Articles by "cerpen misteri"
Tampilkan postingan dengan label cerpen misteri. Tampilkan semua postingan
Cerpen - Misteri Hutan Horrowitch dan Hantu Tanpa Wajah - Karangan: Bimo Setiawan ||| Aaaaaahh…!, sebuah teriakan terdengar amat keras dari sebuah kamar. Bergegas aku lari menghampiri asal suara itu. Setibanya aku disana, telah banyak orang berkerumun di depan pintu kamar asal teriakan tadi. Beberapa mencoba memutar gagang pintu itu, namun pintu itu tak sedikitpun bergeming, terkunci.
Cerpen - Anak Misterius yang Baik Hati - Karangan: Luthfia Zahra Larosa ||| “Audreyyy..!!”, terdengar suara seorang gadis berteriak memanggil nama temannya. Namanya adalah Licia. “Apa..?”, jawab temannya yang bernama Audrey Angelica. “Ih, sombong banget sih, kamu..?!”, “Ya ampun Cia, aku mau pulang tahu..!!”, jawab Audrey kesal. “Oh ya sudah, nanti aku telfon kamu aja deh..!”, ujar Licia kembali. Audrey hanya mengangguk pelan. “Aku duluan,ya..!”
Cerpen - THE WANTED?! - Karangan: Noviana Kusumawati ||| Pagi ini di perempatan sebuah jalan. Tempat kejadian perkara tewasnya seorang ibu pejalan kaki yang menjadi korban tabrak lari minggu dini hari masih di pasang garis kuning polisi. Ada sekitar 5 orang polisi yang sedang bertugas melakukan penyelidikan. Para wartawan terlihat sibuk mengabadikan setiap detail TKP dengan jepretan kamera mereka. Ada juga yang sedang meminta keterangan polisi mengenai kronologi pasti kejadian. Tapi sampai saat ini polisi baru memberikan penjelasan sementara bahwa ini termasuk dalam kasus tabrak lari.
Aku memandang muka bapak lekat lekat. Disana terlihat wajah kusam pertanda ia lelah. Seharian ini bapak sibuk mengguguri waktunya untuk mencari pekerjaan di ibu kota super kejam, aku menamainya begitu.
“Bapak, apakah hari ini ada yang menerima bapak untuk bekerja kuli panggul?”
“Belum ada nak, sabar saja ya. Bapak akan mendapatkan pekerjaan agar kamu dapat bersekolah” Muka bapak memunculkan kesedihannya. Kali ini aku tak mampu membendung air mata.
Pemuda bersurai cokelat madu itu sudah menunggu lebih dari satu jam. Kereta yang dijadwalkan tiba pukul sembilan lebih lima belas menit agaknya tidak tepat waktu. Kedua manik matanya bergerak was-was mengawasi sekitar. Suasana benar-benar sepi. Ia merasa satu-satunya calon penumpang yang menunggu kereta berikutnya. Ia mendengus kesal dan mendudukkan diri pada bangku tunggu warna merah yang sejak tadi menganggur. Ia menyembunyikan kedua tangannya dari keganasan udara malam yang dingin di dalam saku jaket.
Malam itu aku kembali menuju hotel yang berkamar di nomor 706, terdengar olehku suara gemercik air dari kamar 707 seperti ada seseorang yang sedang mandi tapi lampu kamar itu padam. Aku keluar dan mendekat ke pintu kamar itu untuk lebih mendengar suara dari kamar itu.
“Ada disini?” Tanya seorang OB yang cukup mengagetkan aku.
“enggak kok, Pak disini apa ada orangnya?”
“Enggak Dik” jawaban singkat itu terucap dari seorang pria separuh baya berseragam biru itu.
“Tapi pak, saya mendengar suara aneh dari kamar itu”
“Kau mungkin hanya berhalusiasi, sudah jangan mengganggu kerjaku!” kata OB itu sedikit marah kemudian terburu-buru meninggalkan kamar itu.