Cerpen - Hal Yang Tidak Bisa Kukatakan - Karangan: Dea Tanneysa
Hari itu, hari pertama ku di SMP. Aku sangat senang karena aku sekarang sudah SMP, teman baru, kehidupan baru, bahkan cinta pertama.. seseorang yang aku sangat cintai.. dia adalah sahabat baruku, Candra.
“intro?” ak mengirimkan chat ke dia.
“zzz, intro intro orang gue anak kelas sebelah, ngapain intro intro lagi” balas dari chat nya
“heh! orang gue chatnya baik baik! lah elu malah balasnya kasar kasar!” aku pun membalas dengan kasar.
“zzz emang gue betul!” dia pun balas dengan kasar
waktu itu, aku dengan dia chat terus menerus sampai malam. Kami berkelahi terus, tapi lama lama kami malah mejadi dekat karena chat tersebut. Karena jam sudah menunjukkan pukul 23.00, aku pun pergi tidur.
Paginya saat di sekolah, aku berjalan menuju ke arah kelas, sewaktu aku sedang berjalan tiba tiba saja ia datang dan memanggilku.
“hoi cewek SKSD! Hahaha” dia berteriak memanggilku sambil tertawa
“heh! ngak usah banyak bacot deh elu!” aku membalasnya dengan nada kesal, tetapi itu hanya sebuah candaan.
Lalu kami pun mengobrol, entah kenapa tapi aku merasa cocok dengannya karena dia selalu baik padaku. Hal itu adalah pertemuan yang indah bagiku.
Hari demi hari terus berlanjut, kami adalah sahabat sejak saat itu. Kami selalu bersama, bercanda bersama bahkan sering kali aku curhat ke dia jika aku sedang sedih, dan dia juga selalu curhat kepadaku sewaktu dia sedang sedih. Tapi lama kelamaan aku menyadari satu hal, yaitu ternyata aku menyukainya.
aku menyukai candaan nya, senyuman nya, kesetiaannya dan keseriusannya itu. Sejak itu aku sangat merasa bahagia karena bisa berada dekat dengan orang yang kucintai.
Sampai suatu hari, sewaktu aku sedang membersihkan taman, tiba tiba saja hidungku berdarah dan tanpa sebab kepalaku menjadi sangat sakit sampai membuatku menjadi pingsan. Disaat aku terbangun ternyata aku sudah ada di sebuah ruangan. Dan ternyata aku ada di rumah sakit. Di sampingku ada mama dan papa, mereka terlihat sangat khawatir, mereka bertanya kepadaku bagaimana keadaanku, sewaktu papa bertanya tiba tiba dokter masuk dan mnghampiri kami, dan dokter mengatakan kepada orangtuaku bahwa aku mengidap penyakit kanker. Aku sangat shock saat mendengar hal tersebut. Dokter berkata aku bisa mengikuti terapi, hanya itu satu satunya jalan agar bisa mengurangi rasa sakitku, akan tetapi dokter berkata hidupku tidak panjang lagi. Mendengar hal itu mama pun langsung menangis dan berulang ulang bertanya kepada dokter apakah tidak ada cara lain untuk menyembuhkanku, dan dokter berkata tidak ada cara lain. Aku hanya bisa menangis.. dan menyembunyikan hal ini.
Hari demi hari sudah, tapi teman teman ku sama sekali tidak ada yang tau jika aku terkena tumor otak, termasuk sahabat tercinta ku, Candra. aku tidak ingin dia sedih, aku hanya ingin melihat dia tersenyum selalu. Hanya itu yang aku inginkan. Tidak lebih dari itu.
“Rena… gue pingin cerita ni” tiba-tiba memulai pembicaraan.
“cerita apa Can? cerita aja mah, gue pasti dengerin kok” jawab aku dengan penasaran.
“elu tau Kezia dari kelas H kan?” wajahnya tiba tiba memerah. Aku sudah bisa menebak apa yang terjadi.
“tau donk! Elu suka sama dia? ciee, boleh juga tuh! cantik lagi anaknya!” yah aku berkata seperti itu, jujur aku ingin menangis sebenarnya.
“haha! Mulai sekarang elu bantuin gue ya!”
aku hanya bisa berpura pura senang, yang sebenarnya aku merasa sangat tersakiti, Tapi itu demi kebahagiaannya, aku rela..
Jujur aku sangat sedih, aku tau jika dia sudah bersama wanita yang dia cintai, pasti ia akan meninggalkanku. Tapi itu semua demi kebaikannya. Aku mencintainnya, aku hanya ingin melihat kebahagiaannya di hidupku yang tidak lama lagi.
maaf aku harus berbohong kepada mu tentang penyakitku bahkan perasaanku! Itu semua demi kebaikanmu.. maafkan aku..
“mama! tolong ma! to….”
“Rena!!, papa! cepat panggil ambulan pa! cepat Pa!”
hari itu, dimana hari penyakit ku sudah mulai ingin merenggut nyawa ku.
karena kejadian tersebut, aku pun haruh dirawat di rumah sakit.
Sudah 3 bulan berlalu, aku tidak datang ke sekolah dan tidak kemana mana, aku hanya bisa terbaring lemah di rumah sakit. Tubuhku sudah kritis, bahkan aku sudah tidak mempunyai rambut lagi, semua rambut ku rontok karena penyakit ku itu.
setiap harinya aku menangis karena aku sudah tau umurku yang tidak lama lagi ditambah lagi aku selalu mengingat orang yang kusayangi, Candra.
ingin sekali kukatakan kepada Candra bahwa aku mencintainya dari apapun, tapi tidak bisa. Aku tidak ingin membuatnya merasa bersalah dan sedih. Maafkan aku Candra..
“Rena! bertahan sayang! tetap bertahan!, dokter! dokter!”
tiba tiba saja saat itu jantungku mulai tidak stabil, aku sudah kritis mungkin hari itu adalah hari yang mengakhiri semua nya..
“Can… ca-andra.. candra.. candra..” aku memanggil nama candra berulang-ulang kali.
untuk yang terakhir kalinya, aku ingin melihat senyuman Candra yang selalu membuatku bahagia. Hanya itu yang aku inginkan.
“Rena! Ren! buka mata lu Ren! gue mohon Ren!” tiba-tiba saja aku mendengar suara Candra, dan aku pun langsung membuka mata ku.
“Ca…an..dra..” aku pun menjawab dengan sangat lemah.
“elu kenapa gak bilang ke gue kalau selama ini elu kena kanker!? kenapa elu bohong Ren! Kenapa Ren! elu itu sahabat gue! selama elu sakit, gue itu harusanya selalu di samping elu Ren!” dia memarahi ku, tetapi dia menangis.
“ma-aaf Can, Gu..e ga ma..u bi…kiin e..lu ka..watir.” aku menangis secara tiba-tiba.
“kenapa Ren!? Gue gak mau kehilangan elu! seharusnya di akhir akhir sisa hidup lu itu gue harus selalu ada!”
“Candra.. bagi gue lu itu orang ya..ng terpenting di hi..dup gu..e, gu..e sayang sama e..lu”
“Rena…” dia menangis, aku tidak tega melihatnya.. aku pun memegang wajahnya.
“di akhir hi..dup gue, hal ya..ng gu..e bu..tuhkan Cuma sa..tu”
“apa itu Ren! Beritahu gue! Gue bakal ngasi lu apa pun! APA PUN Ren!”
“gu..e gak mau ngeliat elu sedih, gu..e pingin ngeliat e..lu tersenyum selalu, gue pingi..n” aku pun segera menghapus air matanya, dia melihat ku dan dia pun tersenyum.
ia memegang tanganku dengan sangat erat, kehangatan tangannya membuat seluruh tubuhku yang dingin, menjadi tidak terasa dingin lagi.. inilah yang kuinginkan, melihat ia tersenyum.
dan disaat saat seperti itu, aku telah menghembuskan nafas terakhirku.. hanya itu, tak sempat aku memberitahukan kepadanya semua tentang perasaanku, itu semua tidak bisa kukatakan.. aku mencintaimu Candra.
“Rena! tidakk! jangan ninggalin mama nak! Rena!!” *histeris*
“sudahlah ma.. Rena sudah pergi, kita harus merelakan kepergian Rena ma..” *menangis*
“RENAA!” *menangis sambil berteriak*
“Ren, kenapa elu harus pergi secepat ini Ren!? Kenapa?” *menangis*
“Candra.. om menemukan sebuah surat, dan ini untukmu, dari Rena” *menangis*
“dari Rena!”? *langsung membuka surat tersebut*
“Candra, kalau elu udah baca surat ini, berarti gue uda tiada.. gue uda gak ada di sisi elu lagi, elu harus mengikhlaskan kepergian gua Can.. jangan nangis terus Can, gue ingin ngelihat elu tersenyum terus.
dan gue mau bilang sesuatu ke elu..
gue sayang elu sebenarnya, gue cinta sama lu Can.. tapi gue gak berani buat ngasi tau ke elu Can, gue takut elu bakalan ngejauhin gue Can! gue takut! Gue takut elu gak akan pernah di hidup gue lagi Can, gue gak mau persahabatan kita rusak karena perasaan gue ke elu.. elu itu bagaikan cahaya yang selalu menerangi gue dalam kegelapan.. elu adalah harapan hidup gue Can.. maafkan gue sebelumnya Can karena gue uda ngebohongin elu tentang perasaan ini.. tolong jaga papa sama mama buat gue ya Can, dan ingat tersenyum lah terus!
kalo gue uda ketemu sama yang maha kuasa, gue bakalan meminta kepada sang maha kuasa buat ngejagain elu selalu.. dan gue bakal selalu ada di hati elu Can!
aku mencintai mu Can, lebih dari apapun.. #Rena”
TAMAT
-------------------------------------------------------------
Cerpen Karangan: Dea Tanneysa
Facebook: https://www.facebook.com/dea.tannesyaaileen
“intro?” ak mengirimkan chat ke dia.
“zzz, intro intro orang gue anak kelas sebelah, ngapain intro intro lagi” balas dari chat nya
“heh! orang gue chatnya baik baik! lah elu malah balasnya kasar kasar!” aku pun membalas dengan kasar.
“zzz emang gue betul!” dia pun balas dengan kasar
waktu itu, aku dengan dia chat terus menerus sampai malam. Kami berkelahi terus, tapi lama lama kami malah mejadi dekat karena chat tersebut. Karena jam sudah menunjukkan pukul 23.00, aku pun pergi tidur.
Paginya saat di sekolah, aku berjalan menuju ke arah kelas, sewaktu aku sedang berjalan tiba tiba saja ia datang dan memanggilku.
“hoi cewek SKSD! Hahaha” dia berteriak memanggilku sambil tertawa
“heh! ngak usah banyak bacot deh elu!” aku membalasnya dengan nada kesal, tetapi itu hanya sebuah candaan.
Lalu kami pun mengobrol, entah kenapa tapi aku merasa cocok dengannya karena dia selalu baik padaku. Hal itu adalah pertemuan yang indah bagiku.
Hari demi hari terus berlanjut, kami adalah sahabat sejak saat itu. Kami selalu bersama, bercanda bersama bahkan sering kali aku curhat ke dia jika aku sedang sedih, dan dia juga selalu curhat kepadaku sewaktu dia sedang sedih. Tapi lama kelamaan aku menyadari satu hal, yaitu ternyata aku menyukainya.
aku menyukai candaan nya, senyuman nya, kesetiaannya dan keseriusannya itu. Sejak itu aku sangat merasa bahagia karena bisa berada dekat dengan orang yang kucintai.
Sampai suatu hari, sewaktu aku sedang membersihkan taman, tiba tiba saja hidungku berdarah dan tanpa sebab kepalaku menjadi sangat sakit sampai membuatku menjadi pingsan. Disaat aku terbangun ternyata aku sudah ada di sebuah ruangan. Dan ternyata aku ada di rumah sakit. Di sampingku ada mama dan papa, mereka terlihat sangat khawatir, mereka bertanya kepadaku bagaimana keadaanku, sewaktu papa bertanya tiba tiba dokter masuk dan mnghampiri kami, dan dokter mengatakan kepada orangtuaku bahwa aku mengidap penyakit kanker. Aku sangat shock saat mendengar hal tersebut. Dokter berkata aku bisa mengikuti terapi, hanya itu satu satunya jalan agar bisa mengurangi rasa sakitku, akan tetapi dokter berkata hidupku tidak panjang lagi. Mendengar hal itu mama pun langsung menangis dan berulang ulang bertanya kepada dokter apakah tidak ada cara lain untuk menyembuhkanku, dan dokter berkata tidak ada cara lain. Aku hanya bisa menangis.. dan menyembunyikan hal ini.
Hari demi hari sudah, tapi teman teman ku sama sekali tidak ada yang tau jika aku terkena tumor otak, termasuk sahabat tercinta ku, Candra. aku tidak ingin dia sedih, aku hanya ingin melihat dia tersenyum selalu. Hanya itu yang aku inginkan. Tidak lebih dari itu.
“Rena… gue pingin cerita ni” tiba-tiba memulai pembicaraan.
“cerita apa Can? cerita aja mah, gue pasti dengerin kok” jawab aku dengan penasaran.
“elu tau Kezia dari kelas H kan?” wajahnya tiba tiba memerah. Aku sudah bisa menebak apa yang terjadi.
“tau donk! Elu suka sama dia? ciee, boleh juga tuh! cantik lagi anaknya!” yah aku berkata seperti itu, jujur aku ingin menangis sebenarnya.
“haha! Mulai sekarang elu bantuin gue ya!”
aku hanya bisa berpura pura senang, yang sebenarnya aku merasa sangat tersakiti, Tapi itu demi kebahagiaannya, aku rela..
Jujur aku sangat sedih, aku tau jika dia sudah bersama wanita yang dia cintai, pasti ia akan meninggalkanku. Tapi itu semua demi kebaikannya. Aku mencintainnya, aku hanya ingin melihat kebahagiaannya di hidupku yang tidak lama lagi.
maaf aku harus berbohong kepada mu tentang penyakitku bahkan perasaanku! Itu semua demi kebaikanmu.. maafkan aku..
“mama! tolong ma! to….”
“Rena!!, papa! cepat panggil ambulan pa! cepat Pa!”
hari itu, dimana hari penyakit ku sudah mulai ingin merenggut nyawa ku.
karena kejadian tersebut, aku pun haruh dirawat di rumah sakit.
Sudah 3 bulan berlalu, aku tidak datang ke sekolah dan tidak kemana mana, aku hanya bisa terbaring lemah di rumah sakit. Tubuhku sudah kritis, bahkan aku sudah tidak mempunyai rambut lagi, semua rambut ku rontok karena penyakit ku itu.
setiap harinya aku menangis karena aku sudah tau umurku yang tidak lama lagi ditambah lagi aku selalu mengingat orang yang kusayangi, Candra.
ingin sekali kukatakan kepada Candra bahwa aku mencintainya dari apapun, tapi tidak bisa. Aku tidak ingin membuatnya merasa bersalah dan sedih. Maafkan aku Candra..
“Rena! bertahan sayang! tetap bertahan!, dokter! dokter!”
tiba tiba saja saat itu jantungku mulai tidak stabil, aku sudah kritis mungkin hari itu adalah hari yang mengakhiri semua nya..
“Can… ca-andra.. candra.. candra..” aku memanggil nama candra berulang-ulang kali.
untuk yang terakhir kalinya, aku ingin melihat senyuman Candra yang selalu membuatku bahagia. Hanya itu yang aku inginkan.
“Rena! Ren! buka mata lu Ren! gue mohon Ren!” tiba-tiba saja aku mendengar suara Candra, dan aku pun langsung membuka mata ku.
“Ca…an..dra..” aku pun menjawab dengan sangat lemah.
“elu kenapa gak bilang ke gue kalau selama ini elu kena kanker!? kenapa elu bohong Ren! Kenapa Ren! elu itu sahabat gue! selama elu sakit, gue itu harusanya selalu di samping elu Ren!” dia memarahi ku, tetapi dia menangis.
“ma-aaf Can, Gu..e ga ma..u bi…kiin e..lu ka..watir.” aku menangis secara tiba-tiba.
“kenapa Ren!? Gue gak mau kehilangan elu! seharusnya di akhir akhir sisa hidup lu itu gue harus selalu ada!”
“Candra.. bagi gue lu itu orang ya..ng terpenting di hi..dup gu..e, gu..e sayang sama e..lu”
“Rena…” dia menangis, aku tidak tega melihatnya.. aku pun memegang wajahnya.
“di akhir hi..dup gue, hal ya..ng gu..e bu..tuhkan Cuma sa..tu”
“apa itu Ren! Beritahu gue! Gue bakal ngasi lu apa pun! APA PUN Ren!”
“gu..e gak mau ngeliat elu sedih, gu..e pingin ngeliat e..lu tersenyum selalu, gue pingi..n” aku pun segera menghapus air matanya, dia melihat ku dan dia pun tersenyum.
ia memegang tanganku dengan sangat erat, kehangatan tangannya membuat seluruh tubuhku yang dingin, menjadi tidak terasa dingin lagi.. inilah yang kuinginkan, melihat ia tersenyum.
dan disaat saat seperti itu, aku telah menghembuskan nafas terakhirku.. hanya itu, tak sempat aku memberitahukan kepadanya semua tentang perasaanku, itu semua tidak bisa kukatakan.. aku mencintaimu Candra.
“Rena! tidakk! jangan ninggalin mama nak! Rena!!” *histeris*
“sudahlah ma.. Rena sudah pergi, kita harus merelakan kepergian Rena ma..” *menangis*
“RENAA!” *menangis sambil berteriak*
“Ren, kenapa elu harus pergi secepat ini Ren!? Kenapa?” *menangis*
“Candra.. om menemukan sebuah surat, dan ini untukmu, dari Rena” *menangis*
“dari Rena!”? *langsung membuka surat tersebut*
“Candra, kalau elu udah baca surat ini, berarti gue uda tiada.. gue uda gak ada di sisi elu lagi, elu harus mengikhlaskan kepergian gua Can.. jangan nangis terus Can, gue ingin ngelihat elu tersenyum terus.
dan gue mau bilang sesuatu ke elu..
gue sayang elu sebenarnya, gue cinta sama lu Can.. tapi gue gak berani buat ngasi tau ke elu Can, gue takut elu bakalan ngejauhin gue Can! gue takut! Gue takut elu gak akan pernah di hidup gue lagi Can, gue gak mau persahabatan kita rusak karena perasaan gue ke elu.. elu itu bagaikan cahaya yang selalu menerangi gue dalam kegelapan.. elu adalah harapan hidup gue Can.. maafkan gue sebelumnya Can karena gue uda ngebohongin elu tentang perasaan ini.. tolong jaga papa sama mama buat gue ya Can, dan ingat tersenyum lah terus!
kalo gue uda ketemu sama yang maha kuasa, gue bakalan meminta kepada sang maha kuasa buat ngejagain elu selalu.. dan gue bakal selalu ada di hati elu Can!
aku mencintai mu Can, lebih dari apapun.. #Rena”
TAMAT
-------------------------------------------------------------
Cerpen Karangan: Dea Tanneysa
Facebook: https://www.facebook.com/dea.tannesyaaileen
Post A Comment: