"Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka."
Bismillah Wal hamdulillah,,, pada kesempatan kali ini, saya ingin sedikit mengulas tentang cerita, kisah, Tentang Detik-Detik Wafatnya Rasulullah, yang ternyata tersebar beberapa versi, semoga kita semua tidak digolongkan menjadi manusia yang berbohong dengan mengatas namakan nabi Muhammad.
Berdusta atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk dosa besar, memang bisa dihukumi kafir, tapi ingat yang berhak menghukumi si A kafir atau tidak adalah Allah, jangan sampai kita mengkafirkan sesama muslim dengan mengatasnamakan sunnah nabi juga, itu untuk menjaga agar kita terhindar dari memfitnah sesama saudara seagama.
Dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4).
Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ
“Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir)
Berikut Kisah Detik-detik Wafatnya Rasulullah..
Versi Pertama
Segala puji tiada lelahnya dan tiada kenikmatan yang melebihi memuji kesempurnaan Allah swt, yang menciptakan manusia dalam kegelapan yang berlapis-lapis. dari dulu hingga Hari ini jika manusia ingin membangun suatu tempat atau benda maka tidak luput dari penggunaan cahaya untuk menerangi kinerja pembuatan benda tersebut. Bahkan untuk bangunan yang tertinggi dan tercanggih sekalipun tidak mungkin tercipta tanpa adanya cahaya.
Tapi Allah swt menciptakan manusia dan mahluk lainnya tanpa berhajat kepada cahaya. Manusia diciptakan dalam kegelapan rahim tanpa bergesar sedikitpun organ-organ tubuh manusia. Tidak pernah kita temukan manusia terlahir dengan kaki di kepala dan mata di paha ataupun tempat lainnya. semua terletak pada tempatnya.
bahkan organ dalam manusia pun juga tercipta sempurna pada tempatnya. Usus ditempatnya, limpa ditempatnya dan juga semua organ-organ lainnya.
Mahluk Allah seluruhnya berjumlah kurang lebih 18.000 mahluk. anggaplah dalam sehari saja mahluk Allah melahirkan satu mahluk maka 18.000 x 18.000 Allah hanya dalam sehari semalam menciptakan 32.400.000 mahluk."Dialah Allah yang tiada mengantuk lagi mengurus hambaNya".
Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Baginda Rasulullah saw dan ahli keluarga beliau serta para sahabat r.anhum. Rasulullah sebagai penutup risalah kenabiaan, Nabi yang kita cinta walaupun belum pernah kita melihatnya tapi senantiasa kita rasakan kehadirannya dan merindukan perjumpaan dengannya.
Saudaraku seiman yang saya cintai segala sesuatu yang bergerak ataupun yang diam adalah atas izin dan kehendak Allah swt, daun yang jatuhpun atas izin dan kehendak Allah swt, bahkan sebiji pasir yang berada dalam kedalaman lautan yang paling dalam sekalipun bergerak ataupun diamnya atas izin dan kehendak Allah.
Bumi beserta isinya Allah swt hamparkan semata-mata untuk manusia saja, seluruh mahluk diciptakan Allah swt untuk berkhidmat kepada manusia semata selama manusia mau taat akan perintah-perintah Allah swt.
Hari ini manusia diperbudak oleh dunia karena amal-amal Agama sudah tidak diperdulikan lagi oleh manusia, sehingga semua manusia sibuk mengejar dunia yang memang diperuntukkan untuk kita.
Hari ini iman manusia rusak tapi parahnya manusia itu sendiri tidak sadar akan dirinya yang sedang sakit parah.ketika ditanya "Siapa yang memberi rezki?" maka manusia pun menjawab "Allah"..tetapi ketika adzan berkumandang sang pemberi rezki memanggil mulailah akidah kita diuji.."Wah gimana nih?? rezki saya bisa berkurang kalau dagangan ditinggal untuk sholat".
Maka asbab dari inilah Allah swt tidak henti-hentinya mengutus para anbiya a.s sebanyak kurang lebih 124.000 nabi dan 313 Rasul hingga mengutus kekasihNya Rasulullah saw semata-mata untuk membetulkan iman kita yang rusak.
Setelah berjuang selama 23tahun Rasulullah saw wafat dan sudah pasti Allah swt tidak akan menghantar nabi lagi, maka Rasulullah memerintahkan para sahabat r.anhum ketika Nabi Haji wada untuk berpencar keseluruh alam untuk sampaikan ini perkara Agama.
Dikisahkan pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku".
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. syarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemahdengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurmayang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berserumengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,"Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut" kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini."Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah? " tanya Rasululllahdengan suara yang amat lemah."Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu".
"Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu" kata Jibril.Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuhkecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi."Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?""Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allahberfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umatMuhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang."Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh.Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalamdan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu."Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku". Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segeramendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.
Tapi Allah swt menciptakan manusia dan mahluk lainnya tanpa berhajat kepada cahaya. Manusia diciptakan dalam kegelapan rahim tanpa bergesar sedikitpun organ-organ tubuh manusia. Tidak pernah kita temukan manusia terlahir dengan kaki di kepala dan mata di paha ataupun tempat lainnya. semua terletak pada tempatnya.
bahkan organ dalam manusia pun juga tercipta sempurna pada tempatnya. Usus ditempatnya, limpa ditempatnya dan juga semua organ-organ lainnya.
Mahluk Allah seluruhnya berjumlah kurang lebih 18.000 mahluk. anggaplah dalam sehari saja mahluk Allah melahirkan satu mahluk maka 18.000 x 18.000 Allah hanya dalam sehari semalam menciptakan 32.400.000 mahluk."Dialah Allah yang tiada mengantuk lagi mengurus hambaNya".
Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita Baginda Rasulullah saw dan ahli keluarga beliau serta para sahabat r.anhum. Rasulullah sebagai penutup risalah kenabiaan, Nabi yang kita cinta walaupun belum pernah kita melihatnya tapi senantiasa kita rasakan kehadirannya dan merindukan perjumpaan dengannya.
Saudaraku seiman yang saya cintai segala sesuatu yang bergerak ataupun yang diam adalah atas izin dan kehendak Allah swt, daun yang jatuhpun atas izin dan kehendak Allah swt, bahkan sebiji pasir yang berada dalam kedalaman lautan yang paling dalam sekalipun bergerak ataupun diamnya atas izin dan kehendak Allah.
Bumi beserta isinya Allah swt hamparkan semata-mata untuk manusia saja, seluruh mahluk diciptakan Allah swt untuk berkhidmat kepada manusia semata selama manusia mau taat akan perintah-perintah Allah swt.
Hari ini manusia diperbudak oleh dunia karena amal-amal Agama sudah tidak diperdulikan lagi oleh manusia, sehingga semua manusia sibuk mengejar dunia yang memang diperuntukkan untuk kita.
Hari ini iman manusia rusak tapi parahnya manusia itu sendiri tidak sadar akan dirinya yang sedang sakit parah.ketika ditanya "Siapa yang memberi rezki?" maka manusia pun menjawab "Allah"..tetapi ketika adzan berkumandang sang pemberi rezki memanggil mulailah akidah kita diuji.."Wah gimana nih?? rezki saya bisa berkurang kalau dagangan ditinggal untuk sholat".
Maka asbab dari inilah Allah swt tidak henti-hentinya mengutus para anbiya a.s sebanyak kurang lebih 124.000 nabi dan 313 Rasul hingga mengutus kekasihNya Rasulullah saw semata-mata untuk membetulkan iman kita yang rusak.
Setelah berjuang selama 23tahun Rasulullah saw wafat dan sudah pasti Allah swt tidak akan menghantar nabi lagi, maka Rasulullah memerintahkan para sahabat r.anhum ketika Nabi Haji wada untuk berpencar keseluruh alam untuk sampaikan ini perkara Agama.
Dikisahkan pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku".
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. syarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemahdengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurmayang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berserumengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,"Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut" kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini."Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah? " tanya Rasululllahdengan suara yang amat lemah."Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu".
"Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu" kata Jibril.Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuhkecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi."Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?""Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allahberfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umatMuhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang."Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh.Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalamdan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu."Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku". Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segeramendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.
Sumber : https://id-id.facebook.com/notes/usaha-atas-iman/detik-detik-kematian-rasulullah-dan-permintaan-terakhir-beliau/466293505148/
Versi Kedua
Minggu, 4 Rabi’ul Awwal 11 H (Seminggu sebelum wafat)
Nabi Muhammad Saw. baru saja kembali dari ziarah maqam para shahabat (baqi’), ketika Malaikat Jibril menemui Beliau dan mengajukan dua pilihan. Apakah Rasulullah menginginkan dunia dan segala isinya, atau bertemu Allah Swt? Dan Rasulullah Saw memilih opsi kedua.
Setibanya di rumah, Aisyah ra. menyambut Rasulullah seraya berkata; “Wahai Rasul, kepalaku pusing”. Rasulullah-pun tersenyum, “Demi Allah wahai istriku, kepalaku juga pusing sekali”. Lalu Rasulullah bertanya kepada Aisyah sambil bersendagurau, “Apa yang menjadi beban pikiranmu, bila engkau meninggal duluan sebelum aku?”
Sambil bersenda mesra Aisyah menjawab, “Demi Allah, jika demikian wahai Muhammad, Engkau tinggal menjumpai istri-istrimu yang lain”. Rasulullah tersenyum mendengar jawaban Aisyah, dan Beliau tidur pada malam itu dalam keadaan sakit. Inilah permulaan sakit Rasulullah yang menyebabkan wafatnya beliau.
Rabu, 7 Rabi’ul Awwal 11 H (Lima hari sebelum wafat)
Seperti biasa Nabi Muhammad Saw. mengunjungi istri-istrinya secara adil. Dan setibanya di rumah Maimunah ra, sakit Beliau tiba-tiba bertambah parah. Lalu Rasulullah memanggil istri-istrinya untuk berkumpul, lalu meminta izin agar bisa dirawat di rumah Aisyah ra. Keadaan Rasulullah semakin parah, beliau terpaksa dipapah oleh Fadhil bin ‘Abbas dan Ali bin Abi Thalib menuju ke rumah Aisyah, sedang kedua kaki Beliau sudah tidak bisa menapak tanah.
Kamis, 8 Rabi’ul Awwal 11 H (Empat hari sebelum wafat)
Rasulullah meminta dibawakan untuknya tujuh bejana berisi air dari tujuh sumur yang berbeda. Dalam posisi duduk, Rasulullah dimandikan dengan air tersebut. Karena merasa pusingnya agak berkurang, Rasulullah keluar dan berkhutbah di hadapan ummatnya. Dan pada hari itu juga, Rasulullah masih sempat shalat magrib berjamaah bersama para shahabat.
Itu merupakan khutbah terakhir Rasulullah, dan shalat terakhir beliau bersama para sahabat dan pengikutnya.
Minggu, 11 Rabi’ul Awwal 11 H (Satu hari menjelang wafat)
Nabi Muhammad Saw. membebaskan semua hamba sahayanya, dan menghibahkan seluruh peralatan perangnya kepada kaum muslimin. Tidak ada yang tersisa dari harta Beliau kecuali disedekahkan semuanya.
Senin pagi, 12 Rabi’ul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah)
Ketika kaum muslimin sedang menunaikan sholat shubuh berjama’ah, dan Abu Bakar r.a bertindak sebagai imam. Rasulullah membuka pintu rumahnya yang bersebelahan dengan jama’ah shalat. Rasulullah tersenyum menyaksikan para shahabatnya mendirikan shalat. Beliau teringat perjuangan menyebarkan Islam yang telah beliau tempuh bersama para shahabatnya itu selama 23 tahun.
Abu Bakar dan sebahagian jamaah sadar kalau Rasulullah sedang memperhatikan mereka di depan pintu rumahnya. Nyaris saja Abu Bakar melangkah mundur sebagai isyarat agar Rasulullah mengimami mereka, namun Rasulullah berkata, “Lanjutkan shalat kalian..” Rasulullah tersenyum dan menutup kembali pintu rumahnya.
Itu adalah kali terakhir para shahabat melihat Rasulullah sebelum beliau wafat. Dan juga kali terakhir Rasulullah melihat para shahabat, dan saat itu mereka dalam keadaan sedang shalat.
Senin, waktu dhuha, 12 Rabi’ul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah)
Fathimah ra., putri Rasulullah Saw mendatangi beliau, dan duduk di sebelah kanan Rasulullah. “Selamat datang wahai putriku” Sapa Rasulullah. Lalu beliau membisikkan sesuatu kepada Fathimah, seketika Fatimah menangis. Rasulullah membisikkan untuk kedua kalinya, dan seketika itu pula Fatimah tertawa.
“Apa yang dikatakan Rasulullah Saw kepadamu?” Tanya Aisyah ra.
“Pertama, Rasulullah membisikkan kepadaku; ‘Bahwa Malaikat Jibril biasanya menemuinya sekali dalam setahun untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Namun, tahun ini Jibril dua kali menemuinya. Ini mungkin pertanda ajalnya sudah dekat’. Makanya aku menangis”. Jawab Fatimah Ra.
Lalu Fatimah melanjutkan, “Yang kedua, Rasulullah menanyakan, ‘Apa kamu bersedia menjadi yang pertama dari keluargaku yang akan melanjutkan perjuanganku? Atau bersediakah engkau menjadi ‘Ibu bagi orang-orang yang beriman(ummahatulmukminin)?’ Dan aku tertawa haru mendengar pertanyaan itu”, tuntas Fatimah ra.
Ini adalah dialog terakhir antara Rasulullah dengan putri tercintanya Fatimah Ra.
Senin, detik-detik wafatnya Rasulullah, 12 Rabi’ul Awwal 11 H
Di detik-detik terakhir, datang Abdurrahman bin Abubakar (Abang dari Aisyah ra) dan ia membawa siwak (kayu yang biasa digunakan untuk membersihkan gigi). Aisyah melihat Rasulullah memperhatikan siwak tersebut, dan lewat isyarat istrinya tahu Beliau seperti ingin bersiwak saat itu. Lalu Rasulullah duduk bersandar pada Abdurrahman. Aisyah ra. langsung tanggap dan meminta siwak dari Abdurrahman agar Rasulullah bisa bersiwak, dan bersiwak adalah pekerjaan Rasulullah yang terakhir sebelum menemui ajal.
Setelah selesai bersiwak, Rasulullah memandang ke atas, dan bibir beliau berkomat-kamit pelan hingga Aisyah ra mendekatkan wajahnya dan mendengar Rasulullah berdo’a;
مع الذين أنعمت عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين، أللهم اغفرلي وارحمني والحقني بالرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى..
Artinya:
“Sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dari golongan para Nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada dan para shalihin. Wahai Allah, ampunilah dosaku, sayangilah aku, dan pertemukan aku dengan-Mu (Kekasihku Yang Maha Tinggi). Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi..
Setelah membaca kalimat di atas, Nabi Muhammad Rasulullah membasuh wajahnya dengan air yang tersedia di sisi beliau, dan kembali melafadhkan ;
إن للموت لسكرات.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى..
Artinya:
“Sesungguhnya kematian itu akan menghadapi ‘sakaratulmaut’, Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi..”
Lalu Rasulullah-pun menghembuskan nafas terakhirnya.. setelah menyampaikan pesan terakhir Beliau kepada ummatnya;
الصلاة.. الصلاة.. الصلاة.. وما ملكت أيمانكم
(Dirikanlah shalat, shalat, shalat! Dan bebaskan budak-budakmu..!)
Nabi Muhammad Saw. baru saja kembali dari ziarah maqam para shahabat (baqi’), ketika Malaikat Jibril menemui Beliau dan mengajukan dua pilihan. Apakah Rasulullah menginginkan dunia dan segala isinya, atau bertemu Allah Swt? Dan Rasulullah Saw memilih opsi kedua.
Setibanya di rumah, Aisyah ra. menyambut Rasulullah seraya berkata; “Wahai Rasul, kepalaku pusing”. Rasulullah-pun tersenyum, “Demi Allah wahai istriku, kepalaku juga pusing sekali”. Lalu Rasulullah bertanya kepada Aisyah sambil bersendagurau, “Apa yang menjadi beban pikiranmu, bila engkau meninggal duluan sebelum aku?”
Sambil bersenda mesra Aisyah menjawab, “Demi Allah, jika demikian wahai Muhammad, Engkau tinggal menjumpai istri-istrimu yang lain”. Rasulullah tersenyum mendengar jawaban Aisyah, dan Beliau tidur pada malam itu dalam keadaan sakit. Inilah permulaan sakit Rasulullah yang menyebabkan wafatnya beliau.
Rabu, 7 Rabi’ul Awwal 11 H (Lima hari sebelum wafat)
Seperti biasa Nabi Muhammad Saw. mengunjungi istri-istrinya secara adil. Dan setibanya di rumah Maimunah ra, sakit Beliau tiba-tiba bertambah parah. Lalu Rasulullah memanggil istri-istrinya untuk berkumpul, lalu meminta izin agar bisa dirawat di rumah Aisyah ra. Keadaan Rasulullah semakin parah, beliau terpaksa dipapah oleh Fadhil bin ‘Abbas dan Ali bin Abi Thalib menuju ke rumah Aisyah, sedang kedua kaki Beliau sudah tidak bisa menapak tanah.
Kamis, 8 Rabi’ul Awwal 11 H (Empat hari sebelum wafat)
Rasulullah meminta dibawakan untuknya tujuh bejana berisi air dari tujuh sumur yang berbeda. Dalam posisi duduk, Rasulullah dimandikan dengan air tersebut. Karena merasa pusingnya agak berkurang, Rasulullah keluar dan berkhutbah di hadapan ummatnya. Dan pada hari itu juga, Rasulullah masih sempat shalat magrib berjamaah bersama para shahabat.
Itu merupakan khutbah terakhir Rasulullah, dan shalat terakhir beliau bersama para sahabat dan pengikutnya.
Minggu, 11 Rabi’ul Awwal 11 H (Satu hari menjelang wafat)
Nabi Muhammad Saw. membebaskan semua hamba sahayanya, dan menghibahkan seluruh peralatan perangnya kepada kaum muslimin. Tidak ada yang tersisa dari harta Beliau kecuali disedekahkan semuanya.
Senin pagi, 12 Rabi’ul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah)
Ketika kaum muslimin sedang menunaikan sholat shubuh berjama’ah, dan Abu Bakar r.a bertindak sebagai imam. Rasulullah membuka pintu rumahnya yang bersebelahan dengan jama’ah shalat. Rasulullah tersenyum menyaksikan para shahabatnya mendirikan shalat. Beliau teringat perjuangan menyebarkan Islam yang telah beliau tempuh bersama para shahabatnya itu selama 23 tahun.
Abu Bakar dan sebahagian jamaah sadar kalau Rasulullah sedang memperhatikan mereka di depan pintu rumahnya. Nyaris saja Abu Bakar melangkah mundur sebagai isyarat agar Rasulullah mengimami mereka, namun Rasulullah berkata, “Lanjutkan shalat kalian..” Rasulullah tersenyum dan menutup kembali pintu rumahnya.
Itu adalah kali terakhir para shahabat melihat Rasulullah sebelum beliau wafat. Dan juga kali terakhir Rasulullah melihat para shahabat, dan saat itu mereka dalam keadaan sedang shalat.
Senin, waktu dhuha, 12 Rabi’ul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah)
Fathimah ra., putri Rasulullah Saw mendatangi beliau, dan duduk di sebelah kanan Rasulullah. “Selamat datang wahai putriku” Sapa Rasulullah. Lalu beliau membisikkan sesuatu kepada Fathimah, seketika Fatimah menangis. Rasulullah membisikkan untuk kedua kalinya, dan seketika itu pula Fatimah tertawa.
“Apa yang dikatakan Rasulullah Saw kepadamu?” Tanya Aisyah ra.
“Pertama, Rasulullah membisikkan kepadaku; ‘Bahwa Malaikat Jibril biasanya menemuinya sekali dalam setahun untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Namun, tahun ini Jibril dua kali menemuinya. Ini mungkin pertanda ajalnya sudah dekat’. Makanya aku menangis”. Jawab Fatimah Ra.
Lalu Fatimah melanjutkan, “Yang kedua, Rasulullah menanyakan, ‘Apa kamu bersedia menjadi yang pertama dari keluargaku yang akan melanjutkan perjuanganku? Atau bersediakah engkau menjadi ‘Ibu bagi orang-orang yang beriman(ummahatulmukminin)?’ Dan aku tertawa haru mendengar pertanyaan itu”, tuntas Fatimah ra.
Ini adalah dialog terakhir antara Rasulullah dengan putri tercintanya Fatimah Ra.
Senin, detik-detik wafatnya Rasulullah, 12 Rabi’ul Awwal 11 H
Di detik-detik terakhir, datang Abdurrahman bin Abubakar (Abang dari Aisyah ra) dan ia membawa siwak (kayu yang biasa digunakan untuk membersihkan gigi). Aisyah melihat Rasulullah memperhatikan siwak tersebut, dan lewat isyarat istrinya tahu Beliau seperti ingin bersiwak saat itu. Lalu Rasulullah duduk bersandar pada Abdurrahman. Aisyah ra. langsung tanggap dan meminta siwak dari Abdurrahman agar Rasulullah bisa bersiwak, dan bersiwak adalah pekerjaan Rasulullah yang terakhir sebelum menemui ajal.
Setelah selesai bersiwak, Rasulullah memandang ke atas, dan bibir beliau berkomat-kamit pelan hingga Aisyah ra mendekatkan wajahnya dan mendengar Rasulullah berdo’a;
مع الذين أنعمت عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين، أللهم اغفرلي وارحمني والحقني بالرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى..
Artinya:
“Sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dari golongan para Nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada dan para shalihin. Wahai Allah, ampunilah dosaku, sayangilah aku, dan pertemukan aku dengan-Mu (Kekasihku Yang Maha Tinggi). Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi..
Setelah membaca kalimat di atas, Nabi Muhammad Rasulullah membasuh wajahnya dengan air yang tersedia di sisi beliau, dan kembali melafadhkan ;
إن للموت لسكرات.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى..
Artinya:
“Sesungguhnya kematian itu akan menghadapi ‘sakaratulmaut’, Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi..”
Lalu Rasulullah-pun menghembuskan nafas terakhirnya.. setelah menyampaikan pesan terakhir Beliau kepada ummatnya;
الصلاة.. الصلاة.. الصلاة.. وما ملكت أيمانكم
(Dirikanlah shalat, shalat, shalat! Dan bebaskan budak-budakmu..!)
Perbedaannya Kedua Versi
Perbedaannya kedua versi jelas sekali.... Antara Fatimah dan Aisyah, juga Ali dengan Abdurahman.
Kalimat terakhir yang diucapkan, juga bisa menimbulkan perbedaan,
Kalaupun semua kejadian itu benar, hendaklah dimasukkan semuanya, jangan sepotong sepotong, karena informasi dan pemahaman yang sempal-sempalan akan memicu aliran sempalan. Yang akan memicu saling menyalahkan.
Bagaimanapun juga, Nabi Muhammad sebagai manusia agung, Rasul Terbaik, tak pantas rasanya juga meributkan, saling menyalahkan, mengatas namakan beliau. Sedangkan beliau adalah manusia yang paling lembuuut hatinya, haluuss perilakunya, indah tutur sapanya. Tentu anda pun merasakan keteduhan saat membaca perilaku-perilaku beliau melalui kitab-kitab maulid.
Ikhwan, Sebutan Untuk Umat Yang Dirindui Oleh Rasulullah s.a.w
Ikhwan berarti saudara....
saudara dengan sahabat... tentu lebih dekat saudara jika dalam pertalian darah, meskipun pada kenyataannya banyak sahabat yang lebih dekat daripada saudara.
Tapi jika yang berbicara itu adalah Rasulullah, orang yang tidak pernah berdusta,, tentu ini sebuah keberuntungan bagi ummat yang mendapat predikat IKHWAN.
Disuatu Majelis, Nabi mengucapkan rindu pada saudaranya, suasana di majelis pertemuanpun tiba-tiba hening sejenak. Semua yang hadir diam membatu. Mereka seperti sedang memikirkan sesuatu. Lebih-lebih lagi Sayyidina Abu Bakar. Itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihi mengungkapkan pengakuan sedemikian.
"Apakah maksudnya Engkau berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?" Sayyidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mulai menyerabut pikiran.
"Tidak, wahai Abu Bakar. Kalian semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan)," suara Rasulullah bernada rendah.
"Kami juga ikhwanmu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain pula.
Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Baginda bersuara,
"Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka."
"Apakah maksudnya Engkau berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?" Sayyidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mulai menyerabut pikiran.
"Tidak, wahai Abu Bakar. Kalian semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan)," suara Rasulullah bernada rendah.
"Kami juga ikhwanmu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain pula.
Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Baginda bersuara,
"Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka."
Post A Comment: