Articles by "cerpen melankolis"
Tampilkan postingan dengan label cerpen melankolis. Tampilkan semua postingan
Cerpen - Di Tengah Debu Dunia - Karangan: Agung Gunawan ||| “Ah. tanggal 30 September” ujar Andi dalam hati sembari melirik kalender yang berada tepat di samping ibunya, ini berarti ia telah berada di tempat itu selama satu minggu tepat.
“ma, aku sayang mama” suara lirih Andi yang terbaring lemah di tempat tidur di salah satu ruang rumah sakit. Mata ibu Marsih mulai bergelinang, ia memeluk tubuh anaknya yang terlihat lemah ditunjang oleh alat bantu kesehatan yang dipasang hampir di semua anggota tubuh anaknya, “anak mama sayang, anak mama kuat kok, mama sayang Andi”.
Cerpen - Cinta Bersemi Di Musim Semi - Karangan Baiq Mega Yustika Kharomah |||  Bersemi di Musim semi saat Phiilophen Flowers Bersemi

Mentaripun mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur. Dengan warna orange yang menyegarkan, gue sambut ceria hari demi hari yang gue jalani.
Hari ini adalah hari menyedihkan bagi gue, ya! Sekarang adalah hari wisuda kelas 9 SMP Liverstone International School. Salah satu idola gue, akan pergi begitu saja. Ya, seseorang yang selalu buat gue tetap tersenyum ketika melihatnya.
Cerpen - Jika Kamu Tahu - Karangan:Zenitha Sinta ||| Tatapannya nanar, nafasnya terasa berat seketika. Berdiri tegak dengan pelengkap kerapuhan untuk kemudian berusaha ditutupinya. Perlahan, air matanya memanas, tetapi sekuat tenaga ia tahan hingga dadanya terasa membuncah merasakan kepahitan yang begitu menyiksa. Hatinya terasa sakit, tidak menerima kenyataan dimana ia lihat secara langsung. Di depannya terpampang pemandangan yang baginya begitu menyesakkan. Sepasang manusia menunjukkan saling mengagumi dan mencintai. Kakinya yang sedari tadi terasa kaku, perlahan ia gerakkan. Berusaha sejauh mungkin menghindari hal-hal yang menjadikan ia semakin terpuruk.
Cerpen - Hujan Membawa Cinta - Karangan: Faida Rizki Ayuningrum |||
Dibawah rintik hujan,Aravita berjalan tanpa arah. Dia hanya mengikuti kemana kaki nya melangkah,tidak mempunyai tujuan yang pasti. Dia hanya berbekal pakaian yang melekat ditubuh nya,yang sudah basah kuyup.
“Jadi,selama ini kamu udah mempunyai tunangan? Aku gak nyangka,kamu setega ini! Selama ini,aku mengira kamu adalah pasangan terakhir ku,kamu yang terbaik untukku! Nyatanya? Bullshit! Persetan kamu!”
Cerpen - Cinta, Mati - Karangan: Threequrniia Kholil ||| Halo, namaku aleya, biasa dipanggil ale. Aku rasa aku adalah salah satu manusia yang beruntung yang hidup di muka bumi ini. kenapa begitu? Karena aku mempunyai orang-orang yang sangat aku cintai. terutama keluarga, aku masih mempunyai keluarga yang lengkap. Selain itu aku juga mempunyai teman-teman yang sayang dengan aku. dan satu lagi aku mempunyai pacar sekaligus sahabat yang sangat mencintai aku dengan tulus dan apa adanya. Walaupun umurku dengan pacarku beda 1 tahun lebih tua aku. Mungkin kalo orang melihat aku, aku terlahir sebagai wanita yang sempurna yang pernah dilahirkan dibumi ini. karena memang aku tidak pernah sedikit pun memperlihatkan kesedihanku kepada semua orang yang ada disekeliling aku.
Cerpen - Hafsah dan Replika Purnama - Karangan: Amir Hifzillah ||| Seperti biasa, langit yang cerah tak memberikan isyarat apapun tentang sesuatu yang akan terjadi hari ini. Kepulan asap dari permukaan secangkir teh seakan menari mengiringi waktu santai di akhir pekan. Rupanya hawa sejuk di desa ini membawa khayalanku melayang, kumantapkan niat untuk tetap mengisi hari libur ini dengan bersantai di rumah. Dem melepas penat kurebahkan tubuh pada kursi yang terletak di teras rumah. Sesekali aku menyeruput teh dalam cangkir mungil buatan ibu. Aroma yang sangat cocok untuk menemaniku dalam suasana seperti ini. Tak berselang lama aku dikagetkan oleh seseorang.
“Selamat pagi, han!
Cerpen - Surat Misterius - Karangan: Vebby Hillary Classe ||| Langit indah di penuh bintang, malam hari yang indah, aku duduk di balkon rumah dengan keripik kentang, laptop, handphone dan sebuah kopi dingin di sebelahku. Handphoneku berdering, kulihat handphoneku, nomor tidak dikenal. Oh.. ini private number, aku pun membiarkannya. Sampai aku kembali ke kamarku untuk tidur.