hubungan kepribadian dengan budaya ) menunjukkan bahwa adanya pengaruh biologis terhadap pembentukan tingkah laku manusia.
MAKALAH
PSIKOLOGI
(Kepribadian)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi.
PSIKOLOGI
(Kepribadian)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi.
secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola - pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum. Dari situ lah timbul yang namanya pengetahuan, Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis dengan memperhitungkan sebab –akibat dan dapat untuk menerangkan gejala – gejala tertentu. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya rasa keingintahuan dalam memahami manusia. Salah satu teori yang dijadikan pembelajaran dalam memahami kepribadian dan watak manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
KEPRIBADIAN
A. Pengertian Kepribadian
Pengertian kepribadian adalah ciri – ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus, yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten dan konskuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berada dari individu – individu. ( Koetjaraningrat, 1985:102).
Pengertian kepribadian menurut para ahli sebagai berikut :
1. Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
2. Menurut M.A.W Bouwer kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
3. Menurut Cuber kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
4. Menurut Theodore R. Newcombe kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
5. Menurut Horton Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.
6. Menurut Schever Dan Lamm mendefinisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atu baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi.
7. Menurut Roucek dan WarrenKepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku seseorang.
Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian (personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup pola - pola pemikiran dan perasaan, konsep diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:
1. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
a. Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
b. Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
c. Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.
d. Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
e. Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
C. Hubungan Kepribadian Dengan Kebudayaan
Menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor biologis misalnya, sistem syaraf, proses pendewasaan, dan kelainan biologis lainnya, sedangkan faktor psikologis adalah seperti unsur temperamen, kemampuan belajar, perasaan, keterampilan, keinginan dan lain-lain. Dan yang terakhir, adalah faktor sosiologis. Kepribadian dapat mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan lain-lain yang khas dimiliki oleh seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain
Seseorang yang sejak kecil dilahirkan sampai dewasa selalu belajar dari orang-orang disekitarnya. Secara bertahap dia akan mempunyai konsep kesadaran tentang dirinya sendiri. Lama-kelamaan perilaku-perilaku si anak akan menjadi sifat yang nantinya menghasilkan suatu kepribadian.
Berikut ini adalah beberapa kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life ).
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value ).
3. Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
4. Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5. Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.
D. Hubungan Kepribadian Dengan Keragaman Individu.
Keesing (1989, 1 : 95 ) menyatakan Asumsi – asumsi dasar tersebut di atas ( hubungan kepribadian dengan budaya ) menunjukkan bahwa adanya pengaruh biologis terhadap pembentukan tingkah laku manusia. Selain unsur biologis, ternyata juga dipengaruhi oleh faktor yang berbeda antara satu dengan lain. Pengakuan pentingnya faktor – faktor biologis tersebut menghilangkan dasar – dasar budaya. Sementara pendapat suatu karakteristik dapat mendasari dan membatasi keragaman budaya, sedangkan pihak lain menjelaskan bahwa berbagai perbedaan bawaan dan keragaman pengalaman individu menyulitkan pembakuan seseorang yang diasumsikan. Hal ini sekaligus membuka kesempatan ke arah kajian tentang kemungkinan adanya pola – pola universal yang disalurkan,diutarakan dan dinilai berdasarkan tradisi budaya yang berbeda. Tradisi budaya dapat memaksakan pencapaian berbagai sasaran yang berlainan , pelampiasan. Tetapi di bawah sandi harapan budaya ini.
E. Unsur-Unsur Kepribadian
Koentjaraningrat (1985:103-110) menjelaskan ada beberapa unsur yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis dengan memperhitungkan sebab –akibat dan dapat untuk menerangkan gejala – gejala tertentu. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dalam lingkungan individu itu ada bermacam-macam hal yang dialaminya melalui penerimaan pancaindera-nya serta alat penerima atau reseptor organismenya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin) dan sebagainya, yang masuk ke dalam sel-sel tertentu di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Di sana berbagai proses fisik, fisiologi, dan psikologi terjadi, yang menyebabkan berbagai macam getaran tekanan tadi, kemudian diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan tadi. Seluruh proses akal yang sadar (conscious) tadi, dalam ilmu psikologi disebut “persepsi”.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis dengan memperhitungkan sebab –akibat dan dapat untuk menerangkan gejala – gejala tertentu. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Dalam lingkungan individu itu ada bermacam-macam hal yang dialaminya melalui penerimaan pancaindera-nya serta alat penerima atau reseptor organismenya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin) dan sebagainya, yang masuk ke dalam sel-sel tertentu di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Di sana berbagai proses fisik, fisiologi, dan psikologi terjadi, yang menyebabkan berbagai macam getaran tekanan tadi, kemudian diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan tadi. Seluruh proses akal yang sadar (conscious) tadi, dalam ilmu psikologi disebut “persepsi”.
2. Perasaan
Perasaan adalah rasa, kesadaran batin sewaktu menghadapi mempertimbangkan tentang sesuatu hal/pendapat. Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan. Kalau orang pada suatu hari yang luar biasa panasnya melihat papan gambar reklame minuman Green tea berwarna yang tampak segar dan nikmat, maka persepsi itu menyebabkan seolah-olah terbayang di mukanya suatu penggambaran segelas Green tea yang dingin dan penggambaran itu dihubungkan oleh akalnya dengan penggambaran lain yang timbul kembali sebagai kenangan dalam kesadarannya, menjadi suatu apersepsi tentang dirinya sendiri yang tengah menikmati segelas Green tea dingin, manis, dan menyegarkan pada waktu hari sedang panas-panasnya yang seakan-akan demikian realistiknya sehingga keluarlah air liurnya. Apersepsi seorang individu yang menggambarkan diri sendiri sedang menikmati segelas Green tea dingin tadi menimbulkan dalam kesadarannya suatu perasaan yang positif, yaitu perasaan nikmat dan perasaan nikmat itu sampai nyata mengeluarkan air liur.
Sebaliknya, kita dapat juga menggambarkan adanya seorang individu yang melihat sesuatu hal yang buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan, mencium bau busuk, dan sebagainya.Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan dalam kesadaran perasaan yang negatif, karena dalam kesadaran terkenang lagi misalnya bagaimana kita menjadi muak karena sepotong ikan yang sudah busuk yang kita alami di masa lampau.Apersepsi tersebut mungkin dapat menyebabkan kita menjadi benar-benar merasa muak apabila kita mencium lagi bau ikan busuk.
3. Dorongan Naluri
Dorongan naluri adalah dorongan hati yang dibawa sejak lahir, yang tanpa disadari mendorong untuk berbuat sesuatu. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam organismenya, dan khususnya dalam gen-nya sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia itu, oleh beberapa ahli psikologi disebut “dorongan” (drive).
Ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
a. Dorongan untuk mempertahankan hidup
Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologi yang juga pada semua makhluk di dunia ini dan yang menyebabkan semua jenis mampu mempertahankan hidupnya di dunia ini.
Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologi yang juga pada semua makhluk di dunia ini dan yang menyebabkan semua jenis mampu mempertahankan hidupnya di dunia ini.
b. Dorongan seks.
Dorongan ini timbul pada setiap individu yang normal tanpa terkena pengaruh pengetahuan, dan memang mendorong landasan biologi yang mendorong makhluk manusia untuk membentuk keturunan yang melanjutkan jenisnya. Selain untuk mendapatkan keturunan, juga untuk mendapatkan status sosial.
Dorongan ini timbul pada setiap individu yang normal tanpa terkena pengaruh pengetahuan, dan memang mendorong landasan biologi yang mendorong makhluk manusia untuk membentuk keturunan yang melanjutkan jenisnya. Selain untuk mendapatkan keturunan, juga untuk mendapatkan status sosial.
c. Dorongan untuk usaha mencari makan/pekerjaan.
Dorongan ini tidak perlu dipelajari, sejak bayi pun manusia sudah menunjukkan dorongan untuk mencari makanan , yaitu dengan mencari susu ibunya tanpa dipengaruhi oleh pengetahuan tentang adanya hal- hal tersebut, dan ini berkembang (mencari kerja) berdasarkan pengalaman dan pengetahuan serta faktor lingkungan di sekitar.
Dorongan ini tidak perlu dipelajari, sejak bayi pun manusia sudah menunjukkan dorongan untuk mencari makanan , yaitu dengan mencari susu ibunya tanpa dipengaruhi oleh pengetahuan tentang adanya hal- hal tersebut, dan ini berkembang (mencari kerja) berdasarkan pengalaman dan pengetahuan serta faktor lingkungan di sekitar.
d. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia.
Dorongan ini memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial.
Dorongan ini memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial.
e. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
Hal ini merupakan sumber dari adanya beraneka warna kebudayaan diantaranya di antara makhluk manusia, sebab adanya dorongan ini manusia mengembangkan adat yang memaksakan berbuat konform dengan manusia sekitarnya.
Hal ini merupakan sumber dari adanya beraneka warna kebudayaan diantaranya di antara makhluk manusia, sebab adanya dorongan ini manusia mengembangkan adat yang memaksakan berbuat konform dengan manusia sekitarnya.
f. Dorongan untuk berbakti.
Hal ini ada karena manusia sebagai makhluk secara kolektif, sehingga ia dapat hidup bersama dengan manusia lain secara serasi. Dalam berbagai hal dorongan ini sering dieksetensikan dari sesama manusia kepada kekuatan yang diangapannya berada di luar akalnya, maka timbul religi.
Hal ini ada karena manusia sebagai makhluk secara kolektif, sehingga ia dapat hidup bersama dengan manusia lain secara serasi. Dalam berbagai hal dorongan ini sering dieksetensikan dari sesama manusia kepada kekuatan yang diangapannya berada di luar akalnya, maka timbul religi.
g. Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak.
Dorongan dalam arti keindahan bentuk,warna,suara,dan gerak, pada seorang bayi dorongan itu sering tampak pada gejala tertariknya kepada bentuk – bentuk tertentu dari benda- benda di sekitarnya, warna –warna cerah, suara yang nyaring, dan berirama dan kepada gerak-gerak yang selaras. Sehingga dorongan naluri ini merupakan landasan dari suatu unsur terpenting dalam kebudayaan manuai yaitu kesenian.
E. Materi Dari Unsur-Unsur Kepribadian
Dalam sebuah konsep kepribadian umum,makin dipertajam dengan terciptanya konsep basic personality structure, atau “kepribadian dasar”, yaitu semua semua unsur kepribadian yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat.
Dorongan dalam arti keindahan bentuk,warna,suara,dan gerak, pada seorang bayi dorongan itu sering tampak pada gejala tertariknya kepada bentuk – bentuk tertentu dari benda- benda di sekitarnya, warna –warna cerah, suara yang nyaring, dan berirama dan kepada gerak-gerak yang selaras. Sehingga dorongan naluri ini merupakan landasan dari suatu unsur terpenting dalam kebudayaan manuai yaitu kesenian.
E. Materi Dari Unsur-Unsur Kepribadian
Dalam sebuah konsep kepribadian umum,makin dipertajam dengan terciptanya konsep basic personality structure, atau “kepribadian dasar”, yaitu semua semua unsur kepribadian yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat.
Kepribadian dasar ada karena semua individu warga masyarakat mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan mereka. Metodologi untuk mengumpulkan data mengenai kepribadian bangsa dapat dilakukan dengan mengumpulkan sample dari warga masyarakat yang menjadi objek penelitian, yang kemudian diteliti kepribadiannya dengan tes Psikologi.
Selain ciri watak umum, seorang Individu memilki ciri-ciri wataknya sendiri, sementara adaindividu-individu dalam sample yang tidak meliki unsur-unsur kepribadian umum. Pendekatan dalam penelitian kepribadian suatu kebudaya juga dilaksanakan dengan metode lain yang didasarkan pada ciri-ciri dan unsur watak seorang individu dewasa.
Pembentukan watak dan jiwa individu banyak dipengaruhi oleh pengalamannya di masa kanak-kanak serta pola pengasuhan orang tua.Berdasarkan konsepsi Psikologi tersebut, para ahli Antropologi berpendirian bahwa dengan mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak yang khas akan dapat mengetahui adanya berbagai unsur kepribadian pada sebagian besar warga yang merupakan akibat dari pengalaman-pengalaman mereka sejak masa kanak-kanak.
Penelitian mengenai etos kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan oleh tokoh Antroplogi R. Benedict, R. Linton, dan M. Mead.Sehingga menjadi bagian khusus dalam antropologi yang dinamakan personality and culture.
Seorang ahli etnopsikologi, A.F.C. Wallace, pernah membuat suatu kerangka dimana terdaftar secara sistematikal seluruh materi yang menjadi objek dan sasaran unsur-unsur kepribadian manusia. Kerangka itu menyebut tiga hal yang pada tahap pertama merupakan isi kepribadian pokok, yaitu :
- Aneka warna kebutuhan organik diri sendiri, aneka warna kebutuhan serta dorongan organik maupun psikologi sesama manusia yang lain daripada diri sendiri. Sedangkan kebutuhan tadi dapat dipenuhi atau tidak dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, sehingga memuaskan dan bernilai positif baginya, atau tidak memuaskan dan bernilai negatif.
- Aneka warna hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri atau identitas aku, baik aspek fisik maupun psikologinya, dan segala hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu mengenai bermacam-macam kategori manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan, dan gejala alam, baik yang nyata maupun yang gaib dalam lingkungan sekelilingnya.
- Berbagai macam cara untuk memenuhi. Memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau mempergunakan aneka warna kebutuhan dari hal tersebut di atas, sehingga tercapai keadaan memuaskan dalam kesadaran individu bersangkutan. Pelaksanaan berbagai macam cara dan jalan itu terwujud dalam aktivitas dari seorang individu.
F. Aneka Warna Kepribadian
Koentjraningrat (1985:115) menjelaskan bahwa Aneka warna materi yang menjadi isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, serta keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan adanya beraneka macam struktur kepribadian pada setiap manusia yang hidup dimuka bumi, dan menyebabkan bahwa peribadian tiap individu itu unik berbeda dengan kepribadian individu yang lain. Hal ini menyebabkan suatu tingkah laku yang berpola yaitu kebiasaan maupun berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya kepribadian , dan berbagai tingkah laku berpola dari individu – individu tersebut.
G. Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian menurut Jean Jacques Rousseau berlangsung dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap perkembangan masa bayi (sejak lahir- 2 tahun)
Tahap ini didominasi oleh perasaan.Perasaan ini tidak tumbuh dengan sendiri melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimulus lingkungan.
Tahap ini didominasi oleh perasaan.Perasaan ini tidak tumbuh dengan sendiri melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimulus lingkungan.
2. Tahap perkembangan masa kanak-kanak (umur 2-12 tahun)
Pada tahap ini perkembangan kepribadian dimulai dengan makin berkembangnya fungsi indra anak dalam mengadakan pengamatan.
Pada tahap ini perkembangan kepribadian dimulai dengan makin berkembangnya fungsi indra anak dalam mengadakan pengamatan.
3. Tahap perkembangan pada masa preadolesen (umur 12- 15 tahun)
Pada tahap ini perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan. Anak mulai kritis dalam menanggapi ide orang lain. anak juga mulai belajar menentukan tujuan serta keinginan yang dapat membahagiakannya.
Pada tahap ini perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan. Anak mulai kritis dalam menanggapi ide orang lain. anak juga mulai belajar menentukan tujuan serta keinginan yang dapat membahagiakannya.
4. Tahap perkembangan masa adolesen (umur 15- 20 tahun)
Pada masa ini kualitas hidup manusia diwarnai oleh dorongan seksualitas yang kuat, di samping itu mulai mengembangkan pengertian tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan tingkah laku yang bernilai moral.
Pada masa ini kualitas hidup manusia diwarnai oleh dorongan seksualitas yang kuat, di samping itu mulai mengembangkan pengertian tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan tingkah laku yang bernilai moral.
5. Tahap pematangan diri (setelah umur 20 tahun)
Pada tahap ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan.Mulai dapat membedakan tujuan hidup pribadi, yakni pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok, serta pemuasan keinginan masyarakat.Pada masa ini terjadi pula transisi peran social, seperti dalam menindaklanjuti hubungan lawan jenis, pekerjaan, dan peranan dalam keluarga, masyarakat maupun Negara. Realisasi setiap keinginan
H. Kepribadian Umum
Pada tahap ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan.Mulai dapat membedakan tujuan hidup pribadi, yakni pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok, serta pemuasan keinginan masyarakat.Pada masa ini terjadi pula transisi peran social, seperti dalam menindaklanjuti hubungan lawan jenis, pekerjaan, dan peranan dalam keluarga, masyarakat maupun Negara. Realisasi setiap keinginan
H. Kepribadian Umum
Koentjaraningrat (1985:117) mengutip pendapat Ralp Linton menyatakan bahwa yang mengembangkan suatu penelitian tentang kepribadian umum. Ia mencari hubungan dengan para ahli psikologi untuk mempertajam pengertian tentang konsep – konsep psikologi yang menyangkut kepribadian umum tersebut. Kepribadian dasar itu ada karena semua individu dari warga masyarakat mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama masa tumbuhnya.
Pembentukan watak dalam jiwa individu banyak dipengaruhi oleh pengalaman ketika ia sebagai anak – anak yang diasuh orang – orang dalam lingkungan nya seperti : bapak –ibunya, saudara-saudaranya dan orang –orang yang ada dalam sekitarnya. Watak juga ditentukan oleh cara – cara ia sewaktu masih kecil: diajari makan,kebersihan,disiplin,bermain dan bergaul dengan anak – anak lainnya. Oleh sebab itu setiap kebudayaan /masyarakat mempunyai cara pengasuhan anak menunjukkan keseragaman pola –pola adat dan norma –norma tertentu.
Penelitian pertama mengenal etos kebudayaan dan kepribadian bangsa yang dimulai oleh antropolog: R. Benedit, Ralph Linton dan Margaret Mead yang dikembangkan dalam penelitian kepribadian dan kebudayaan.
Koertjaraningrat (1985;111-130) membedakan antara kepribadian barat dan kepribadian timur, yaitu :
- Kepribadian barat yaitu konsep tentang pandangan hidup yang lebih mementingkan material,pikiran logis/rasional, hubungan sosial berorientasi pada azas menguntungkan dan bersifat individual.
- Kepribadian timur yaitu konsep tentang pandangan hidup yang lebih mementingkan kerohanian, keramahan, solidaritas sosial, kerukunan hidup bersama, spritual dan berpikir logis.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya. Watak digunakan untuk memberikan penafsiran kepada benda-benda maupun manusia.
Pembentukan watak dalam jiwa individu banyak dipengaruhi oleh pengalaman ketika ia sebagai anak – anak yang diasuh orang – orang dalam lingkungan nya seperti : bapak –ibunya, saudara-saudaranya dan orang –orang yang ada dalam sekitarnya. Watak juga ditentukan oleh cara – cara ia sewaktu masih kecil: diajari makan,kebersihan,disiplin,bermain dan bergaul dengan anak – anak lainnya. Oleh sebab itu setiap kebudayaan /masyarakat mempunyai cara pengasuhan anak menunjukkan keseragaman pola –pola adat dan norma –norma tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
- Djali, Prof. Dr. H. psikologi pendidikan. Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2007
- Morgan, Clifford T. psikologi sebuah pengantar. Jakarta; PT. Pradnya Paramita, 1986
- Soemanto, Drs. Wasty. Psikologi pendidikan; Landasan kerja pemimpin pendidikan. Jakarta; PT. Renika Cipta. 1990
- Santrock, Jhon W. psikologi pendidikan. Jakarta; Kencana Media Group. 2010.
Post A Comment:
0 comments so far,add yours
Posting Komentar