Begitu juga jika seorang yang jahat, ahli maksiat meninggal, maka qorin pun masih akan bersikap seperti orang yang sudah meninggal tersebut, jadi jika ada orang sering ditakuti oleh jin, katanya itu adalah qorin dan mereka yang hidupnya sering berbuat jahat juga.

7 Lokasi Yang Terkenal Paling Angker di Surabaya Karena Berhantu
Kabelantena - Sebagai warga negara Indonesia, tentu kita mengetahui kalau wilayah Nusantara ini tidak terlepas dari hal gaib atau makhluk halus. Menurut dari cerita berbagai sumber yang saya dapat, bahwa dunia ketika ada seorang yang mati maka qorin akan terus berlaku/bertingkah laku seperti orang yang mati tersebut.
Qorin adalah jin yang ditugaskan untuk mendampingi manusia, dan jin tersebut mirip sekali tindak tanduknya dengan manusia yang didampinginya, jadi ketika seseorang semasa hidupnya beribadah, maka jin qorin ini pun akan mengikutinya, jadi tak jarang kita mendengar kalau seorang yang alim telah meninggal, katanya sering melihat di sekitar rumahnya lagi sholat atau lagi ngaji.

Begitu juga jika seorang yang jahat, ahli maksiat meninggal, maka qorin pun masih akan bersikap seperti orang yang sudah meninggal tersebut, jadi jika ada orang sering ditakuti oleh jin, katanya itu adalah qorin dan mereka yang hidupnya sering berbuat jahat juga.

Dan sudah berbagai cerita seram yang berhubungan dengan mahkluk halus sudah menjadi budaya di Indonesia, bahkan di setiap kota Indonesia selalu memiliki cerita seram sendiri yang sudah ada turun temurun.

Seperti halnya dengan kota Surabaya, yang menurut cerita dari penduduk sekitar, dimana diketahui di kota pahlawan ini ada beberapa tempat yang memiliki kisah seram. Kisah tempat angker di Surabaya ini sudah menjadi urban legend bagi masyarakat Surabaya.

Dari bangunan tua yang apik buat berfoto ria sampai sebuah Mall yang selalu ramai dkunjungi setiap harinya masuk dalam list tempat angker yang ada di Surabaya ini. Dimana saja tempatnya? berikut ulasannya.

#1 Jembatan Merah

10 Tempat Ini Terkenal Angker di Surabaya Karena Berhantu
Jembatan Merah dibentuk atas kesepakatan Pakubowono II dari Mataram dengan VOC sejak 11 November 1743. Dalam perjanjian disebutkan bahwa beberapa daerah pantai utara, termasuk Surabaya, diserahkan ke VOC, termasuk Surabaya yang berada di bawah kolonialisme Belanda.

Sejak saat itu, daerah Jembatan Merah menjadi kawasan komersial dan menjadi jalan satu-satunya yang menghubungkan Kalimas dan Gedung Residensi Surabaya. Dengan kata lain, Jembatan Merah merupakan fasilitator yang sangat penting pada era itu. 

Ada yang mengatakan asal nama Jembatan Merah, karena dari awal memang warnanya memang merah, tapi ada juga cerita lainnya yang menyebutkan karena percikan darah para pejuang melawan pasukan penjajah.

Kisah seram yang beredar, saat malam hari, di jembatan yang menghubungkan jalan Rajawali dengan jalan Kembang Jepun ini sering tercium bau bangkai dan aroma anyir darah yang menyengat hidung.

#2 Rumah Sakit Simpang, Surabaya

Sejarah Rumah sakit simpang
10 Tempat Ini Terkenal Angker di Surabaya Karena Berhantu
Semula Rumah Sakit di Simpang ini diberi nama Centrale Burgerlijke Zienkeninrichting, kemudian terkenal dengan sebutan Centrale Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ). Tapi ada juga yang menyebut Simpang Hospital atau Rumah Sakit Simpang.
Rumah sakit ini dibangun atas perintah Deandels (1808) untuk melengkapi keberadaan rumah sakit sebelumnya yang relatif baik, tapi bangunannya terlalu rendah dan pengap. Namun pembangunan rumah sakit ini juga mengalami bongkar-bangun beberapa kali, karena pengerjaannya yang tergesa-gesa dan strukturnya terlalu lemah. Atau mengalami penambahan ruang, dari semula yang hanya mampu menampung sekitar 150 orang menjadi cukup untuk 200 orang.
Toh karena rumah sakit ini menjadi rujukan banyak pasien, dari Surabaya bahkan Jawa Timur, ruang-ruang itu tetap tidak cukup menampung pasien yang datang. Apalagi pada saat terjadinya wabah epidemi kolera (1868), pasien yang datang hingga tiga kali lipat. Terlebih lagi ketika banyak militer menderita sakit selepas mereka kembali dari ekspedisi Bali. Dalam sebuah kamar, bisa bercampur antara penderita kolera dan penderita sakit lainnya. Kebutuhan akan ruang lebih luas pun menjadi niscaya, lalu dibangunlah bangsal-bangsal. Tapi pasien yang datang melebihi kapasitas normal, sehingga terpaksa semua dijejalkan di situ.
Kondisi memprihatinkan tidak saja dari terbatasnya ruang-ruang yang ada, tapi juga karena perawat yang bertugas. Keterampilan dan keahlian yang pas-pasan, jumlah perawat yang tidak seimbang dengan jumlah pasien, gaji yang kecil (f 50 per bulan tanpa makan), makin menambah semrawut dan buruknya pelayanan. Bayangkan, untuk menangani kira-kira 600 pasien hanya ada 2 perwira kesehatan (waktu itu semua pelayanan rumah sakit dijalankan oleh tenaga militer) yang bertugas jaga 2 hari sekali. Kepala yang dibebani dengan berbagai pekerjaan tata usaha, akhirnya hanya mampu menangani para pasien militer yang berpangkat tinggi, sementara militer yang lebih rendah bantuan medisnya amat kurang.
Melihat lemahnya keahlian perawat seperti ini, pemerintah Hindia Belanda (1851) mengembangkan pendidikan untuk dokter dan bidan. Seperti School voor Inlandche Genueeskundigen (sekolah untuk ahli kedokteran pribumi) yang kemudian diubah menjadi School tot Opleiding van Inlandche Artsen (STOVIA/Sekolah untuk Pendidikan Dokter Pribumi), dan School voor Inlandche Vroedvrouwen (sekolah untuk bidan pribumi). Tujuannya, yang pertama sebagai asisten dokter untuk mengurangi beban dokter dari Eropa, sedangkan lulusan sekolah bidan pribumi untuk menurunkan angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan.
Rumah sakit Simpang kemudian mengalami perbaikan (1876). Sanitasinya dibuat lebih segar dan desinfeksi. Penderita penyakit biasa dengan yang menular dipisahkan dalam ruangan tersendiri, sehingga jumlah kematian menjadi menurun. Pada awal abad 20 (1916) dibentuklah Dinas Kebersihan (Hygienische Dienst) untuk Jawa Timur dan berdiri di bawah pimpinan Inspektur Kesehatan Rakyat (Dienst der Volksgezondheid) seperti halnya di Batavia (Jakarta, 1913) yang tugasnya meliputi pengumpulan data, penelitian, penyelidikan penyakit-penyakit yang menular dengan maksud untuk mencari cara yang paling efektif dalam memberantas penyakit yang tengah menyerang penduduk.
Di samping itu, pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan rumah sakit militer di Karangmenjangan (1937). Akibat pecahnya Perang Dunia II, pembangunan gedung itu sempat terhenti. Perang yang berkecamuk di Eropa maupun di Asia, terutama Asia Pasifik itu berpengaruh besar terhadap Indonesia yang waktu itu di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Belanda yang dibantu Inggris dan Amerika Serikat dapat dipukul mundur oleh tentara Jepang. Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda, Letnan Jenderal H Ter Poorten, atas nama Angkatan Perang Serikat di Indonesia menyerah kepada Angkatan Perang Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Imamura (1942), dan sejak itulah seluruh Hindia Belanda dikuasai Jepang (1942-1945).
Pemerintah Jepang lalu melanjutkan pembangunan rumah sakit Karangmenjangan untuk menampung tentara yang membutuhkan perawatan. Sedangkan rumah sakit Simpang tetap berfungsi sebagai RS Sipil dan diubah namanya menjadi Roemah Sakit Oemoem Poesat (RSOP) Simpang. Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, bangsa Indonesia telah mendahului dengan Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945), meski belum ada penyerahan secara de facto dari Jepang kepada Sekutu. Di Surabaya kemudian dibentuk Pemerintahan Daerah dan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam upaya pengambilalihan kekuasaan, termasuk benda, gedung-gedung vital, senjata dan lain-lain melalui perjuangan hingga menimbulkan insiden berdarah.
Tak hanya dengan Jepang, tetapi juga dengan pihak Belanda dan tentara Sekutu yang tidak ingin Indonesia merdeka. Karena Belanda dan Sekutu berniat mengembalikan kekuasan Hindia Belanda, insiden itu lalu berkembang menjadi perang terbuka, yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya. Pertempuran sengit itu banyak menimbulkan korban luka dan meninggal. Mereka yang terluka diangkut ke Rumah Sakit Simpang untuk dirawat. Sementara yang meninggal di rumah sakit ini terpaksa di makamkan di lapangan bagian belakang rumah sakit, karena tidak sempat memakamkan di pemakaman yang ada. Tatkala pecah pertempuran di Surabaya (1945), pimpinan rumah sakit dijabat oleh dr. Soetopo.
Menangani pasien dan para korban pertempuran Surabaya, Rumah Sakit Simpang bekerja siang malam, selama 24 tanpa mengenal lelah. Itupun masih belum mampu menangani semua korban perang. Di tengah kesibukan pelayanan kesehatan itu, rumah sakit Simpang juga digunakan sebagai ajang rapat, mengatur strategi oleh para pejuang Arek Suroboyo, sekaligus bertemunya para relawan dari luar daerah yang mendarat lewat stasiun Gubeng. Semula, para pejuang kemerdekaan mampu mempertahankan diri. Namun karena kekurangan persenjataan, kurang pengalaman perang, kurang pendidikan kemiliteran dan kurang terampil menggunakan alat-alat militer, lambat laun para pejuang terdesak, mundur sampai ke luar kota. Dan Rumah sakit Simpang kemudian diambil alih oleh tentara Sekutu/Belanda.
Selanjutnya bisa ditebak, perkembangan kota Surabaya menuju kota modern telah merebut saksi sejarah yang sarat dengan peristiwa ini hingga musnah tanpa bekas. Padahal dilihat dari model, type dan konstruksinya, bangunan rumah sakit Simpang termasuk gapuranya termasuk arsitektur kuno yang langka, sehingga layak dilestarikan menjadi cagar budaya. Kalau sudah musnah, lalu apa yang bisa dilakukan untuk menancapkan kesejarahan? Bila gapuranya saja tidak bisa dibangun seperti aslinya, cukuplah papan nama sebagai tanda.

Suster Gepeng
Siapakah itu Suster Gepeng? Konon, dia adalah hantu yang berprofesi suster. Berpakaian putih-putih dan punya badan gepeng melayang-layang. Atau paling tidak, kakinya tidak menyentuh ke bumi saat berjalan.

Bagaimana Suster Gepeng ini bisa berprofesi sebagai suster? Itu juga masih jadi misteri. Menelusuri masa saat dia hidup sangat sulit. Beberapa teman juga bertanya, bagaimana kronologi Suster Gepeng bisa jadi Suster Gepeng?

Apakah dia saat hidup sudah suster (kemudian tewas mengenaskan), atau dia sudah jadi hantu dulu baru mendaftar jadi suster?

Atau, dia sebelumnya adalah hantu perempuan. Katakanlah, dia kuntilanak. Kemudian, Mbak Kukun ini tersesat setelah menakut-nakuti Udis, Cawa, dan Kibro. Capek, dia mampir ke sebuah rumah sakit dan memutuskan mendaftar jadi suster.

Berdasarkan penelusuran kami dan keterangan dari beberapa teman (bukan teman gaib lho ya), ternyata Suster Gepeng ini sudah suster saat masih hidup. Kemudian, karena dia tergencet lift tubuhnya jadi gepeng dan menjadi hantu.

Tiga Suster Gepeng

Tapi, Suster Gepeng bukan monopoli RS Karang Menjangan. Apalagi ular tangga #halah. Legenda suster satu ini juga ada di RS Simpang yang kini berubah jadi Surabaya Plasa. Bahkan, di sebuah rumah sakit di Semarang juga ada Suster Gepeng.

Belum diketahui apakah para Suster Gepeng ini adalah orang yang sama kemudian buka cabang. Atau mereka orang yang berbeda tapi sama-sama bernasib nahas. Yakni tergencet lift hingga gepeng.

Menurut cerita masyarakat, dia sebelumnya adalah suster yang kebetulan dapat shift malam hari di RS Simpang. Mungkin karena letih atau mungkin sedang galau, konsentrasi suster ini menurun. Dia tidak memperhatikan pintu lift yang sudah mulai bergerak menutup saat mau masuk.

Apesnya, belum pas seluruh badannya masuk ke ruang lift, pintu yang terbuat dari besi baja itu menggencetnya. Malang nian, dia terpenyet.

Sekarang Rumah sakit simpang ini telah berubah menjadi sebuah Mall, yaitu Delta Plaza.

#3 Penjara Kalisosok

10 Tempat Ini Terkenal Angker di Surabaya Karena Berhantu
Kalisosok terkenal angker dan seram. Warga sekitar menganggap penjara tua ini  banyak dihuni makhluk gaib, perwujudan para tahanan yang tewas akibat penyiksaan pemerintahaan kolonial Belanda. Banyak cerita yang di munculkan dari balik dinding penjara yang memiliki penjara bawah tanah ini. Hudi (47) sudah tinggal di daerah bekas penjara itu sejak tahun 1974 hingga saat ini. Ia mengatakan bahwa bekas penjara tersebut sudah tidak boleh dikunjungi lagi oleh masyarakat luas, jika ingin masuk kedalamnya, harus menemui dan minta ijin dengan penjaganya atau ijin pada Kodam di daerah Waru, Sidoarjo. Hudi pun dapat akses langsung untuk bisa masuk ke dalam. Biasanya ia masuk hanya untuk menangkap burung-burung yang tinggal didalamnya. Hudi pernah mengalami kejadian aneh saat ia sedang menangkap burung, ia mendengarkan suara tangisan bayi dan orang yang terbatuk-batuk, namun tidak ada seorangpun selainnya yang berada didalam penjara tersebut, namun Hudi mengabaikan suara-suara tersebut.

 Walikota Surabaya, Tri Rismaharini berencana memanfaatkan bekas bangunan penjara Kalisosok Surabaya. Selain akan difungsikan sebagai museum, bekas penjara bersejarah itu akan difungsikan sebagai pusat penjualan produk Usaha Kecil Menengah (UKM).

#4 Rumah Tse Tan (Spookhuis)

10 Tempat Ini Terkenal Angker di Surabaya Karena Berhantu
Surabaya dikenal sebagai salah satu Kota besar di Jawa Timur yang sudah sangat berkembang. Bahkan Surabaya selama ini juga sudah dikenal sebagai salah satu Kota yang maju dari sektor industri. Namun, meski begitu ternyata Surabaya juga masih memiliki sejumlah tempat yang menimpan kisah mistis. Salah satunya adalah rumah hantu kupang yang terletak di persimpangan jalan Dipenegoro dan pasar kembang. Banyak masyarakat yang percaya jika rumah yang juga dikenal dengan sebutan gedung setan ini menyimpan banyak kisah mistis yang sangat mengerikan.

Bagi warga Surabaya, rumah yang satu ini tentunya sudah sangat akrab bagi mereka. Pasalnya, selain letaknya yang berada di salah satu pusat perekonomian Surabaya, rumah ini satu-satunya bangunan yang sangat menonjol diantara bangunan lainnya. Dengan bentuk dan struktur bangunan yang cukup megah tentu rumah ini menjadi rumah yang paling dikenali warga Surabaya. Namun sebenarnya rumah ini menjadi tenar bukan karena struktur bangunannya yang khas dengan rumah-rumah peninggalan Belanda dahulu, tapi rumah yang dibangun pada tahun 1809 ini dikenal karena sejumlah kisah horornya.

Munurut kisah sejarah rumah yang sejak dulu dikenal dengan nama ‘Spookhouis’ ini dulunya digunakan sebagau tempat penyiksaan para tentara Jepang kala menjajah bumi pertiwi. Berangkat dari kelamnya kisah masa lalu bangunan ini, muncullah segelintir kisah horor yang menyelimutinya. Keangkeran rumah ini pun dipertegas dengan bentuk bangunan yang sudah tampak tidak terawat, cat putih yang mulai ditumbuhi lumut disana-sini, kondisi bangunan yang mulai retak seolah melengkapi kisah mistis yang ada.

#5 Pantai Kenjeran

10 Lokasi Ini Terkenal Angker di Surabaya Karena Berhantu
Kenjeran adalah bagian dari tempat obyek wisata pantai di kota Surabaya bagian timur. Selain sebagai tempat wisata, juga merupakan lokasi angker yang erat kaitannya dengan kekuatan mistis. Pantai Kenjeran menjadi salah satu yang dianggap demikian karena konon katanya ada kerajaan ular di sana. Salah satu titik misterius di pantai Kenjeran adalah sebuah tikungan dari pantai lama menuju arah Nambangan yang dipercaya selalu memakan korban jiwa. Bahkan data menyebutkan setidaknya setiap tahun ada orang tewas di sana.

#6 Kampus ITS

10 Lokasi Ini Terkenal Angker di Surabaya Karena Berhantu
Bagi mahasiswa ITS, tentu tahu jalan kembar di depan ITS yang dipercayai ada sosok kuntilanak yang bisa terlihat di sana saat malam hari di atas pukul 22.00. Meski kini jalanan itu sudah diberi penerangan layak, melintasi sendiri di malam hari mungkin bukan pilihan yang tepat bagi kamu yang penakut. Selain itu, gedung perpustakaan ITS dan teknik sipil dianggap angker karena pernah ada mahasiswa yang gantung diri di tangga gedung sana.

#7 SMA Kompleks (SMA 1,2,5 dan 9)

10 Lokasi Ini Terkenal Angker di Surabaya Karena Berhantu
Masih ingat apa formula pas untuk lokasi berhantu? Ya benar, gedung bangunan lama. Hal itu yang terjadi pada SMA kompleks (SMA 1,2,5, dan 9) yang sudah berdiri sejak jaman Belanda ini. Orang-orang percaya bahwa tempat ini adalah 'gudangnya' hantu. Banyak cerita ganjil yang dialami para pelajar di sana. Seperti saat sore menjelang malam selalu ada suara-suara aneh papan tulis dipukul dan ditulis, toilet yang airnya keluar sendiri, sampai di malam hari ada sosok tentara pelajar tanpa kepala maupun guru Belanda yang berdansa dan suara mesin ketik tak bertuan. Teramat mengerikan.

Iih..di sekolah saya, baru-baru ini saja ada cerita hantunya juga.. Pas itu siang bolong, guru lagi ngajar di kelas 3 IPS 3. Nah waktu lagi sepi. Anak-anak pada konsen menyimak. Saat gurunya sedang asyik tulis di papan, tiba-tiba terdenger suara tangisan lirih… yang disusul dengan suara “Bu…bu…tolong saya, Bu…”

Gurunya langsung kuageeet…dan nanyain anak-anak. Dikira lagi ada yang kerjain. Padahal ruangan itu emang rada angker.

Share To:

kabelantena.blog

View Profile
Terima kasih sudah berkunjung ke kabelantena, semoga bermanfaat,, aamiin..
----------------------------------

Post A Comment:

0 comments so far,add yours