanya kini, bagaimana tidak, Andi hanya seorang bocah kecil yang berusia 10 tahun dan masih duduk di kelas VI sekolah dasar, bahkan ayahnya telah meninggal dunia ketika Andi berusia 7 tahun, betapa malangnya nasib Andi. Bahkan sekarang ia harus melawan penyakit yang ia derita.
Ibu marsih menyongsong tangan Andi yang tengah memegang buku itu dengan penuh bangga “ntar mama baca bukunya ya sayang, Andi mau mama ceritakan sebuah kisah motivasi nggak?” Andi terjaga dari lamunannya, Andi hanya terangguk manis mendengar pertanyaan ibunya itu, memang inilah kebiasaan ibunya yang amat mencintai Andi, mereka begitu dekat bahkan setiap malam sebelum Andi tidur ibu Marsih selalu membacakannya sebuah cerita motivasi atau kadang bercerita tentang dongeng “si kancil yang pintar” atau kadang ibu Marsih menceritakan sosok ayah Andi semasa beliau masih hidup, ia selalu bercerita bagaimana perjuangan ayahnya ketika memperjuangkan kehidupan kelurga mereka yang sederhana dan tinggal di sebuah gubuk reot berdindingkan anyaman bambu, namun ayahnya selalu berusaha dan tetap tegar memperjuangkan kehidupan keluarganya, dan inilah yang membuat Andi bangga mempunyai seorang ayah seperti dia. Ibu Marsih hanya akan berhenti bercerita ketika anaknya telah terlelap dalam pangkuannya, ia selalu mengakhiri ceritanya dengan sebuah kecupan kecil di kening Andi lalu membenahkan selimut dan bantal Andi. Terkadang Andi hanya berpura-pura tidur hanya karena merasa iba jika ibunya harus semakin lama bercerita di hadapannya, ia mengerti benar jika ibunya pastilah lelah setelah beraktifitas seharian. Maklum saja, sepeninggalan ayah Andi mereka hanya tinggal berdua dan bu Marsih harus menjadi seorang ibu sekaligus menjadi sosok seorang ayah bagi Andi. Andi selalu merasakan getar yang amat hebat dalam dadanya setiap kali ibu mengecup keningnya, Andi yakin ibunya amat sangat menyayangi dia.
Kali ini pikiran Andi tertuju pada apa yang ditulisnya dalam buku diary itu, sementara ibunya masih ‘ngoceh’ bercerita dengan semangatnya.
Di dalam buku diarynya Andi menuliskan bahwa dunia akan berakhir dalam waktu 4 bulan kedepan. Hari ini tanggal 30 Mei 2013, meski isu kiamat 2012 tidak benar-benar terjadi, akan tetapi ia yakin bahwa kiamat akan terjadi pada tanggal 30 September 2013. Beruntungnya manusia diberikan waktu untuk berbuat kebaikan dan mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal di akhirat nanti. 4 bulan, manusia benar-benar berlomba melakukan kebaikan, semua orang berubah menjadi baik, segala kebiasaan-kebiasaan buruk mulai mereka tinggalkan.
Lima menit telah berlalu, bu Marsih masih saja setia bercerita di hadapan Andi, namun pikiran Andi hanya tertuju pada apa yang ditulisnya dalam buku diary itu.
Hari ini tanggal 20 Juni 2013. Semua orang berbuat kebaikan, Andi melihat masjid-masjid dipenuhi tidak hanya oleh kaum-kaum tua, akan tetapi anak-anak muda yang beribadah memohon pengampunan dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Andi melihat diskotik yang sepi, tidak lagi dikunjungi oleh orang-orang yang sekedar ingin memuaskan dahaga mereka akan kenikmatan-kenikmatan sesaat. Tempat-tempat ibadah dipenuhi oleh jamaahnya masing-masing, semua orang menjaga silaturahmi serta rasa persaudaraan, tidak ada pertikaian, tidak ada permusuhan, karena sejatinya tiada guna bermusuhan apabila dunia akan segera berakhir.
Tanggal 8 Juli 2013, para pengusaha kaya yang biasanya sombong akan harta yang mereka miliki menjadi baik, bahkan mereka memberikan mobil-mobil dan harta mereka kepada orang miskin, para pengemis. Namun orang-orang miskin tidak mau menerimanya, menurut mereka untuk apalah harta, toh ketika dunia kiamat dan kematian menjemput mereka harta itu tidak akan berarti apa-apa.
23 Agustus, semakin dekat saja dengan hari kiamat. Para guru yang biasanya kejam, garang, serta hobi memberikan tugas dan PR kepada muridnya hanya membiarkan murid-muridnya untuk santai, bermain, berlari-larian, dan bersenang-senang. Menurut para guru, untuk apa mereka belajar apabila dunia akan segera berakhir. Bahkan keluarga yang hari-harinya selalu disibukan oleh urusan masing-masing menjadi rukun, damai, dan nyaman. Tidak ada lagi ayah yang selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya, tidak ada lagi seorang ibu yang sibuk dengan arisan-arisannya, takan ada lagi anak yang merasa dikerdilkan oleh kesibukan-kesibukan orangtuanya, tak ada lagi broken home, tak ada lagi KDRT, semua keluarga hidup rukun dan tenang. Bahkan tak ada lagi orangtua yang kejam terhadap anaknya, tak ada anak yang melawan kepada orangtuanya.
Tanggal 5 September 2013, kiamat akan terjadi dalam waktu kurang dari 1 bulan lagi. Semua penjahat bertobat dan menyerahkan diri kepada polisi, para teroris menyerahkan diri sehingga Densus 88 tak perlu bersusah payah lagi menyusun strategi untuk menangkap teroris yang kerap meresahkan masyarakat. Bahkan pejabat-pejabat yang korupsi dan merugikan Negara bertobat dan mengakui perbuatan-perbuatannya. Mereka berfikir untuk apa meresahkan, merugikan, menyengsarakan, bahkan mengambil harta yang sejati bukan hak mereka, toh sebentar lagi dunia akan segera berakhir dan mereka akan mendapat balasan atas perbuatan-perbuatan mereka.
Sepuluh menit segera berlalu, namun pikiran Andi masih saja tertuju pada karya tulisnya, Andi bahkan lupa bahwa ibunya masih bercerita di hadapannya, Andi tidak tahu apa yang ibunya ceritakan sejak tadi.
Tanggal 24 September 2013, dalam karya tulisnya yang terakhir Andi menuliskan bahwa semua yang ia tuangkan dalam karyanya hanyalah harapannya semata untuk dunia ini, Andi berharap dunia akan benar-benar nyaman dan damai seperti yang ia tuliskan dalam buku diarynya. Namun Andi sadar pada kenyataannya dunia tidak seperti yang ia harapkan. Tidak akan ada kiamat pada tanggal 30 September 2013, yang ada hanyalah akhir daripada semua kehidupannya.
Faktanya, masjid-masjid hanya diisi oleh para orang tua yang telah berusia lanjut, sementara anak muda disibukan oleh urusan-urusan dunia dan berfikir bahwa mereka akan hidup selamanya tanpa berfikir bahwa suatu saat kematian akan menjemput mereka dan mereka harus mempertanggung jawabkan apa yang mereka perbuat. Bahkan orang kaya semakin menyombongkan diri dengan harta-harta mereka, mereka bahagia di atas semua penderitaan orang miskin yang sejatinya adalah pemilik dari sebagian harta yang mereka bangga-banggakan itu. Masih banyak anak yang gemar melawan pada orangtuanya, tak terhitung berapa banyaknya anak yang kehilangan kasih sayang orangtua lalu berpaling mencari kesibukan-kesibukan yang menjerumuskan mereka kedalam jurang yang menyengsarakan diri mereka sendiri. Dan yang lebih menyedihkan lagi dunia ini semakin dipenuhi dengan persaingan-persaingan yang tidak sehat, menghalalkan segala cara demi mencapai sebuah tujuan, koruptor masih tenang-tenangnya merampas dan menghabiskan uang rakyat yang sejatinya bukanlah hak mereka. Begitu banyak pertikaian, begitu banyak permusuhan dan perselisihan. Begitu seterusnya bahwa dunia pada kenyataannya berbanding terbalik dengan dunia yang Andi tuliskan dalam buku diarynya.
Dalam karya tulisnya ia mengakhiri dengan sebuah kata “Di tengah Debu Dunia”.
Andi berfikir entah sampai kapan akan seperti ini, dan bagaimana dunia ini pada akhirnya?.
Kali ini ia tersadar dari lamunannya, Andi merasakan sakit yang amat sangat, ia merasakan detak jantung semakin melemah, nafasnya terasa sesak bagaikan ditimpa barang yang amat besar, bibirnya bergetar dan tak kuasa untuk mengeluarkan sepatah katapun, Andi berfikir mungkin inilah saat kiamat itu akan tiba, kiamat yang hanya akan ia alami seorang diri. Andi melihat ibunya masih asyik bercerita sambil memainkan rambutnya, Andi merasakan lembutnya sentuhan tangan wanita yang amat ia sayangi itu dikepalanya. Ia tak ingin melihat ibunya menangisi kepergiannya, Andi hanya berkata dalam hati “Tuhan, tolong jaga dan sayangi ibuku”. Andi memejamkan mata untuk terakhir kali di samping ibunya.
30 menit telah berlalu, ibu Marsih masih setia bercerita, ia melihat mata Andi telah terpejam, ia segera mencium kening anaknya, dalam benaknya ia berpikir mungkin Andi telah terlelap tidur sebagaimana biasanya ia bercerita setiap malam sebelum Andi tidur.
----------------------------------------------------------------------
Cerpen Karangan: Agung Gunawan
Facebook: Agung Gunawan
Post A Comment: