AKSI SI NENEK PENGUASA IM YANG HUN
BAGIAN 31.1
BONG KIM LIAN yang telah menculik Toan Hongya, lalu membawa pulang kekamar rumah penginapannya.
Tetapi sesampai dikamar rumah penginapan itu, ia teringat Liu Liang Cwan dan Oey Yok Su masih menginap disana, jika terjadi keributan dikamarnya tentu akan memancing perhatian kedua orang tersebut.
Akhirnya ia menjejakkan kakinya meloncat meninggalkan penginapan tersebut sambil menggendong Toan Hongya, ia teringat suatu tempat.
Ternyata Bong Kim Liam membawa Toan Hongya kesebuah kuil kuno yang terletak di pinggiran kota, yang pernah dilihatnya saat dia datang pertama kali ke Tailie.
Kuil itu diurus oleh tiga orang pendeta yang telah berusia pertengahan baya.BAGIAN 31.1
BONG KIM LIAN yang telah menculik Toan Hongya, lalu membawa pulang kekamar rumah penginapannya.
Tetapi sesampai dikamar rumah penginapan itu, ia teringat Liu Liang Cwan dan Oey Yok Su masih menginap disana, jika terjadi keributan dikamarnya tentu akan memancing perhatian kedua orang tersebut.
Akhirnya ia menjejakkan kakinya meloncat meninggalkan penginapan tersebut sambil menggendong Toan Hongya, ia teringat suatu tempat.
Ternyata Bong Kim Liam membawa Toan Hongya kesebuah kuil kuno yang terletak di pinggiran kota, yang pernah dilihatnya saat dia datang pertama kali ke Tailie.
Tetapi hal itu tidak membuat rintangan atau kesulitan bagi Bong Kim Lian.
la mengetuk pintu kuil yang tertutup dan seorang pendeta yang berusia pertengahan baya yang tampaknya masih mengantuk sambil mengusap-usap matanya, telah membuka pintu kuil.
Waktu melihat tamunya adalah seorang wanita cantik yang menggendong seorang pemuda yang tampaknya tengah tertidur nyenyak, pend ta itu jadi heran.
„Ada urusan penting apakah dimalam buta seperti ini nona datang berkunjung kekuil kami?” tanya pendeta itu.
Bong Kim Lian tersenyum manis.
„Kami tengah melakukan perjalanan dan kemalaman ditengah jalan, malangnya sahabat ku ini juga terserang semacam penyakit, sehingga ia perlu memperoleh perawatan. Apakah Tai su bersedia memberikan sedikit tempat untuk kami benaung melewati malam yang dingin ini?”
Pendeta itu tidak memiliki alasan untuk menolaknya.
Kalau memang wanita itu datang seorang diri, tentu bisa saja ia menolaknya dengan alasan dikuil itu memang tidak terdapat wanita dan tentu tidak akan baik jika dilihat orang luar.
Namun sekarang yang membuat dia sulit menolaknya justru wanita itu menyatakan sahabatnya itu tengah terserang semacam penyakit, maka pendeta itu telah membuka pintu lebih lebar, ia mempersilahkan tamunya itu untuk masuk.
Bong Kim Lian girang melihat tipu daya nya telah berhasil.
Setelah pendeta itu menutup pintu kuil, ia mengajak Bong Kim Lian kesebuah kamar yang tidak begitu besar, dan hanya dilengkapi oleh sebuah pembaringan.
„Dikamar ini nona bisa beristirahat ……., kalian boleh mempergunakan kamar ini kata pendeta itu.
„Terima kasih Taisu …… !”kata Bong Kim Lian sambil meletakkan Toan Hongya dipembaringan.
„Dikuil ini terdapat beberapa orang pendeta yang mengurus kuil ini, Taisu,” tanya Kim Lian lagi.
Pendeta itu tertegun sejenak, tetapi tokh ia menyahuti juga.
„Tiga orang, termasuk Lolap ……!” sahut pekdeta itu.
„Bisa kami meminta sedikit air hangat ?” tanya Bong Kim Lian lagi.
Pendeta itu mengangguk.
„Tunggu, Lolap akan mengambilkannya!” katanya, dan ia telah menuju kedapur.
Sedang kan Bong Kim Lian diam2 telah mengikutinya, diluar tahu pendeta itu sendiri.
Ketika pendeta itu telah mengambilkan air hangat dari dapur dan akan menuju kekamar Bong Kim Lian, justru wanita cantik itu telah berada dihadapannya, mengejutkan pendeta itu.
Waktu itu Bong Kim Lian telah berkata : „Terima kasih Taisu, maaf kan mengganggu tidur Taisu, silahkan tidur lagi…….!” dan Bong Kim Lian menyambuti tempat air hangat itu, ia mengulurkan tangan kanannya dengan cepat, dan ternyata pendeta itu telah tertotok jalan puiasnya.
Pendeta itu hanya merasakan dada sebelah kirinya sakit, kemudian sudah tidak sadarkan diri, tubuhnya terkulai rubuh dilantai. Dia telah terdidur dengan keadaan tertocok.
Bong Kim Lian bekerja cepat. Sambil membawa tempat air hangat itu ia tidak kembali kekamar dimana Toan Hongya berada, tetapi dikelilinginya kuil-itu, ia melibat dua orang pendeta yang berusia pertengahan baya tengah tertidur nyenyak disebuah kamar.
Cepat sekali Bong Kim Lian mendorong daun pintu kamar yang tidak terkunci itu, ia menotok jalan darah pulas pendeta yang tengah tidur ……. kedua pendeta itu akan terus tidur sampai dua hari dua malam karena totokan tersebut.
Cepat2 Bong Kim kembali kekamar dimana Toan Hongya tergeletak, ia menuangkan sedikit air hangat kedalam sebuah cawan, kemudian dicampur sedikit bubuk putih, yaitu bubuk pelemas seperti yang diminum oleh Oey Yok Su beberapa saat yang lalu.
Bong Kim Lian kemudian menghampiri pembaringan, ia duduk ditepi pembaringan.
Dilihatnya Toan Hongya tertidur nyenyak sekali akibat asap pulas yang dibakar beberapa waktu yang lalu.
Ditekan kedua rahang Toan Hongya kemudian waktu mulut Toan Hongya terbuka, Bong Kim Lian memasukan air bercampur bubuk putih obat pelemas itu, ia tuangkan kedalam mulut Toan Hongya, dan menekan tenggorokkan raja itu sehingga cairan itu masuk kedalam kerongkongannya.
Bong Kim Lian tersenyum puas.
Dengan tidak sabar ia duduk menantikan Toan Hongya terpengaruh obat pelemas itu, yang akan bekerja selama sepeminuman teh, maka Bong Kim Lian harus menanti dulu sebelum menyadari pemuda itu dari pulasnya.
Bong Kim Lian tersenyum, ketampanan yang dimiliki Toan Hongya tidak kalah jika dibandingkan dengan Oey Yok Su, juga tubuhnya yang tegap disamping juga Kim Lian mengetahui pemuda ini memiliki kepandaian yang tinggi.
Setelah yakin obat pelemasnya bekerja, Bong Kim Lian menotok jalan darah Toan Hongya.
Toan Ceng terbangun dari tidurnya.
la hecan sekaii ketika pertama kali membuka matanya melihat dirinya berada ditempat asing.
Yang lebih mangejutkan batinya justru ia melihat wanita cantik dihadapannya.
Dan yang lebih membuat ia tertegun adalah wanita itu Bong Kim Lian, yang -diketahuinya dari Oey Su dan Lu Liang Cwan sebagai wanita cabul.
“Siapa… siapa kau…. mengapa kau membawaku kemari ?, mengapa aku berada di sini ?” tanya Toan Ceng dengan suara gagap.
Bong Kim Lian tersenyum manis sekali.
“Hongya,” katanya dengan suara yang merdu, ia memanggil Hongya, karena Kim Lian telah mengetahui asal usul pemuda ini, yang merupakan Kaisar negeri Tailie inai.
Engkau mengingau dalam mimpimu, engkau berjalan diluar sadarmu ……, engkau keluar istana dan keluyuran seorang diri dalan keadaan tidur aku kuatir Hongya mengalami sesuatu yang tidak diinginkan, telah mengikuti sampai dikuil ini.
Mendengar perkataan Hong Kim Liau bukan main herannya Toan Ceng.
“Apakah benar2 telah terjadi begitu? tanyanya heran.
Kim Lian, mengangguk.
“Ya…..” Hongya telah mengalami mimpi yang memtbuat Hongya jadi jalan dalam keadaan tidur …….!” sahut wanita cantik ini.
Tetapi Toan Hongya yang otaknya terang dan cerdas mana bisa mempercayai parkataan wanita ini.
Ia mengetahui, selama hidupnya belum pernah mengalami peristiwa seperti itu.
Dan juga saandainya ia bermimpi berjalan dalam keadaan tertidur, jelas ia akan di lihat oleh para pengawal istana. Tetapi mengapa tahu2 ia telah berada diruang yang asing seperti ini ?
Apa lagi mernang Toan Hongya tela mengahui dari Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan, bahwa wanita cantik ini adalah seorang wanita cabul yang menyukai anak muda, untuk diambil sari keperjakaannya, Toan Ceng jadi bergidik.
la, berusaha untuk bangun duduk, tetapi dirasakana tubuhnya lemas sekali, ia seperti tidak memiliki tenaga, dan tangannya yang menunjang berat tubuhnya, jadi gemetaran, sehingga akhirnya Toan Hongya telah rebah kembali,
Bong Kim Lian berkata dengan suara yang manis : „Hongya jangan terlalu banyak bergerak dulu,” katanya.
„Hongya perlu istirahat, biarlah aku yang merawatmu ……!”
„Siapa engkau sebenarnya ?” tanya Toan Ceng kemudian.
Kim Lian tersenyum lagi.
„Siauwmoy she Bong dan bernama Kim Lian,” kata Kim Lian memperkenalkan di rinya, kebetulan Siauwmoy tengah berke ana dinegeri Hongya………!”
„Hemm…….,” tertawa tawar Toan Hongya, dan kemudian berkata dengan tidak senang: „Baiklah, jika memang benar apa yang telah engkau ceritakan itu, aku berterima kasih atas pertolonganmu, tetapi aku akan segera kembali ke istana, agar orang2 istana tidak menjadi bingung atas kepergianku ini………!”
Sambil berkata begitu, Toan Hongya berusaha untuk bangun.
Tetapi tenaganya habis, ia sama sekali terlalu lemah untuk bangun dari pembaringan itu.
„Jangan terlalu banyak bergerak Hongya, percayalah…… Hongya masih terlalu lemah.” kata Kim Lian.
Toan Ceng jadi kaget, karena ia banar2 merasakan tenaganya seperti lenyap sama sekali. Seketika itu juga Toan Ceng menduga, pasti semua ini adalah perbuatan main gila perempuan cabul ini.
Tetapi sebagai seorang yang cerdas Toan Hongya tak mau menunjukan kemarahannya, ia hahya berkata : „Terima kasih atas pertolongan yang telah engkau berikan … dan maukah engkau, menolongku lagi ?”
„Katakanlah Hongya, dengan senang hati aku akan menolong dan membantu, jika memang aku bisa melakukannya ……..!” kata Kim Lian cepat.
„Dapatkah engkau pergi keistana untuk rnemberitahukan keadaanku ini, agar orang2 istana datang menjemput diriku ?”
Kim Lian tertawa.
„Mana bisa Hongya ? Hari telah larut malam……. sedangkan aku seorang wanita, mana berani aku berke!uyuran seorang diri dimalam buta seperti ini ?”
Toan Ceng semakin keras dugaannya bahwa dirinya memang dikerjakan oleh wanita ini diculiknya. Maka hatinya jadi mendongkol.
Tetapi Toan Hongya tidak memperlihatkan kegusaran hatinya, ia hanya berkata : „Baiklah jika begitu, tetapi kuharap pagi engkau tolong memberitahukan pada orang istana mengenai keadaan diriku ini dan minta mereka menjemputku……! “
Bong Kim Lian tersenyum sambil mengangguk.
„Dengan senang hati aku akan melaksanakan perintah Hongya…..!”
„Aku tentu tidak berani rnenolak perintah Toan Hongya, tetapi jika aku menolongi Hongya, aku akan menerima hadiah, bukan? Maksudku hadiah dari Hongya.”
Toan Ceng jadi ragu2, tetapi akhirnya ia mengangguk juga.
„Tentu…., tentu…. pihak istana akan memberikan hadiah yang cukup banyak atas pertolongan yang engkau berikan padaku. Engkau lentu akan diberikan uang dan harta perhiasan yang cukup banyak atas jasa2mu ini…….. !” kata Toan Hongya.
Tetapi Bong Kim Lian telah menggelengkan kepalanya.
„Bukan itu yang kukehendaki, Hongya,” kata Bong Kim Lian kemudian.
Hati Toan Ceng tercekat, „Lalu apa yang kau kehendaki?” tanyanya, walaupun Toan Ceng mulai merinding ….. karena dapat menduga apa yang diminta wanita ini, yang menurut Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan merupakan wanita cabul.
„Aku menghendaki hadiah dari Hongya…….!” sahut Kim Lian tertawa.
„Mengharapkan hadiah dariku?”
„Ya, aku hendak tolongi Hongya, tetapi aku juga menginginkan,agar Hongya sendiri yang memberikan hadiah itu kepadaku………!”
„Hadiah apa yang engkau kehendaki dariku?” tanya Toan Hongya.
„Tidak banyak….. entah Hongya akan merasa atau tidak jika aku mengatakannya?” kata Kim Lian sambil mengawasai Toan Hongya disertai senyuman2nya.
„Katakanlah……..!”
„Aku……. aku hendak……!” tetapi Kim Lian tidak meneruskan perkataannya itu, ia ter-senyum2 memperlihatkan sikap seperti malu2….. „Katakanlah……” bentaknya.
„Baiklah Hongya, harap Hongya tidak marah.” kata Kim Lian.
„Sesungguhnya aku hendak menyerahkan diri kepada Hongya…… menyerahkan bulat2 ……. betapa bangganya jika aku bisa tidur semalaman saja bersama Hongya, karena itu berarti merupakan kenangan yang sangat berharga, dimana aku telah bisa tidur bersama seorang Kaisar seperti Hongya !”
Mendengar perkataan Kim Lianitu, tubuh Toan Hongya jadi merinding ….. seketika ia teringat perkataan Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan bahwa wanita cantik ini sesungguhnya seorang nenek tua yang telah berusia hampir delapan puluh tahun, yang tengah meyakinkan ilmu Im Yang Hun, ilmu sesat yang membutuhkan banyak sekali sari keperjakaan pemuda ……. !”
Teringat begitu, muka Toan Hongya jadi berobah pucat.
Apa lagi teringat bahwa dirinya dalam keadaan lemas tidak bertenaga.
Disaat seperti inilah barulah Toan Hongya mau mempercayai keterangan Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
Tetapi segalanya telah terlambat ……..
Bong Kim Lian melihat perobahan wajah raja ini, ia tersenyum sambil katanya : „Hongya, tentu engkau tidak keberatan mengabulkan permintaanku itu ?”
Toan Hongya diam.
„Bagaimana Toan Hongya” desak Kim Lian.
Hongya itu berdiam terus.
Kim Lian mendesak terus, akhirnya Toan Hongya bisa mengambil keputusan.
„Baiklah….., aku akan menerima usulmu itu setelah aku berada diistana kembali.
Engkau beritahukan dulu orang istana, agar mereka menjemputku kemari, dan setelah aku berada diistana, aku mengirim orang untuk menjemputmu masuk istana…….!”
Tetapi Bong Kim Lian bukan orang bodoh ia melihat Toan Hongya seperti ragu2 dan memandang dia dengan sorot mata jijik, maka Bong Kim Lian yakin bahwa Toan Hongya ini tentu telah mengetahui keadaan dirinya lewat Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
la yakin bahwa permintaan Toan Hongya itu hanyalah untuk memperdayakan dirinya, agar bisa meloloskan diri dari keadaan sekarang.
„Mengapa tidak sekarang saja, Hongya ? Bukankah sekarang ini merupakan kesempatan yang baik ?” tanya Kim Lian.
„Bukankah disini hanya kita berdua saja ?”
Mendengar perkataan Kim Lian yang mendengung nada mendesak seperti itu, Toan Hong ya jadi bingung juga.
Sedangkan Kim Lian berkata : „Jika memang aku nanti di jemput masuk kedalam istana, hal itu akan diketahui banyak orang jelas hal ini tidak menggembirakan, tentu akan menimbulkan kecurigaan mereka yang akan menjadi bahan pembicaraan mereka.
Menuru: pendapatku alangkah baiknya jika kita ini dapat segera melakukannya sekarang saja .. karena inilah kesempatan yang paling baik……I”
Toan Hongya cepat2 menggelengkan kepalanya berulang kali.
„Tidak……..tidak bisa…….!” katanya agak gugup.
Mana bisa dilakuan sekarang…….seperti engkau lihat kesehatanku sekarang ini agaknya terganggu, semangat dan tenagaku seperti lenyap ….. aku tidak memiliki tenaga, berarti dalam satu-dua hari aku harus beristirahat dulu memulihkan semangatku ……..!”
Bong Kim Lian tersenyum.
„Hongya jangan salah pabam, itu bukan berarti tenaga lenyap…….justru tadi Siauwmoy telah lancang tangan memberikan sedikit obat penenang, obat yang bisa membuat Hongya tenang sehingga tidak menimbulkan keributan bagi orang2 disekitar tempat ini, obat itu memang mendatangkan rasa lemas dan tenaga seperti lenyap dari tubuh.
Tetapi setelah lewat satu hari lagi, semuanya itu akan lenyap……. dan tenaga Hongya akan pulih kembali. Bukan berarti bahwa sekarang ini Hongya tidak bisa melaksanakan tugas untuk tidur bersama Siauwmoy ……!”
Genit sekali waktu Kim Lian berkata begitu, tubuhnya juga di-gerak2kan dengan gerak gerik yang menggiurkan, sehingga Toan Hongya jadi muak melihatnya.
Tetapi yang, mengejutkan Toan Hongya justru Kim Lian mengakui bahwa lemasnya
dia disebabkan oleh semacam obat yang diberikan oleh wanita ini.
Maka perasaan marah, mendongkol dan penasaran telah berkecamuk menjadi satu didalam hati raja ini.
Waktu itu Bong Kim Lian telah tertawa manis, sambil menggeliatkan tubuhnya untuk menimbulkan rangsangan, dia juga berkata : „Apakah aku terlalu jelek, Hongya ?”
Toan Ceng berdiam diri saja, ia jadi tergetar hatinya diliputi oleh perasaan jijik dan ngeri, diam2 ia jadi merinding.
Bong Kim Lian berkata : „Tentu Hongya tidak keberatan untuk mengabulkan permintaanku ?”
Toan Ceng menghela napas.
„Tetapi jika sekarang aku keberatan…….!” kata Toan Hongya kemudian.
„Lalu kapan?”
„Setelah aku berada diistana.”
„Itulah urusan yang tidak enak untuk pihakku, kata Kim Lian.
„Tetapi untuk melakukan segalanya ditempat yang kotor seperti ini aku tidak bersedia, Toan Ceng mencari alasan.
„Hemm, Toan Hongya terlalu men-cari2 alasan, kata Kim Lian.
„Sungguh, tentu tempat yang sekotor ini tidak akan mendatangkan kegairahan dan kegembiraan,” menyahuti Toan Ceng tetap dengan pendiriannya.
„Tetapi justru aku menghendakinya sekarang saja, Hongya …….!”
Toa Ceng terdiam.
Jika dilihatnya keadaan seperti ini memang agak sulit juga ia bisa mengelakkan diri dari tangan wanita cabul tersebut.
la jadi memutar keras pikirannya.
„Bagaimana Hongya?”
Didesaknya begitu Toan Ceng berusaha untuk tersenyum.
„Engkau demikian cantik dan manis, maka jika kita hanya sekedar melakukan apa yang kau kehendaki itu disini, engkau sendiri yang rugi ……. !” kata Toan Ceng.
„Memaag mudah, aku bisa saja tidur bersamamu disini, tetapi……tentu itu tidak berarti apa2. Tetapi jika aku telah kembali keistana, dan aku perintahkan orang menjemputmu, bukankah engkau lebih bahagia.
Jika mungkin, malah aku bersedia mengambil kau menjadi permaisuri, engkau sangat cantik, tentu orang2 istana akan menyetujui keinginanku itu …. !”
Kim Lian telah berpengalaman. Mana bisa di bujuk seperti itu ?”
Maka wanita cantik, ini teleh melontarkan senyumnya sambil menggeliat genit.
„Hongya, kita tidak perlu berpikir terlalu jauh…….. yang terpenting sekarang saja kita tidur bersama. Bukankah kita akan sama2 senang ? Soal pengangkatan diriku untuk menjadi permaisuri Hongya, itu terserah nanti saja akupun tidak berpikir sejauh itu.
Asal aku tidur bersama Hongya yang agung dan memiliki kekuasaan penuh di Tailie ini, sudah merupakan suatu kebanggaan buatku. . . !”
„Tentu aku tidak bisa melakukannya, ditempat seperti ini, engkau harus ingat bahwa aku adalah raja dinegeri ini,” kata Toan Ceng.
Kembali Kim Lian senyum.
„Hongya, dengarlah,” katanya kemudian.
„Aku tidak mengharapkan apapun juga. Jika memang Hongya telah meluluskan untuk tidur bersamaku dihari ini, maka begitu fajar menyingsing aku akan keistana untuk -memberitahukan orang2 istana agar menjemput Hongya. Bukankah itu merupakan pikiran yang bagus ?”
Toan Ceng jadi terdesak, dan ia bingung sekali. Sebagai seorang akhli silat yang telah memiliki kepandaian tinggi, memang Toan Hongya bisa saja pura2 menuruti keinginan wanita cabul ini. Dan kelak jika, mereka tengah bercumbu Toan Hongya bisa mempergunakan kesempatan untuk mencelakai Kim Lian.
Namun yang membuat Toan Hongya ragu2 justru disaat itu ia tengah dipengaruhi obat pelemas yang membuat seluruh tenaganya seperti telah lenyap, disamping itu juga memang Kim Lian pun memiliki kepandaian yang tinggi, tidak mungkin ia bisa mencelakai wanita itu disaat mereka bercumbu, malah kemungkinan dirinya yang akan lebih dalam terlanjur jatuh kedalam cengkeraman wanita itu.
Hal ini membuat Toan Hongya jadi ragu2 sampai ia berdiam diri saja.
Bong Kim Lian melihat sikap raja itu, jadi tersenyum lagi. Kim Lian yakin kali ini tidak mungkin gagal menguasai Toan Hongya, seperti yang dialaminya ketika ia berusaha menguasai Oey Yok Su. Karena waktu itu tidak diduga telah muncul Lu Liang Cwan yang mengagalkan rencananya, tetapi sekarang mereka justra berada disebuah kuil, yang tentu jauh dari perhatian siapapun juga, terlebih lagi ketiga orang pendeta pengurus kuil tua ini telah dibuat tidak berdaya, sehingga tidak akan menimbulkan kegaduhan.
Memang Bong Kim Lian sekarang telah melakukan segala apa yang hendak dilaksanakannya dengan penuh perhatian, ia tidak mau kalau sampai kali ini harus menemui kegagalan lagi.
SedangkanToan Ceng sendiri tengah bingung bukan main, diam2 ia berdoa dihatinya, untuk memperoleh jalan keiuar, agar ada orang yang bisa bantu meloloskan ia dari cengkeraman Bong Kim Lian.
Sebagai seorang raja yang memiliki kekuasaan besar, belum pernah Toan Hongya dicekam oleh perasaan takut seperti sekarang.
Namun sekarang, Toan Ceng baru mengetahui apa yang disebut takut ………
Bong Kim Lian telah tertawa lagi, dia menggeliat-geliat sambil mendekati dirinya pada Toan Ceng yang masih rebah dipembaringan.
Waktu itu, Toan Ceng telah memusatkan seluruh kekuatan sinkang yang ada padanya, untuk disalurkan pada dirinya.
Namun Justru Toan Hongya merasakan betapa napasnya agak memburu, hatinya juga tidak tenang.
Bong Kim Lian mendekati mukanya pada raja itu, ia berbisik dengan suara yang lirih sekali : „Tentu Hongya tidak keberatan jika kita melakukannya sekarang …….. !”
Jari2 tangan Bong Kim Lian, yang lentik itu telah meng-usap2 dada Toan Hongya, sehingga membuat raja itu tambah jijik saja.
—oo0oo—
(Bersambung Ke Bagian 31.2)
BAGIAN 31
AKSI SI NENEK PENGUASA IM YANG HUN
BAGIAN 31.2
TIBA-TIBA Bong Kim Lian merasakan dada raja ini keras sekali.
Wanita cantik ini jadi heran, segera ia menarik tangannya……….”
„Dadamu keras sekali, Hoogya ?” tanyanya ingin mengetahui.
Toan Ceng diam saja.
Sedangkan Bong Kim Lian telah tertawa lagi, sambil mengulurkan tangannya, dia membuka tali pengikat pinggang Toan Hongya, dimana dia hendak melepaskan pakaian luar raja ini.
Toan Ceng jadi gugup.
Segera juga Toan Ceng berusaha mempergunakan kedua tangannya untuk mencegah perbuatan wanita itu.
Namun tenaganya telah habis, ia tidak memiliki kekuatan untuk mencegah keinginan dari Bong Kim Lian, sehingga pakaian luarnya telah kena dibuka.
Mata Kim Lian jadi terpentang lebar2.
Wanita itu telah menyaksikan sesuatu yang aneh dan tidak diduganya.
Tubuh dan dada Toan Hongya bersisik „Kau…..?” katanya dengan suara tersendat dan ia jadi tertegun.
Toan Hongya seketika memperoleh akal, tetapi la berdiam diri saja.
„Mengapa tubuhmu bersisik seperti itu ?. Kau manusia atau binatang?” tanya Bong Kim Lian saking heran dan takjubnya.
Toan Hongya menyahuti, karena ia menganggap inilah satu-satunya kesempatan yang dimilikinya untuk meloloskan diri dari cengkeraman Bong Kim Lian.
..Aku sesungguhnya telah minum serupa racun, sehingga seluruh darahku keracunan ., dan tubuhku juga telah timbitl sisik2 ini. Hanya bisa lenyap jika memang aku dapat tidur bersama seratus perawan yang masih gadis.
Maka itu nona, aku bukan tidak mau tidur denganmu……., justru darahku itu telah mengandung racun.
Setiap gadis yang tidur denganku akan terbinasa karena keracunan, dimana racun yang mengendap ditubuhku akan berpindah kepadanya.
Dan…… aku melihat engkau demikian cantik, sayang kalau sampai binasa dengan cara begitu penasaran.
Rupanya kata2 Toan Hongya ini berpengaruh juga untuk Kim Lian.
Tetapi tokh akhirnya Kim Lian tersenyum juga ia merupakan seorang wanita yang telah hidup didunia ini hampir delapan puluh tahun ia sangat berpengalaman sekali.
Iapun diam2 menduga didalam hatinya : „Tampaknya raja Tailie ini adalah seorang raja yang luar biasa ia memiliki sisik2 pada, tubuhnya tentu sari keperjakaannya itu lebih hebat dari pemuda2 lainnya aku sangat beruntung telah berhasil menculiknya.
Karena berpikir begitu, Kim Lian jadi girang, ia telah berkata : „Baiklah Hongya, aku tetap dengan pendirianku, yaitu ingin tidur dengan Hongya berdua hari ini juga….. biarlah, jika memang Hongya benar2 memiliki darah yang mengandung racun jahat yang bisa mencelakai diriku, aku akan puas dan senang hati menerima akibatnya itu ……. !”
Toan Ceng jadi tambah bingung.
Gertakan yang diberikan oleh raja ini ternyata tidak dihiraukan oleh Kim Lian, dan ti dak mendatangkan hasil yang diinginkannya.
Diam2 Toan Ceng jadi mengeluh.
Waktu itu Kim Lian telah mengulurkan tangannya mengusap dada raja ini.
Toan Ceng jadi menggidik.
„Tungguh dulu ……. !” katanya gugup.
Kim Lian menarik tangannya, ia telah mengawasi Toan Hongya.
„Kenapa Hongya ?” tanyanya.
„Janganlah kita berbuat mesum ditempat ini,” kata Toan Ceng akhirnya merasa putus asa.
„Mesum….? Mengapa mesum….? Bukankah engkaupun tertarik oleh kecantikanku? Bukankah kita sama2 senang ?”
„Tetapi aku tidak rela jika melakukannya ditempat seperti ini …… !” Kim Lian tersenyum lebar.
„Pemuda ini tampaknya sulit ditundukkan, ia juga rupanya memang telah mengetahui perihal diriku dari mulutnya Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan. Maka lebih baik aku memaksanya saja, merayunya hanya akan sia2 membuang2 waktu belaka.
Karena berpikir begitu.
Kim Lian bermaksud akan mempergunakan cara paksaan saja.
Maka Kim Lian tersenyum.
„Baiklah, jika memang Hongya tidak bersedia untuk melakukannya sekarang, aku akan sabar menunggu ! Kalau memang Hongya hendak pulang dulu keistana, akupun bersedia mengantarkannya, asal Hongya tidak mendustai aku dan kelak menjemputku keistana …….!”
Mendengar perkataan Kim Lian yang sudah tidak mendesaknya, agak lega hati Toan Hongya.
„Tentu…..aku akan menepati janjiku …!” kata Toan Hongya.
„Jika engkau mau mengerti dan tidak melakukannya disini, kelak aku akan menjemputmu untuk tinggal diistana……..!”
Kim Lian pura2 memperlihatkan sikapya, gembira, katanya: „Baiklah….., tunggulah sebentar aku hendak mengambilkan sesuatu untuk Hongya…… !”
Toan Ceng mengangguk.
Dihatinya raja men-duga2, entah barang apa yang hendak diambil oleh Kim Lian.
Sedang menanti begitu, Toan Hongya juga memutar otak mencari akal untuk dapat meloloskan diri dari wanita cabul itu.
Waktu itu Kim Lian telah kembali, ditangannya membawa dua buah cawan.
Cawan yang satunya diberikan kepada Toan Hongya, sambil katanya: „Mari kita rayakan pertemuan kita ini dengan minum bersama secawan the……. dikuil ini tidak terdapat arak, kukira teh pun cukup pantas untuk mengikat tali persahabatan kita…….!”
Muka Toan Hongya jadi berobah lagi, ia memang pernah mendengar dari Oey Yok Su bahwa wanita ini sangat cabul sekali, maka ia bersikap hati2
Tetapi Toan Hongya tidak mau memperlihatkan kecurigaannya itu.
la menyambuti cawan yang diberikan kepadanya, diliriknya, air teh itu tidak memperlihatkan sesuatu yang mencurigakan.
„Mari kita minum ajak Kim Lian.
„Tunggu dulu… !” kata Toan Hongya.
„Apa lagi yang ingin ditanyakan Hongya?”
„Tadi aku mengatakan kita berada dikuil, apakah kamar ini merupakan salah sebuah kamar dari sebuah kuil?” tanya Hongya itu ….. mengulur waktu.
Kim Lian mengangguk.
„Ya, aku telah meminjamnya dari pendeta yang mengurusnya…..!” sahutnya sambil melontarkan senyuman manisnya kepada raja itu…….. genit sekali.
Toan Hongya baru saja ingin bertanya lagi, Kim Lian telah meneguk teh didalam cawannya, kemudian katanya: „Silahkan Hongya meminum teh itu……!”
„Aku tidak haus…….!” Hongya tersebut memberikan alasan.
„Apakah Hongya tidak mau memberikan sedikit muka terang padaku sehingga teh untuk mengikat tali persahabatan saja tidak di minum oleh Hongya ?”
Toan Ceng bingung, ia melihat Kim Lian memperlihatkan wajah yang kurang puas.
Maka akhirnya Toan Ceng berusaha mengalihkan perhatian wanita itu.
„Aku lapar sekali……!” katanya.
Kim Lian mengerutkan alisnya.
„Dimana aku harus mencari makanan untuk mu ?” tanya Kim Lian.
„Pergilah kau mencarikan dulu, aku kuatir jika perutku kosong akan bisa masuk angin….!” kata Toan Ceng, karenaa ia hendak mempergunakan jika Kim Lian meninggalkannya, untuk membuang teh dicawannya dan membohongi wanita itu babwa ia telah minum teh itu.
Tetapi Kim Lian tersenyum sambil katanya : „Sekarang engkau minum dulu teh itu, nanti aku akan pergi mencarikan makanan untukmu……..!”
Toan Ceng terpojokkan lagi.
Dalam keadaan demikian benar-benar Toan Hongya jadi gugup sekali.
Ia tidak tahu alasan apa lagi yang bisa diberikannya untuk mengulur waktu.
Waktu itu Kim Lian berkata : „Minumlah Hongya !”
Toan Ceng diam saja.
Kim Lian mengulurkan tangannya, dia mendorong cawan ditangan raja itu kedekat mulut Toan Hongya, agar raja itu meminumnya.
Toan Hongya jadi tergoncang keras hatinya, ia jadi merinding.
Tetapi sekarang Toan Hongya sudah tidak memiliki jalan keluar lagi, dan dia merasakan air tah itu memasuki mulutnya mengalir melewati tenggorokannya.
Gelisah sekali hati raja ini, ia juga telah mengeluh didalam hatinya.
Air teh itu dirasakan agak sepat dan pahit2 maka Toan Hongya tetah yakin bahwa didalam air teh itu dicampuri oleh semacam obat, hati raja ini jadi dingin sendirinya, dan ia tahu dirinya semakin dalam terlanjur kena dicengkeram oleh wanita cabul ini, cengkeraman yang bisa menghancurkan hidupnya sebagai seorang pemuda.
Kim Lian melihat cawan ditangan Toan Hongya telah kosong, kemudian dengan gerakan yang gesit sekali, tangan Kim Lian memegang kedua rahang bawah mulut Toan Hongya sehingga mulut Kaisar itu jadi terbuka.
Ternyata mulut itu telah kosong, air teh yang tadi diminum Toan Hongya telah tertelan.
Kim Lian tersenyum, sedang matanya melirik genit sekali.
„Bagus!” katanya manja sekali.
„Engkau telah meminum air teh persahabatan itu…….! Engkau jangan kuatir, aku akan memberikan makanan yang paling lezat untukmu, melebihi lezatnya dari makanan yang mana saja didunia ini !”
Terkesiap hati Toan Hongya, ia mengerti apa makna perkataan wanita cabul itu.
Jelaslah kini, bahwa didalam air teh itu tentu terdapat semacam ramuan yang bisa mempengaruhi dan membahayakan diri.
Toan Hongya jadi mengeluh, ia memejamkan matanya.
Tiba2 Toan Hongya jadi terkejut, karena pipinya telah dicium oleh Kim Lian.
Raja itu membuka matanya, ia mempergunakan kedua tangannya mendorong keras sekali tubuh Kim Lian.
Namun disebabkan tenaganya lenyap akibat pengaruh obat pelemas, maka dorongan Hongya itu tidak berarti apa-apa buat Kim Lian, tubuh wanita itu sama sekali tidak bergeming.
Toan Hongya tambah gugup.
Tetapi Kim Lian dengan sikapnya yang genit telah berbisik : „Hongya, aku sangat mencintaimu, begitu aku melihatmu, hatiku telah tergoda……..!”
„Akhhhh……..!” keluh Toan Hongya.
Kim Lian mendengar keluhan itu, ia mengangkat kepalanja dan memandang Toan Ceng.
„Ada apa Hongya, tampaknya engkau begitu gugup dan muram?”
„Tidak apa2 aku hanya kecewa mengapa aku tidak bisa kembali keistana dan menikmati kehangatan tubuhmu didalam istanaku..!”
Soal tempat tidak berarti apa2 .., justru kehangatan tubuhku ini bisa Hongya cicipi di sini saja. Menyenangkan juga bukan?”
Toa Ceng berdiam diri saja.
Saat itu Kim Lian telah berkata lagi dengan suara yang perlahan berbisik manja : „Bagaimana jika sekarang saja kita lakukan Hongya”
Toa Ceng jadi gugup sekali : “Jangan ..!”
„Kenapa ?”
„Darah sangat beracun ….. seperti engkau lihat betapa tubuhku seluruhnya telah tumbuh sisik ……..!” kata Toan Hongya.
Kim Lian telah tersenyum.
„Hemmm………, itu tidak berarti apa2.. . . jusru aku akan senang sekali bila telah berhasil tidur dengan Hongya, biarpun aku akan menerima kematian akibat keracunan dari darah Hongya, aku puas ……..!”
Benar2 kewalahan Toan Hongya menghadapi wanita cabul ini, ia telah berusaha untuk menggeser tubuhnya, tetapi tenaganya sangat lemah. Diwaktu itulah Toan Hongya merasakan terjadi sesuatu perobahan pada dirinya, didalam tubuhnya seperti terdapat semacam uap panas. Toan Hongya terkejut. Bong Kim Lian telah tersenyum.
„Mengapa Toan Hongya membawa sikap seperti seorang gadis malu2 kucing ?” tanyanya dengan sikap yang manja sekali.
Toan Hongya mendongkol bukan main. ,,Jangan kau menggangguku,” katanya.
„Aku tidak akan mengganggu Hongya, aku hanya ingin menghadiakan sesuatu kegembiraan pada Hongya …. !”
„Tetapi …!” Toan Hongya tidak bisa meneruskan perkataannya, sebab wanita telah merangsek terus.
Tangan Toan Hongya bisa menyentuh lengan wanita cabul itu, halus sekali.
Hati raja ini tergoncang keras sekali, dan ia merasakan hawa yang panas beruap didalam tubuhnya kian mendesak dirinya, hatinya ber-debar2.
Toan Hongya berusaha mengerahkan sisa lwekang yang ada padanya, untuk menguasai goncangan hatinya.
Namun hawa panas didalam tubuhnya itu tetap mengganggu dan mempengaruhi dirinya.
Bong Kim Lian juga mengetahui bahwa obat yang diberikan kepada raja ini telah mulai bekerja, ia tertawa manja.
„Hongya, engkau tidak perlu menolak hadiah yang kuberikan …!” katanya dengan manja. „Engkau tidak perlu sulit2 bisa memperoleh sesuatu yang menggembirakan……..!”
„Jangan ……… jangan menggangguku…… !”
Berulang kali Toan Hongya berkata begitu.
Tetapi Kim Lian tertawa, wanita ini berkata begitu.
Sepotong demi sepotong ia melepaskan pakaiannya, sehingga tertarik tubuhnya yang putih halus.
Toan Ceng memejamkan matanya, ia tidak mau menyaksikan apa yang ada dibadapannya. Tetapi justru waktu itu Kim Lian telah mendekatinya.
„Toan Hongya, apakah aku perlu membantuimu untuk melepaskan pakaianmu?” tanyanya.
Toan Hongya jadi tambah gugup.
Waktu itu Kim Lian telah bekerja untuk melepaskan pakaiannya Toan Hongya.
Raja Tailie itu berusaha untuk memberikan perlawanan. Namun mana dia sanggup? Tenaganya seperti telah lenyap semuanya.
Terlebih lagi waktu ia tengah dikuasai oleh obat yang baru diminumnya.
Toan Hongya jadi mengeluh.
Celakalah aku kali ini………!” pikirnya.
Tetapi dalam keadaan terdesak seperti itu Toan Hongya telah teringat sesuatu.
„Tunggu dulu….!” katanya.
„Kenapa ?”
„Kau lihat, sinar matahari pagi mulai tampak…..!” kata Toan Hongya.
„Apa hubungannya antara matahari dengan kegembiraan kita?” tanya Kim Lian, yang jadi tidak mengerti atas perkataan Toan Hongya.
„Tentu saja kita tidak bisa melakukannya sekarang, nanti hwesio2 penghuni kuil ini akan terbangun dari tidurnya……..!”
Kim Lian tertawa.
„Mereka telah kubereskan !”
„A. ., apa? kau telah membunuhnya?”
„Tidak. . .!” katanya. ,Aku hanya menotok mereka, membuat mereka tertidur untuk dua hari dua malam. . .!” „
Toan Hongya jadi mengeluh lagi, gagal Fu la akalnya kali ini.
„Nah Toan Hongya, lebih baik engkau tidak terlalu banyak mempersulit : ku… l” kata Kim Lian. „Terus terang saja, aku memang mem butuhkan sekali tidur dengan kau saat2 aekarang ini. . .!”
„Tetapi. aku tidak sudi. , .
Kenapa ? Apakah aku terlalu jelek „Bukan itu sebabnya. . .” Kim Lian tertawa.
„Engkau telah meminum obatku, engkau tentu akan dikuasai oleh obat itu !”
„Aku akan bunuh diri. . . .
„Mengapa begitu? ” tanya Kim Man lagi dengan suara yang perlahan dan tertawa manja.. ,,Engkau tidak mungkin bisa membunu6 dirimu sendlri.., karena teaagamu telah lenyap… !”
„Tetapi jika memang engkau bermaksud memaksa aku, biarlah aku akan benar-benar bunuh diri…….! “
„Itulah perbuatan tolol, engkau diberikan makanan yang enak dan kegembiraan, tetapi engkau menolak rejeki…….!”
„Tetapi engkau wanita sesat…..!”
„Apa kau bilang?” muka Kim Lian berobah.
„Engkau seorang wanita cabul………!”
Muka Kim Lian jadi berobah lagi, „Hemmm….. tentunya engkau telah mendengar ocehan dari pemuda she Oey dan si-tua bangka seperti monyet Lu Liang Cwan itu?”
„Bukan……!”
„Lalu dari mana kau bisa mengeluarkan,a kata-kata seperti itu ?”
„Aku telah menyaksikan engkau bukan manusia baik-baik, engkau wanita sesat….!”
„Mengapa begitu ?”
„Engkau telah memaksa aku melakukan perbuatan mesum…….!”
„Tetapi semua itu untuk kegembiraanmu, bukan ?”
„Cisss, aku tidak sudi……! Engkau seorang wanita nenek2 yang telah tua dan tarsesat, yang melatih ilmu Im Yang Hun, bukankah begitu ?”
Mendengar perkataan Toan Hongya yang terakhir, Kim Lian tertawa bergelak.
„Tampaknya engkau memang mengetahui banyak soal diriku!” katanya.
„Baiklah……, baik…… lah, aku berterus terang “
Dan setelah berkata begitu, Kim Lian mengawasi Toan Hongya tajam2.
Kemudian katanya lagi: „Terus terang memang aku mempelajari ilmu Im Yang Hun.
Maka jika engkau mau menuruti secara baik2 keinginanku untuk memberikan kegembiraan padaku hari ini, tidur bersamaku, besok aku akan membebaskan engkau tanpa kurang suatu apapun juga, „hanya untuk memperlengkapkan syarat dari ilmu yang tengah kulatih ini! Ini tentu tidak akan merugi kan dirimu juga…!”
Tetapi Toan Hongya telah menggelengkan kepalanya keras-keras, saat itu sebetulnya Toan Ceng tengah mati-matian menindih perasaan nafsu yang berkobar didirinya akibat pengaruh obat yang telah diminumnya.
„Engkau menuruti keinginanku jika memang engkau ingin selamat… kata Kim Lian.
„Tidak…..!” sahut Toan Hongya.
„Kenapa…….?”
„Aku tetap tid ak akan memenuhi kenginanmu……….!”
„Tetapi engkau telah minum obat perang sang yang kuberikan, akhirnya engkau tetap akan terpengaruh juga oleh bekerjanya obat itu………!”
Toan Ceng berdiam diri.
la juga menyadari, walaupun bagaimana kuatnya ia berusaha menghindarkan diri dari pengaruh nafsu yang berkobar akibat obat itu, tokh ia terbatas sekali, dan akhirnya tentu, akan terjatuh ditangan wanita ini.
Hal ini telah membuat Toan Hongya jadi tambah panik dan gugup.
Sinar matahari menyorot masuk kian panas, menunjukkaa hari telah naik tinggi.
Sedangkan Toan Hongya sendiri sedang men-duga2, entah orang2 istananya mengetahui atau tidak dirinya telah diculik dan berada dikuil ini.
Kim Lian tertawa menyeringai, ia bilang dangan suara yang mengancam: „Jika engkau tidak rnau menuruti dengan sukarela, biarlah……… setelah engkau dipengaruhi bekerjanya obat itu, maka semuanya, akan terjadi, dan setelah itu akan kubinasakan engkau…….agar engkau tidak menimbulkan mulut2 usil lagi !”
„Lebih baik engkau membunuhku sekarang saja ……….!” kata Toan Hongya, karena ia memang tidak rela jika dirinya harus terjatuh ditangan wanita cabul itu.
„Enak benar kata mu itu ?” kata Kim Lian mengejek.
„Hemmm…….., lihatlah, beberapa lama lagi engka, bisa menahan diri………?”
Kim Lian dalam keadaan polos tanpa berpakaian itu telah duduk diam, menantikan bekerjanya obatnya itu didiri Toan Hongya.
„Dilihatnya Toan Hongya berusaha mati-matian menguasai dirinya.
Tetapi raja itu tidak berhasil untuk menguasai dirinya, karena setelah berjuang sekian lama, tiba2 Toan Hongya melompat dan memeluk Kim Lian.
Bong Kim Lian jadi girang, usahanya kali ini akan berhasil, karena Toan Hongya jadi demikian liar, memeluki Bong Kim Lian kuat.
Kam -Lian juga membalas- mencumbunya.
Kali ini Kim Lian tentu akan memperoleh kemenangan dengan tercapai maksudnya, maka ia girang bukan main.
Tetapi yang tersiksa adalah Toan Hongya karena walaupun tangannya memeluk Kim Lian, dan ia tampaknya terangsang sekali, pikiran jernihnya masih ada.
Raja dari Tailtea ini berusaha untuk memberikan perlawanan terhadap nafsu yang dimilikinya, tetapi gagal dan selalu tidak berhasil.
Disaat itu Toan Hongya seperti seorang yang binal.
Tetapi waktu Kim Lian tengah gembira karena akan berhasil, tiba2 terdengar suara pintu kuil diketuk seseorang.
---------------------------------------------------------------------------------------------
<<< Kembali Ke Bagian 30 | Bersambung Ke Bagian 32 >>>
---------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber Kutipan : Pustakaceritasilat
Post A Comment: