DI TOLONG SIAN HO LAUW CIE LAN SI DEWI API
---------------------------
---------------------------
BAGIAN 32.1
KETUKAN itu keras sekali, muka Kim Lian jadi berubah.
Didorongnya Toan Hongya dan dia cepat2 mengenakan pakaiannya, kemudian dengan hati yang kesal, ia telah melangkah keluar.
Dibukanya pintu luar untuk menjelaskan kepada tamu bahwa kuil tidak menerima tamu.
Toan Hongya yang tinggal didalam kamar benar2 tersiksa sekati ia jadi begitu resah dan keringat telah membanjiri sekujur tubuhnya.
Di-saat2 seperti itu memang Toan Hongya masih berusaha untuk mengandalkan kokuatan sinkangnya bertahan dari nafsunya.
Namun karena hebatnya cara bekerja obat itu, akhirnya Toan Hongya telah berjingkrak-jingkrak sambil mengeluarkan suara teriakan2.KETUKAN itu keras sekali, muka Kim Lian jadi berubah.
Didorongnya Toan Hongya dan dia cepat2 mengenakan pakaiannya, kemudian dengan hati yang kesal, ia telah melangkah keluar.
Dibukanya pintu luar untuk menjelaskan kepada tamu bahwa kuil tidak menerima tamu.
Toan Hongya yang tinggal didalam kamar benar2 tersiksa sekati ia jadi begitu resah dan keringat telah membanjiri sekujur tubuhnya.
Di-saat2 seperti itu memang Toan Hongya masih berusaha untuk mengandalkan kokuatan sinkangnya bertahan dari nafsunya.
Dengan berbuat seperti itu memang Toan Hongya bisa mengurangi desakan nafsunya.
Sedangkan Kim Lian Yang keluar membukakan pintu kuil itu jadi tertegun sejenak.
Diluar kuil, dihadapannya berdiri seorang wanita agak lanjut usianya yang memandang kearah Kim Lian dengan heran.
„Eh, apakah dikuil ini ada seorang wanita secantik engkau? Tidak kusangka……..!” gumam wanita.
Kim Lian sudah tidak sabar.
„Ada urusan apa kau datang kekuil ini?” tegurnya dengan suara tidak senang.
„Aku hendak bersembahyang ……..!”
„Kuil ini tidak menerima tamu, karena ada beberapa orang pengurus kuil kami yang tengah sakit.
„Jadi engkau juga pengurus kuil ini ? tanya wanita itu sambil mengawasi tajam.
Muka Kim Lian jadi berobah merah.
„Benar,” akhirnya ia mengangguk juga.
„Aneh…..!” kata wanita setengah baya itu.
„Apanya yang aneh…..?” tanya Kim Lian tidak sabar lagi melihat tamu ini tidak juga mau pergi.
“Dikuil seperti ini bisa terdapat seorang pengurus terdiri wanita yang sangat cantik, apakah ini tidak akan menggoyahkan iman-iman hendeta itu?”
Muka Kim Lian jadi berobah merah pula, ietapi cepat sekali ia bisa mencari alasan : „Sesungguhnya aku bukan pengurus tetap dikuil ini, hanya disebabkan beberapa orang Taisu di kuil ini tengah menderita sakit, maka aku telah datang untuk mengurusinya………!”
„Bolehkah jika aku melaksanakan niatku untuk sembahyang ?!” tanya wanita sete ngah baya itu.
„Sayang sekali hari ini kami tidak menerima tamu,” kata Kim Lian.
Diwaktu itulah, wanita setengah baya tersebut mendengar suara jeritan Toan Hongya, suara jeritan yang aneh sekali, dan ribut2 didalam kuil.
Wanita setengah baya itu jadi mengerutkan alisnya, iapun sempat melihat wajah “Kim Lian yang berobah luar biasa, seperti ada sesuatu yang disembunyikan.
„Suara api itu ?” tanya wanita setengah baya tersebut.
„Itu hanya suara seorang Taisu yang menderita sakit pada perutnya………!” kembali Kim Lian berdusta. Sedangkan didalam hatinya ia berpikir. jika memang wanita setengah baya ini memaksa hendak masuk, maka ia terpaksa akan mempersilahkanhya, tetapi nanti di dalam, ia akan menotoknya agar wanita itu tidur dua hari dua malam.
„Aneh sekali, suara jeritan itu begitu menakutkan dan mengerikan, seperti orang yang hendak dipotong……..!” kata wanita setengah baya tersebut.
Semula tamu ini, hendak berlalu, namun setelah mendengar suara jeritan seperti itu, ia berkata : „Aku mengerti sedikit sedikit ilmu pengobatan, maka jika kau tidak menolak, aku bersedia mengobati hwesio-hwesio yang sedang sakit itu………..!”
Muka Kim Lian jadi berobah.
„Tidak usah……. mereka akan segera sembuh kembali, penyakit mereka tidak terlalu parah…….!” kata Kim Lian menolak.
Namun wanita setengah baya itu justru jadi tambah curiga saja.
„Biarlah aku menengok kesehatan mereka…….!” katanya memaksa.
Kim Lian sudah tidak memiliki jalan lain untuk menolak keinginan wanita ini.
Akhirnya ia membiarkan wanita setengah baya tersebut melangkah masuk kedalam kuil, dan di saat itu Kim Lian cepat2 menutup dan mengunci pintu kuil itu.
Wanita setengah baya itu melangkah cepat sekali sampai diruang tengah kuil tersebut tanpa menaruh kecurigaan pada Kim Lian.
Hal ini membuat Kim Lian lebih mudah untuk menurunkan tangan jahatnya menotok wanita tersebut.
la menghampiri cepat sekali, setelah jarak mereka berdekatan.
Kim Lian mengulurkan tangan kanannya.
Maksud Kim Iian hendak menotok jalan darah Tu-liang-hiat yang berada ditengkuk wanita tersebut.
Namun luar biasa gesitnya wanita itu menundukan bahunya, totokan yang dilancarkan Kim Lian jatuh ditempat yang kosong!
„Kau?” seru Kim Lian yang jadi heran.
Wanita setengah baya itu membalikkan tubuhnya, mukanya memandang tidak sedap pada Kim Lian.
„Hemmm……, engkau hendak melancarkan serangan membokong padaku? Apa maksudmu?”
Sebelum Kim Lian menyahut, justru disaat itu terdangar lagi suara jeritan yang keras dari Toan Hongya berasal dari ruangan dalam.
Wanita setengah baya itu telah menatap tajam pada Kim Lian.
„Tentu terjadi sesuatu yang tidak beres di dalam kuil ini, wanita cantik berada didalam kuil dan dengan sikap yang mencurigakan, disamping itu juga terjadi sesuatu yang mengherankan hweshio sakit perut dengan men-teriak2 begitu keras, tentu ada sesuatu yang terjadi kuil ini…….! “
Kim Lian yang melihat dirinya sudah tak bisa mendustai wanita itu, jadi berbalik marah.
„Siapa kau? bentaknya. Jika engkau hendak sembahyang cepat engkau sembahyang, setelah itu pergi ……..! jangan kau usil dengan urusan kami……..!”
Tetapi wanita setengah baya itu tersenyum.
„Aku hanya seorang pengembala yang berkelana dari kota yang satu, kekota yang lain, dan akupun bukannya seorang manusia usil. Aku she Lauw bernarna Cie Lan.
„Hemmm…… jika demikian pergi kau memasang hio, aku akan memberikan pertolongan dulu kepada hwesio yang tengah sakit perut itu …..! “
„Biar aku ikut serta ……!” kata Lauw Cie Lan sambil mengikuti dibelakang Kim Lian.
Kim Lian jadi mendongkol dan marah sekali, ia telah ber-siap2Z, hendak melancarkan serangan jika tokh Lauw Cie Lan hendak memaksa masuk.
Waktu itu Lauw Cie Lan juga telah berlaku waspada-sekali, karena tadi ia telah melihat Kim Lian berusaha membokongnya, maka dia bersiap2, kuatir kalau sampai nanti Kim Lian melancarkan serangan menggelap lagi.
Kim Lian sendiri jadi serba salah.
la melihat wanita ini merupakan wanita yang memiliki kepandaian tinggi.
Tadi ia telah melancarkan totokan dengan gerakan yang sangat cepat sekali, namun wanita setengah baya berhasil mengelakkan dirinya.
Kim Lian yang memang memitiki kepandaian tinggi tidak merasa takut, ia yakin akan bisa merubuhkan wanita ini.
Sedangkan wanita setengah baya itu, yang tidak lain dari Sian Ho Lauw Cie Lan, sahabatnya Lu Liang Cwan, si Dewi Api telah meninggalkan pulau dan kembali kedaratan melakukan pengembaraan. Tanpa dikehendakinya ia telah tiba di Tailie ini.
Memang telah menjadi kebiasaannya, setiap kali bertemu dengan kuil, ia akan singgah untuk bersembahyang memasang hio.
Selama berada didalam pulau ia sangat kesepian sekali maka nekad dengan mempergunakan sebatang pohon yang ditebangnya, melakukan pelayaran.
Dan telah berhasil mencapai daratan.
Kim Lian sendiri tidak menyangka bahwa wanita setengah baya ini merupakan pendekar wanita yang menjadi tokoh sakti dalam rimba persilatan.
la hanya menduga Lauw Cie Lan memiliki ilmu yang cukup tinggi dan harus hati2 untuk merubuhkannya.
Suara teriakan2 Toan Hongya semakin terdengar jelas karena Toan Hongya masih terus berjinghrak2 dan ber-teriak2 keras.
Kim Lian tidak mau kalau sampai Lauw Cie Lan melihat Toan Hongya, maka ia telah meutar tubuhnya menghadapi Lauw Cie Lan katanya dengan suara yang berang : „Sekarang juga aku perintahkan engkau pergi jika engkau sudah tidak memiliki urusan penting, jika memang hendak bersembahyang pergi bersembahyang, tetapi jangan mau mencampuri.urusan kami……..!”
Lauw Cie Lan jadi tertegun.
Tetapi kemudian dia tertawa.
„Ha…, ha…. jika dilihat plagatnya, seperti ini, tampakaya dikuil ini terjadi urusan yang tidak baik……apakahdikuil ini telah terjadi urusan mesum anatara seorang wanita cantik dengan para pendeta mesum …….. ?”
Disindir begitu, Kim Lian jadi mendongkol.
„Engkau jangana bicara sembarangan, nanti kurobek mulutmu……..!” ancamnya.
Lauw Cie Lan tertawa.
„Aku tidak bicara sembarangan, jika memang tidak terjadi sesuatti dikuil ini, mengapa engkau tampaknya gugup dan mati2an berusaha mencegah aku masuk…….!” balik tanya Lauw Cie Lan.
Muka Kim Lian jadi berobah merah.
„Engkau tidak perlu ambii tahu apa yang kami lakukan sekarang katakan saja, engkau ingin bersembahyang atau tidak ?” bentaknya.
Lauw Cie Lan tertawa, sikapnya sabar sekali, iapun telah menyahut dengan ucapan kata-kata yang tenang sekali : „Jika memang aku ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya didalam kuil ini, apakah engkau melarangnya ?”
„Ya ” sahut Kim Lian,
„Hemmm…., dengan cara bagaimana…..!”
„Melemparkan engkau keluar …….!”
Dan berbareng dengan sahutannya itu, Kim lian telah menerjang kedepan, kedua tangannya diulurkan untuk mencengkeram Lauw Cie Lan. Gerakan itu dilakukan sangat cepat, karena Kim Lian memiliki kepandaian tinggi, maka ceggkeraman tangannya juga mengandung kekuatan yang tidak lemah.
Jika orang biasa yang kena dicengkeram olehnya, tentu akan remut tulang2nya.
Tetapi justru sekarang ini Kim Lian berhadapan dengan Sian Ho Lauw Cie Lan, pendekar wanita yang memang memiliki kepandaian tinggi sekali, cengkeraman tangannya itu telah jatuh ditempat kosong, dengan mudah Lauw Cie Lan berhasil mengelakkan diri.
Kim Lian jadi penasaran.
Puluhan tahun ia mempelajari ilmu silat dari berbagai macamin golongan, bahkan iapun mempelajari. ilmu yang aneh2.
Seperti sekarang ia tengah menyempurnakan latihan Im Yang Hun-nya.
Jika memang Im Yang Hun itu berhasil dilatih dengan sempurna, tentu jarang sekali orang bisa menandinginya.
Dengan berhasil menguasai Im Yang Hun, seseorang akan memiliki kekuatan tenaga yang bukan main besarnya, bisa dipergunakan untuk menyerang secara kekerasan dan juga bisa menyerang dengan cara yang lunak.
Disamping itu tenaga sinkang yang dimilikinya telah mencapai puncaknya, sehingga lwekangnya itu bisa dipergunakan dengan cara yang diinginkan dan seenaknya.
Tetapi justru sekarang ini Bong Kim Lian baru melatih beberapa tingkat saja, masih kurang sempurna sebab ia belum berhasil benar benar memperoleh bibit perjaka yang hebat dari pemuda-pemuda yang menjadi korbannya.
Di samping itu, iapun lebih memusatkan Im Yang Hun untuk kecantikan wajahnya.
Maka ilmu yang hebat itu hanya separoh saja yang bisa di kuasainya.
Mati2an Bong Kim Lian berusaha menguasai Oey Yok Su dan Toan Hongya, untuk memperoleh sari keperjakaan kedua pemuda yang hebat itu.
Dengan harapan kelak ia bisa menguasai, ilmu Im Yang Hun itu lebih tinggi, karena dengan diperolehnya sari keperjakaan kedua pemuda itu, berati ia seperti juga telah memperoleh seratus orang pemuda yang biasa saja.
Tetapi justru, kedua kalinya dari usahanya tersebut selalu menemui rintangan dan halangan.
Waktu Oey Yok Su, ia telah digagalkan rencananya oleh tingkah laku Lui Liang Cwan, dan sekarang diwaktu ia akan berhasil menguasai Toan Hongya, saat mana Toan Hongya terpengaruh obat perangsangnya, muncul Lauw Cie Lan, yang merintanginya.
Yang membuat Kim Lian jadi mendongkol dan gusar sekali, justru tampaknya Lauw Cie Lan memiliki kepandaian yang tinggi sekali.
Dengan cepat Lauw Cie Lan berkata dingin:
„Hemmm….., engkau rupanya bukan wanita baik-baik, kukira perlu dihajar ……. !”
Tetapi Bong Kim Lian sudah tidak memberikan kesempatan kepada Lauw Cie Lan memaki ia terus, sebab Bong Kim Lian yang sudah habis sabarnya, kembali melancarkan serangan.
Tadi sesungguhsya ia hampir berhasil dengan usahanya untuk menguasai Toan Hongya, tetapi siapa tahu datang rintangan dari Lauw Cie Lan ini.
Tentu saja telah membuat Bong Kim Lian jadi tidak sabar:
Kim Lian bermaksud untuk merubuhkan lawannya ini cepat2, karena jika ia ber-lama2 dan mereka terjalin dalam suatu pertempuran yang panjang, jelas hanya, akan mem-buang2 waktu.
Kim Lian Kuatir kalau2 nanti daya. kerja oat perangsangnya akan berkurang, disamping it juga akan membuat Toan Hongya kembali sadar pada keadaan dirinya yang sebenarnya. Berarti jika terjadc begitu, Bong Kim Lian akan menemui kesulitan lagi.
Dengan sengit Bong. Kim Lian berulang ka li melancarkan serangan kepada Lauw Cie Lian, tetapi sejauh itu Bong Kim Lian tidak berhasil mencapai sasarannya, Lauw Cie Lian selalu mengelakkan diri dengan gesit.
Tentu saja hal ini membuat Bong Kim Lian kian penasaran.
Beberapa kali ia telah mendesak dengan serangan2 berikutnya.
Namun Cie Lian benar2 memiliki kepandai an yang tinggi sekali, dimana ia seperti tidak pandang sebelab mata terhadap serangan2 Bong Kim Lian.
Ketika suatu kali Bong Kim Lian tengah melancarkan serangan dengan gerakan tubuh seperti seekor capung dan kedua tangannya telah dipergunakan untuk menyerang dengan kuat sekali, Lauw Cie Lian telah mengeluarkan suara tertawa dingin, tahu2 tangan Lauw Cie Lian berhasil mencengkeram tangan kanan Kim Lian, dibarengi dengan suara bentakan yang keras, ia telah menghentaknya.
Seketika itu juga tubuh Bong Kim Li an terapung, tetapi ia memiliki ginkang yang tinggi tubuhnya tidak sampai terbanting, ditengah udara ia telah berpoksay, berjumpalitan seperti itu, Kim Lian juga tidak tinggal diam, tangan kanannya telah bergerak, ia telah melepaskan sepuluh batang jarum yang mengandung racun.
Lauw Cie Lan melibat menyambarnya titik titik hitam kearah dirinya, sehingga menimbul kan angin serangan yang menderu, walaupun jarum2 itu kecil ukurannya.
Lauw Cie Lan tidak terkejut mengbadapi serangan ini, ia tertawa dingin.
Tubuhnya cepat berkelit.
Sambil memiringkan tubuhnya sedikit, pergelangan tangan bajunya telah dikebutnya maka kesepuluh batang jarum yang dilepaskan Bong Kim Lian jadi mental dan berbalik menyambar kepada majikannya sendiri ………!”
„Celaka . . . !” seru Kim Lian, karena saat itu tubuhnya tengah berada diudara dan berjumpalitan, maka dengan berbaliknya jarum jarum itu menyambar dirinya, memaksa ia harus melompat turun dengan memberatkan tubuhnya dengan cara demikian ia bisa menghin did dari samberan jarumnya sendiri.
Lauw Cie Lan tertawa mengejek, sambil katanya : „Hemmm…., ilmu kodok seperti itu hendak dipertontonkan padaku………! Nab, sekarang giliranmu yang menerima seranganku………!”
Sambil berkata begitu, Lauw Cie Lan telah merogoh sakunya, ia mengeluarkan semacam bubuk, dan kemudian sebagian dibantingkan di atas tanah.
Seketika mengepul asap dan api yang cukup tinggi.
Setiap kali Lauw Cie Lan membanting lagi bubuk putih itu, api semakin besar.
Semula Kim Lian jadi heran dan menduga duga entah apa yang hendak dilakukan oleh Lauw Cie Lan.
Namun Kim Lian jadi tertegun kaget waktu melihat api itu telah berkobar cukup tinggi, justru Lauw Cie Lan melompat terjun masuk kedalam kobaran api itu!
Itulah pemandangan yang tidak pernah di saksikan oleh Kim Lian, walaupun didalam mimpinya, ia sampai mengeluarkan suara seruan tertahan karena kagetnya.
Yang membuat ia jadi takjub justru pakaian Lauw Cie Lan sedikitpun tidak terbakar oleh kobaran itu.
Lauw Cie Lan telah tertawa dingin, katanya: „Mari…, kemari…….! mari aku akan perlihatkan kepadamu, bagaimana ber-main2 dengan api …….!”
Muka Lauw Cie Lan waktu itu tampak memerah oleh cahaya api, dan sikapnya gagah sekali.
Hanya mengherankan Kim Lian sekujur tubuh Lauw Cie Lan tidak termakan oleh kobaran api.
Waktu itu Lauw Cie Lan telah mengejek lagi : „Mengapa engkau bengong disitu ? Mari kemari !”
Kim Lian juga jadi penasaran sekali, ia mengeluarkan suara seruan dibarengi dengan tubuhnya melompat kedekat kobaran api.
Namun Kim Lian jadi kaget. Udara disekitar tempat itu panas sekali, terlebih lagi didekat kobaran api itu. Jadi api yang berkorbar itu bukan api main2an dan sungguh api yang bisa membakar musnah sesuatu.
Namun mengapa justru Lauw Cie Lan tidak terbakar oleh api itu ?
Pikiran seperti itu telah membuat Kim Lian jadi ragu2 dan cepat2 melompat mundur lagi, sebab ia tidak tahan melawan hawa panas tersebut.
Anehnya lagi justru setiap kali Lauw Cie Lan melangkah, kobaran api itu berpindah tempat mengikuti kearah mana Cie Lan berpindah tempat.
Waktu itu Lauw Cie Lan memonyongkan mulutnya ia telah menghirup lidah2 api itu.
Seketika itu pula api tersebut menyambar kearah Kim Lian.
Serangan hawa panas tersebut membuat Kim Lian harus cepat2 mengelakkan diri.
Tetapi Lauw Cie Lan tidak berhenti hanya sampai disitu dengan ringan sekali ia melompat kian kemari dan gumpalan api itu terus ikut seperti menempel pada kedua kakinya.
Kim Lian jadi sibuk sekali mengelakkan diri dari sambaran api yang me-nyambar2 itu karena ia tidak berdaya mengadakan serangan balasan kepada Lauw Cie Lan yang berada dalam kobaran api itu sedangkan berada didekat kobaran api itu seperti tubuhnya terpanggang oleh kobaran api tersebut.
Maka Kim Lian benar2 seperti terdesak hebat sekali oleh menyambarnya lidah2 api tersebut membuat ia jadi sibuk melompat kesana kemari.
Tiba2 Lauw Cie Lan telah menggerakkan telapak tangannya berbareng juga mempergunakan mulutnya yang kerap kali meniup lidah api itu menyambar kepada Kim Lian.
Akhirnya Kim Lian jadi berpikir: „Nenek tua ini tampaknya memiliki kepandaian yang luar biasa, tidak bisa aku menghadapi terus, karena jika aku memaksakan diri untuk melawan sambaran angin serangannya yang mengandung api, bisa2 aku yang celaka……. lebih baik aku menghindarkan diri dari dia……… !”
Tetapi berpikir sampi disitu, justru Kim Lian teringat Toan Hongya.
Kebetulan sekali memang waktu itu Toan Hongya telah menjerit lagi dengan keras, suara jeritan itu bisa didengarnya.
Maka Kim Lian jadi ragu2 lagi. Apakah calon korbannya yang semula hampir bisa dikuasainya itu harus ditinggalkan begitu saja ?
Karena keraguan seperti itu telah membuat Kim Lian jadi mengeluarkan suara yang nyaring, dan dia telah melancarkan serangan yang cepat dan kuat sekali kepada Lauw Cie Lian.
Gerakan yang dilakukan oleh Kim Lian merupakan serangan yang beruntun dan juga agak nekad, sehingga untuk sejenak lamanya Sian Ho Lauw Cie Lan tidak bisa mendesaknya.
Begitulah, mereka telah bertempur dengan mempergunakan cara yang agak aneh itu.
Disaat itu tampak Lauw Cie Lan telah berusaha untuk mendesak Kim Lian lagi.
Namun usaha Lauw Cie Lan tidak segera tercapai, Kim Lian memberikan perlawanan yang gigih.
Kim Lian memang bertekad untuk mempertahankan diri agar ia tetap bisa menguasai caIon korbannya jika lawannya ini telah berhasil diusirnya.
Namun serangan2 selanjutnya dari Lauw Cie Lan membuat Kim Lian jadi kelabakan juga karena lidah api telah me-nyambar2 dengan cepat sekali kearah dirinya begitu panas memanggang.
Kim Lian jadi mengeluh.
„Tidak bisa aku melayani terus ………..!” pikir nya kemudian.
Dan akhirnya Kim Lian tidak bisa mempertahankan diri terus menerus dari samberan kobar an api yang begitu panas. Jika memang dia ber keras kepala dan memberikan perlawanan terus niscaya akan membuat dirinya bercelaka saya.
Disaat itu Lauw Cie Lan telah melancarkan serangan yang gencar dan ber-tubi2 kepada lawannya dan akhirnya benar2 membuat Kim Lian tidak berdaya.
„Engkau wanita tua yang tidak tahu diuntung, kelak aku akan mencarimu untuk mengadakan perhitungan……….!” teriak Kim Lian dengan suara yang bengis, karena dia gusar bukan main dan sambil membentak begitu, ia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya cepat sekali melompat menjauhi Lauw Cie Lian.
Lauw Cie Lian tidak mengejarnya ketika Bong Kim Lian menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat menjauhi diri dari musuhnya.
Dalam sekejap mata saja Bong Kim Lian telah molompati dinding dan lenyap diluar.
Lauw Cie Lian telah membuang bubuk hitam, maka api segera padam kembali.
DI TOLONG SIAN HO LAUW CIE LAN SI DEWI API
BAGIAN 32.2
„HMMM……, PEREMPUAN CANTIK itu tampaknya bukan wanita baik2….. kepandaianya juga tidak rendah, Mmemang ia bisa menandingi ke pandaiannya, kalau saja kami bertempur dengan cara biasa untung saja aku mempergunakan api mustikaku ini, sehingga ia kewalahan……….!”
Cepat-cepat Lauw Cie Lan masuk keruangan dalam kuil itu.
la melihat dilantal tiga orang pendeta yang tengah rebah tertidur nyenyak.
Setelah di periksanya ternyata ketiga orang pendeta itu merupakan korban totokan.
Setelah diteliti sejenak Iamanya, Lauw Cie Lan membuka totokan pendeta itu, ia menguruti tubuh pendeta tersebut.
Selang beberapa lama, ketiga orang hwesio itu telah berhasil disadarkannya.
Saat itu ketiga orang hweshio tersebut memandang heran pada Lauw Cie Lan.
„Apa yang telah, terjadi ?” tanyanya dengan bingung.
„Kalian telah ditotok !” menjelaskan Lauw Cie Lan.
„Kalian bertiga tidak sadarkan diri dan tertidur lelap sekali…….!”
Salah seorang diantara ketiga hweshio itu talah berkata : „Kalau tidak salah kami telah menerima kedatangan seorang tamu……dia seorang wanita cantik yang membawa seorang pemuda yang tengah pingsan………!”
„Perempuan cantik itu seorang wanita yang tidak baik, dialah yang telah menotok diri kaIian…….sekarang coba kalian tunjuki kepadaku, dimana pemuda yang dibawanya dalam keadaan pingsan itu ?”
Hweshio yang seorang itu cepat-cepat membawa Lauw Cie Lan kesebuah kamar.
Ketika mereka membuka pintu dan melihat apa yang terdapat didalam kamar itu, mereka jadi tertegun.
Begitu juga Lauw Cie Lan telah cepat-cepat memalingkan mukanya kearah lain sambil mundur menjauhi diri dari kamar itu.
Apa yang mereka lihat ?
Ternyata didalam kamar itu Toan Hongya tengah ber-jingkrak2 sambil mengeluarkan sua ra teriakan-teriakan.
Yang membuat Lauw Cie Lan cepat2 mundur tidak mau melihatnya, karena seluruh pakaian Toan Hongya telah dilepas dan dia dalam keadaan polos……… !
Lauw Cie Lan telah menghela napas.
„Ternyata wanita itu memang bukan wanita baik2, ia tentu telah memberikan semacam obat beracun kepada pemuda ini,” kata Lauw Cie Lan pada salah seorang hweshio yang menghampirinya.
Sedangkan muka hweshio itu berubah hebat. la telah mengenali siapa pemuda itu.
Itulah raja mereka, karena dengan tubuh bersisik seperti Toan Hongya siapakah rakyatnya yang tidak mengenalinya bahwa ia adalah raja dari kerajaan Tailie ini.
Dengan muka muram, hweshio itu telah mengangguk sambil memberitahukan pada Lauw Cie Lan siapa adanya pemuda itu.
„Hemmm……., sungguh jahat wanita itu, tentu ia hendak melakukan suatu perbuatan mesum di kuil ini dengan menguasai raja kalian itu, untung saja aku mengerti sedikit ilmu ketabiban, dan ini adalah obat penawar racun itu…….. nah, kalian berikan pada rajamu itu, agar racun yang mempengaruhi dirinya itu lenyap…….!”
Pendeta itu menuruti perintah Lauw Cie Lian, ia membawa obat itu masuk kedalam kamar.
Tetapi ketika ia mendekati Toan Hangya, di……… saat itu Toan Hongya tengah melompat sambil mengibaskan tangannya, tidak ampun lagi bahu pendeta itu kena terhajar, sehingga ia berguling-guling diatas tanah.
Rupanya obat pelemas yang semula menguasai Toan Hongya telah lanyap, dan yang masih menguasainya kini adalah obat perangsang.
Itulah sebabnya kibasan tangan Toan Hongya sangat kuat.
Pendeta itu tidak berarni mendekati lagi, ia hanya melemparkan obat bungkusan itu kedekat kaki Toan Hongya sambil katanya dalam keadaan berlutut: „Hongya itu adalah ‘obat’ penawat dari racun yang kini tengah mempengaruhi Hongya, silahkah Hongya memakannya…….!”
Walaupun Toan Hongya tengah dikuasai oleh racun sesat, namun pikiran jernihnya masih ada.
Jika ia me-lompat2 dan ber-jingkrak2 seperti itu adalah disebabkan usahanya untuk dapat mengurangi tekanan nafsu birahinya yang dipengaruhi oleh racun tersebut.
Sebetulnya ia tidak ingin mengebutkan lengan bajunya kearah sipendeta, namun tangan itu telah bergerak sendirinya diluar kekuasaannya.
Dia menyesal sekali melihat pendeta itu ter guling-guling.
Tetapi mendengar bahwa bungkusan obat yang dilemparkan pendeta itu adalah obat penawar dari racun yang tengah mempengarubi dirinya.
Toan Hongya mengulurkan tangannya, mengambil dan membawa kemulutnya yang segera memakannya. Dengan bantuan ludahnya ia telah menelan obat tersebut.
Memang khasiat obat itu berhasil juga terlihat dengan segera karena seketika nafsu berahi Toan Hongya menurun dengan cepat.
Setelah lewat lagi beberapa saat, lenyaplah pengaruh obat perangsang itu.
Napas Toan Hongya memburu keras, tetapi walaupun sangat letih dia cepat-cepat menyambar pakaiannya dan mengenakannya kembali.
Ketiga orang pendeta itu telah berlutut memberi hormat kepada raja mereka.
Mereka juga minta diampuni karena tak bisa melindungi raja mereka.
Hweshio2 itu telah menceritakan apa yang telah terjadi, dimana mereka bertiga telah ditotok tidak berdaya oleh Kim Lian.
Toan Hongya tidak memarahi ketiga pendeta itu, ia malah berterima kasih sekali, sebab dirinya telah tertolong……
„Yang menolong Hongya mengusir wanita siluman cabul itu adalah Lauw Liehiap yang berada diluar………..!” kata hweshio itu.
Toan Hongya cepat2 keluar dan melihat seorang perempuan tua tengah mengawasi dirinya dengan tajam, Toan Hongya segera merangkapkan sepasang tangannya menjura mengucapkan terima kasihnya.
Lauw Cie Lan telah tertawa.
„Jangan berterima kasih kepadaku, karena hanya secara kebetulan saja aku bisa mengusir wanita cabul itu ……….?”
Toan Hongya segera menceritakan apa yang telah dialaminya.
Lauwi Cie Lan jadi terkejut.
„Ia melatih ilmu Im Yang Hun?” tauyanya.
Pantas dia memiliki kepandaian yang begitu tinggi dan wajahnya juga awet muda.
Aku semula heran juga, dalam usia semuda itu ia telah memiliki kepandaian yang tinggi, tidak tahunya ia talah berusia hampir delapan puluh tahun….!”
Toan Hongya bergidik ketika teringat hampir saja ia menjadi korban wanita itu.
Sedangkan Lauw Cie Lan setelah bercakap cakap sejenak lamanya, meminta diri.
Toan Hongya mengundangnya untuk pergi ke Istananya, untuk dijamu disana, tetapi Lauw Cie Lan menolaknya, ia mengatakan iagin melanjutkan perjalanannya.
Toan Hongya tidak bisa menahannya, maka setelah Lauw Cie Lan melanjutkan perjalanannya, Toan Hongya mengucapkan terima kasihnya pada ketiga pendeta itu.
Ke tiga orang pendeta ini ingin mengantarkan Toan Hongya sampai keistananya, tetapi Toan Hongya mengatakan ia bisa kembali sendiri.
Begitulah Toan Hongya telah meninggalkan kuil tersebut.
Tetapi berjalan belum begitu jauh, hatinya jadi berdebar keras.
la melihat sesuatu.
Rupanya seseo’rang membuntuti dirinya!
Yang lebih mengejutkan lagi hati Toan Hongya, dia segera mengetahuinya yang mengikuti dirinya itu tidak lain dari Bong Kim Lian wanita cabul yang hampir dapat menguasainya,
Toan Hongya jadi mendongkol sekali tetapi juga jeri.
Karena dia tahu bahwa Bong Kim Lian memiliki banyak tipu muslihat.
Toan Hongya mempercepat langkah kakinya namun baru empat langkah, telah didengarnya suara teriakan dari Bong Kim Lian: „Toan Hongya, tunggu dulu!”
Hati Toan Hongya jadi terkesiap, tetapi ia menghentikan jalannya walaupun hatinya ingin sekali berlari secepatnya meninggalkan perempuan cabul itu.
Malah mengingat bahwa dirinya hampir saja menjadi korban kecabulan wanita itu, ia jadi merinding.
„Apa lagi yang kau hendaki?” tegar Toan Hongya mendongkol waktu wanita cabul itu teah berdiri dihadapannya.
Kim Lian telah tertawa manis sekali ia membawa sikap biasa saja.
„Apakah Hongya benar2 akan meninggalkan aku begitu saja ? Bukankah Hongya telah berkata bahwa aku sangat cantik dan Hongya ingin mengambil aku menjadi permaisurimu ?” tanya Kim Lian dengan sikap yang manja sekali.
Muka Toan Hongya merah padam karena gusar.
„Wanita cabul, engkau benar-benar tidak tahu mati, apakah engkau tidak takut kalau aku perintahkan pengawalku untuk menangkapmu dan menghukum mati ?” gertak Toan Hongya.
Tetapi justru Kim Lian telah tersenyum manja.
„Sudah berapa kali aku katakan, aku senang menerima kematian ditangan Hongya……!” katanya.
Muka Toan Ceng jadi tambah merah.
„Cepat engkau pergi sebelum aku marah…..!” katanya.
„Hemmm……… justru aku ingin melihat bagaimana jika Hongya tengah marah…….!”
Melihat kebandelan wanita itu, Toan Hongya jadi tambah gusar.
„Perempuan cabul, engkau sudah tidak ku hukum sesungguhnya telah lebih dari bagus tetapi engkau, mencari penyakit sendiri……..! Baiklah, sekarang apa yang kau inginkan dariku ?”
„Aku menginginkan Hongya menemaniku pergi pesiar……!” sahut Kim Lian berani.
Muka Toan Hongya jadi berobah marah, ia telah berkata keras: „Cepat engkau menyingkir dari hadapanku………!” bentakan itu d’isusul dengan sikap seperti jaga ingin melancarkan serangan.
Tetapi Kim Lian berani sekali, ia tetap berdiri ditempatnya.
„Aku tidak akan pergi …… kemana Hongya pulang keistana……..!”
Habislah sudah kesabaran Toan Hongya, dengan bentakan marah tangan kanannya meluncur melancarkan serangan.
Kim Lian memang liehay, kepandaiannyapun tinggi sekali….. dengan mudah Kim Lian selalu berkelit dari serangan Toan Hongya.
Namun serangan yang dilancarkan Kim Lian semakin lama jadi semakin cepat.
Ketiga oarng pendeta dikuil yang pernah Toan Hongya dikurung, kebetulan telah menyaksikan pertempuran itu.
Malah mereka melihat yang menganggu Toanu Hongya mereka itu adalah wanita cabul yang pernah membawa Toan Hongya kekuil mereka.
Tanpa pikir panjang lagi, ketiga pendeta itu telah berlari, untuk menuju keistana guna memberikan laporan mengenai keadaan diri Toan Ceng………”
Cepat sekali ketiga pendeta itu telah sampai diistana, memberikan laporannya.
Toan Liang dan Toan Bun maupun kerabat istana jadi terkejut.
Mereka segera menyiapkan pasukan dan ikut ketiga hweshio itu ketempat peristiwa dimana Toan Hongya tengah diganggu wanita cabul Bong Kim Lian itu.
Namun ketika mereka tiba ditempat tersebut, mereka tidak menjumpai siapapun juga, tidak terlihat Bong Kim Lian dan juga tidak terlihat Toan Hongya.
Mereka semua jai bingung.
Ketiga orang pendeta itu berkeras bahwa memang tadi belum lama yang lalu Toan Hongya bertempur dengan Bong Kim Lian ditempat itu.
Segera Toan Liang dan Toan Bun mengambil tindakan mengatur pasukannya mencari raja mereka disekitar tempat tersebut.
Tetapi hampir satu harian mereka telah me rgubek-ubek mencari raja mereka disekitar tempat itu, tetapi saja mereka tidak berhasil menemui jejak Toan Hongya.
Begita juga jejak dari Kim Lian tidak berhasil mereka temui.
Sedangkan Toan Liang telah perintahkan pintu kota ditutup dan akan diadakan pemeriksaan diseluruh kota tersebut.
Waktu orang2 istana mendengar perihal peristiwa yang telah menimpah diri raja mereka itu dan dimana Toan Hongya telah dikuasai oleh seorang wanita cabul, mereka jadi terkejut sekali.
Yang membuat mereka berkuatir adalah keselamatan dari raja mereka itu.
Namnn kereta tidak berhasil untub mencari jejak Kaisar mereka.
Toan Liang dan Toan Bun terus juga mengadakan pencarian dengan ketat Toan Hongya dan Bong Kim Lian seperti lenyap tertelan bumi.
Berita lenyap Toan Hongya memang telah didengar oleh Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
Hal itu membuat Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan jadi ikut bingung juga.
Disamping itu mereka tidak melihat lagi Bong Kim Lian, maka mereka mau menduga bahwa yang menculik Toan Hongya pasti Bong Kim Lian.
Segera Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su ikut mehyelidiki dan mencari raja Tailie yang telah lenyap itu.
Namun sehari penuh mereka berkeliling kota tanpa memperoleh hasil.
Ketika malam harinya mereka ingin kembali kerumah penginapan, justru mereka telah berpapasan bertemu dengan Lauw Cie Lan.
Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su jadi girang.
Yang membuat mereka lebih girang lagi justru Lauw Cie Lan telah menceritakan diri nya yang menolongi Toan Hongya, dan berhasil mengusir Bong Kim Lian, sehingga raja itu batal menjadi korban wanita cabul tersebut.
Lu Liang Cwan memuji Lauw Cie Lan sebagai seorang pendekar yang baik hati, tetapi justru Lauw Cie Lan merasakan bahwa itu sindiran buat dia.
Mereka bertengkar sejenak, namun akhirnya Oey Yok Su bisa menengahinya.
Waktu Lu Liang Cwan mengundang Lauw Cie Lan untuk singgah dirumah penginapan mereka untuk dijamu, Lauw Cie Lan telah menolaknya.
Wanita gagah itu telah melanjutkan perja lanannya lagi, berpisah dari Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su.
Sedangkan Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan telah kembali kerumah penginapan mereka. Malam itu mereka dapat tidur nyenyak, karena mereka telah tenang mendengar Toan Hongya berhasil dibebaskan Lauw Cie Lan dari tangan nya Bong Kim Lian dan tentunya Kaisar itu telah berada diistananya lagi dan besok mungkin akan mengunjungi mereka pula.
Namun yang mengejutkan Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su ketika keesokan paginya mereka terbangun dari tidur, mereka mendengar cerita pelayan rumah penginapan mengenai Toan Hongya yang telah lenyap kembali.
Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan jadi berkuatir, karena menurut cerita ketiga pendeta yang diceritakan oleh pelayan itu Toan Hongya telah bertempur dengan Bong Kim Lian dan waktu pasukan istana sampai, mereka telah lenyap.
Keadaan seperti ini membuat Lu Liang Cwan menduga bahwa Toan Hongya telah berhasil ditawan oleh Bong Kim Lian lagi.
Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan cepat2 santapan pagi setelah itu mereka berdua keluar dari rumah penginapan untuk pergi melakukan penyelidikan dan mencari jejak Bong Kim Lian dan Toan Hongya.
Namun sejauh itu, sampai menjelang sore hari mereka tidak berhasil menemui jejak Toan Hongya.
Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su bertekad jika mereka berhasil mencari jejak Kim Lian, akan sekalian dibinasakannya, agar tidak menimbulkan bibit kerusuhan dikelak kemudian.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
<<< Kembali Ke Bagian 31 | Bersambung Ke Bagian 33 >>>
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber Kutipan : pustakaceritasilat
Post A Comment: