“Andira Maharani Putri” teriak mamahku yang dibarengi siraman air yang membuatku mengerejab seketika.
“Ma, Dira ini anak mamah, tega banget sih.” Gerutuku kesal.
“Jangan salahkan mamah.” pergi dengan santai meninggalkan aku yang sudah separuh basah.
“Ahhh.. Terlambat” Desahku yang melirik jam di dinding kamarku.
“Ma, Dira ini anak mamah, tega banget sih.” Gerutuku kesal.
“Jangan salahkan mamah.” pergi dengan santai meninggalkan aku yang sudah separuh basah.
“Ahhh.. Terlambat” Desahku yang melirik jam di dinding kamarku.
Inilah aku Andira Maharani Putri. Putri bungsu dari 3 bersaudara. Aku mempunyai kakak perempuan tercantik Meisya dan kakak laki-laki yang selalu mebuatku jengkel Gilang Angara. Well, Keluargaku memang harmonis tapi tidak jarang Gilang membuatku marah dan kesal setiap kali kita bersama. Mamah bahkan berteriak untuk menghentikan kami. Aku sendiri terkesan cuek dengan penampilanku berbeda dengan kak Meisya.
Aku terpaku diam di lorong tak jauh dari kelasku, kulihat dia tersenyum pada teman-temannya. Sebut dia mr. J, meski namanya jack tapi aku lebih suka memanggilnya dengan sapaan sayangku. Di mataku dia sangat menawan membuatku betah lama-lama memandangnya. Dialah pangeran tampan yang telah menyentuh hatiku, membuatku benar-benar menyukainya. Tapi terlalu takut medekati hingga saat ini hanya mampu melihat dalam jarak.
Sahabatku Gresia yang memang tahu perasaanku menyentuh bahuku dan menggodaku dengan gaya khasnya. “Udah samperin sana!” ucap Gres usil.
“Apaa sii Gress..” Aku yang mencoba menyembunyikan mukaku yang mulai merah pergi dan menarik tangannya.
Obrolanku dan Gres berlanjut di kantin. Tidak seperti kebanyakan siswi lain yang berkumpul dan membentuk seperti kelompok, Bagiku Gressia sudah lebih dari cukup. Dari pertama mengenalnya aku sudah mengacunginya jempol, selain dia pandai membaca pikiranku dia juga teman yang sangat tahu bagaimana harus bersikap padaku. Gres bisa melihat aku menyukai J dari pertama ku lihat dia. Sahabatku memang mengagumkan, bahkan untuk berbohong padanya sama susahnya seperti mendapatkan pretasi di kelas. Dialah teman yang mengetahui semua tentangku.
Hari ini Gresia tidak masuk karena ada acara keluarga yang harus dihadirinya. Terbayanglah 1 hari tanpanya pasti aku merasa sedikit kesepian. Tapi itu tak lama ketika sesorang menghampiriku.
“Dir, aku ganggu kamu?” ucapnya.
“Ngga, kenapa J?” ucapku hati-hati. Kulihat dia tertunduk merasa tidak yakin. “Kenapa?” Ucapku mengulang dengan nada yang lebih bersahabat.
“Bolehkah aku mengajakmu keluar untuk sabtu ini?” Katanya dengan penuh ragu. Mungkin dia ragu aku akan menolaknya.
“Tapi jika kau sudah mempunyai janji dengan yang lain, aku akan menunggu nanti!” tambahnya.
Hatiku teriak seperti gemuruh drum dan kilau kembang api serasa mangitari kepalaku. Hari ini aku ingin meledak. Apa yang aku impikan dan aku bayangkan selama ini terjadi dan tepat di depan mataku.
“Aku mau j.” Jawabku dengan yakin.
“Oke, nanti tempatnya aku kabari kamu ya!” serunya dan pergi meninggalkan aku yang masih sibuk dengan pikiran ku sendiri. Nyatakah ini?
Tepat pkl. 05.00 pm aku sudah menunggu J. Aku sudah siap dengan Dress bermotif cantik yang dipilihkan kak Meisya. Heels senada yang tidak terlalu tinggi menyempurnakan penampilanku. Dan rambut yang biasa ku ikat ekor kuda kini tergerai indah, beserta jepitan yang sengaja diselipkan penata style ku “Untuk menambah penampilanmu” Guman kak Meisya saat melihat mimik mukaku.
Tak lama menunggu, kulihat sosok yang kenal. Mengenakan kotak-kotak biru di padukan celana senada dan sepatu kets yang membuatnya tampak menakjubkan. “He’s my prince..” Pekik ku dalam hati. Ku arahkan mata padanya, dia seperti tak mempercayai penampilanku. Dia benar-benar melihat ku lekat hingga jarak tak memisahkan kami baru dia yakin.
“Kamu tampak lain Dir..” Katanya tanpa malu-malu.
“Terima kasih, Mau kemana kita J?” ucapku.
“Ahh.. maaf Dir aku tidak punya Plan sebelumnya, Bagaimana kalau kita berjalan-jalan?”
Aku pun mengangguk, dan J berjalan di sebelah ku.
30 menit berjalan tanpa arah tidak membuatku merasa bosan. Bersama J jalan ke bulan pun aku bersedia. Hahahaaa.. :D
Tanganku ditariknya menuju kafe di seberang sana, Aku pun kelimpungan menahan senang tak terbayang. Duduk diam disini di seberang wajah yang sangat aku kagumi. Terlebih saat ia tertawa dan mengumbar senyum padaku, rasanya aku akan meleleh bila terus bersamanya.
“Dir, Boleh kutanyakan sesuatu?”
“Iya J..”
“Sejauh apa persahabatanmu dengan Grase?” Tanyanya cermat.
“Menurutmu?” Aku yang merasa mengalami perubahan pada mimik muka J.
Mr. J ku terdiam. Dia larut dalam pikirannya. Aku tak mengerti harus bagimana. Aku pun ikut melayang dengan pikiranku sendiri.
“Dir.”
“Yaa, J.”
“Maukah, kau membantuku?” Matanya lekat melihatku. Kulihat jarinya gemetar dan frustasi. Yaa.. Frustasi memang kata yang tepat untuk wajah J saat ini.
“Apapun J.” Kataku, mencoba selembut mungkin.
“Dir, bantu aku mendekati Grasia kembali. Hanya kau yang ku lihat dekat dengannya. Dan aku yakin kau mau membantuku! Only u can help me now.”
Aku terperanjat, kaget mungkin lebih tepatnya SHOCK!! Mendengar pernyataan Jack rasa percaya dan tidak. Ku menatap jalanan luar, semua ucapannya di luar nalarku. Aku mengabaikan tatapannya, berusaha membendung air mata. Tiba-tiba aku merindukan Gilang, tingkah konyol dan menyebalkannya memang menyiksa ku tapi selalu membuatku tertawa jika dia di sampingku. Dan mengingatnya membuatku bertahan untuk tak menagis.
“J, Bisakah kita pulang sekarang?” pintaku.
“As u wish” Ucapnya parau.
Aku pulang dengan perasaan yang tak terbendung. Ku hentakan kaki berlari ke kamar. Ingin rasanya tertidur dan melupakan hari ini lebih tepatnya ucapannya sebelum semuanya berubah. Apakah semua karena kebodohanku?
Kurasakan wajahku memerah saat bayangan wajah Jack kembali muncul. Denyut jantung yang memompa lebih cepat membuat nafasku tersengal-sengal. Menambah kesakitan hatiku saat ini. Bak tertusuk oleh mata pisau yang amat sangat tajam. Hatiku menjerit, tubuhku meronta tapi tak ada yang kuperbuat. “Kenapa dia?.. Kenapa sahabatku?.. Aku menyukaimu sejak pertama kita bertemu!” Nada suara sumbangku di temani isakan tangisku. Isakan kecilku menemani hingga aku tertidur dalam wajah penuh air mata.
Beruntunglah ini hari Minggu. Mataku yang sembab dan hampir menghilang karena kelopak mataku yang membesar karena tangis kemarin membuatku tak ingin dilihat oleh siapapun. Hari ini aku hanya ingin di kamar ini, memperbaiki perasaanku dan menyiapkan untuk besok. Tatapanku masih melayang jauh keluar, masih dalam pikiran yang tak berujung.
Menyadari sikap tak biasa ku, Gresia tak henti-hentinya bertanya tentang aku dan J. Yaa.. Ampun Gress kenapa kamu malah mengingatkanku tentang J lagi!! Ku keraskan hati untuk tak memberitahunya.
“Kita udah berteman lama Dir.. Tak bisakah kamu mempercayai aku sebagai sahabatmu?” Ucap Grasia dengan dengan tatapan penuh kasih. Sahabatku benar, sampai kapan aku akan seperti ini? Tak bisakah aku mempercayainya untuk tak menyakitiku. Hatiku luluh. Dalam beberapa menit ku ceritakan semuanya! Tentang kemarin dan tentang perasaan-perasaan Jack kepada Gresia.
Dia menatapku kosong. Berharap yang kuceritakan adalah bohong. Air mataku mengalir, membuat Grasia memeluk ku.
“Maafin aku Dir..” Ucapnya lirih
“Kenapa Gress?” Ucapku setengah bingung.
“Aku sudah kenal Jack sejak Sekolah Dasar. Tapi aku menjauhinya karena aku tau kamu suka dia!!” Gress pun menangis.
Bagai terkena setrum 20.000 Volt aku pun diam mematung. Kubiarkan otakku mengingat kejadian kemarin dan perkataan Jack. Serta pengetahuan yang selama ini Grase tau mengenai Jack. Seperti makanan favoritnya, warna kesukaannya atau tempat kesukaannya. Dan tak lupa aku mengingat kembali saat akan ku taruh mawar dalam loker Jack tahun lalu, Grase melarangku. Tapi ternyata Grase benar, Jack alergi serbuk bunga. Sekarang aku mengerti semua.. Grasia adalah cinta pertama Jack!!
“Gress, kamu suka jack?” Pertanyaanku keluar tanpa perintah
“Aku suka Romi, bukan J.”
Aku pun memeluknya. Entah pelukan ketenangan atau kemenangan. Aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti Gress.
Ku lihat wajahnya dan senyum tulusnya mengembang melihatku.
“Aku bersyukur kejadian ini tidak membuat kita saling menjauh.”
“Aku juga.” Ucapku dan kembali ku peluk sahabatku.
Terkadang cinta menyenangkan. Tapi tidak akan lebih menyenangkan jika kita kehilangan sahabat kita.!!!
Cerpen Karangan: Tessa
Post A Comment:
0 comments so far,add yours
Posting Komentar