Sekitar satu tahun yang lalu, aku pernah menjalin hubungan lebih dari seorang teman dengan Febyan yang satu sekolah denganku. Menurutku dia tampan, matanya bersinar seperti bintang yang menghiasi langit di malam hari. Tapi sayangnya giginya yang bagian depan tinggal seperempat karena waktu itu dia pernah jatuh dari sepeda sehingga giginya patah. Dan aku suka memanggilnya Pepong, yang artinya Pebyan Ompong. Dia juga sedikit gendut dan tinggi. Selain itu dia juga baik. Terkadang dia juga iseng, suka mengelitikiku, dan suka menjailiku, jika aku sedang menulis dia suka menyenggol tanganku sampai bukuku habis tercoret. Dia juga lucu, terkadang suka menghiburku jika aku sedang marah dengannya sehingga, aku tidak bisa marah kepadanya. Aku merasa senang bisa kenal dengannya. Karena dia orangnya asyik diajak ngobrol apalagi bercanda.
Tetapi saat itu aku pernah bertengkar dengannya. Dimulai dari Febyannya yang menyuekiku, dan sikapnya yang tidak seperti biasanya. Lalu aku curhat ke salah satu temanku. Dan dia bilang, dia ingin membantu aku cari tahu apa yang menyebabkan perubahan sikap Febyan kepadaku. Hingga suatu hari, dia bilang kepadaku tentang apa yang menyebabkan Febyan berubah. Yaitu karena teman SD-nya. Yang bernama Yola. Ternyata Febyan setiap hari SMS-an dengan teman SD-nya itu.

Semenjak itu, aku tidak pernah berbicara lagi dengan Febyan. Lalu temanku berkata “jangan kaya gini terus diem-dieman! Febyannya juga jadi males ngomong sama kamu kalau kamunya diemin gitu terus…”. Aku terdiam. Memikirkan apa yang harus aku lakukan sekarang. Karena sama sekali bukan aku yang memulai. Lalu temanku bilang lagi “ya udah deh, oke. Aku bantuin kamu biar Febyan sadar. Dan kalian akrab kayak dulu lagi.” Aku jawab “Terimakasih ya Fen, kamu baik banget” aku dan Feni tersenyum.

Beberapa lama aku menunggu kesadaran Febyan. Lalu apa hasilnya? yang terjadi malah temanku sendiri yang tambah dekat dengan Febyan. Aku malah makin-makin dicuekinnya. Dan sama sekali tidak ada komunikasi sama sekali antara aku dan Febyan. Entah apa yang mereka rencanakan. Aku disini hanya bisa menyimpan rasa sakit ini sendiri.

Seminggu kemudian, temanku Feni yang malah dekat sama Febyan itu, dia SMS aku. Katanya mereka hanya mengetes seberapa besar rasa sayang aku kepada Febyan. Dan katanya mereka berhasil melakukan rencana itu, yang membuat aku cemburu. Tapi aku tidak yakin jika mereka hanya ingin mengetes aku saja. Karena kurasa itu memang benar-benar hal yang serius. Ya sudah, semenjak itu aku merasa marah akan perbuatan mereka.

Hari demi hari aku lalui dengan kehampaan yang kurasa di hati. Saat ada tugas kelompok Tata Busana, kelompokku dan kelompok Febyan mengerjakannya bersamaan di rumah Nada. Disitu aku meminjam handphone-nya Febyan untuk memberi tahu ibuku jika aku sedang mengerjakan tugas di rumah Nada. Dan saat aku memegang handphone-nya Febyan aku tidak sengaja membaca SMS-nya dari salah seorang yang bisa dikatakan selingkuhannya. Di situ aku kaget, lalu aku menunduk menahan air mata yang ingin jatuh. Rasanya sudah cukup tersakiti. Kemarin dicuekin dan sekarang diduain.

Malam harinya aku SMS Febyan, aku bilang “Febyan kalau udah gak sayang sama Dini bilang dong! Gak perlu cuekin dini kaya gini! Gak perlu gantungin dini kaya gini! Gak perlu duain Dini kaya gini!”. Disitu aku terbawa emosi. Dan Febyan minta maaf. Sebenarnya dari dulu aku sudah memaafkannya tapi aku tidak suka caranya dia untuk menjauh dariku yang membuat aku semakin sakit. Semenjak itu semuanya berakhir. Aku dan Febyan pisah. Mungkin aku tidak bisa melupakan semua kebahagian yang sebelumnya aku dapatkan darinya. Tapi aku berusaha untuk melupakan semuanya.

Cerpen Karangan: Andini Basra Septianti

Share To:

kabelantena.blog

View Profile
Terima kasih sudah berkunjung ke kabelantena, semoga bermanfaat,, aamiin..
----------------------------------

Post A Comment:

0 comments so far,add yours