MENJALIN SEBUAH PERSAHABATAN
BAGIAN 28.1
KEESOKAN paginya, Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan bermaksud akan melanjutkan perjalanan mereka.
Tetapi waktu itu, dirumah penginapan tersebut telah datang seorang pemuda berusia dua puluh tahun lebih, sikapnya gagah, memakai baju lebar, sehingga tampaknya ia merupakan putera bangsawan.
Kepada seorang pelayan ia menanyakan perihal Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
Kebetulah saat si pelayan tengah menceritakan pertempuran yang terjadi tadi malam, antara Oey Yok Su dengan para pencopet itu, Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan tengah menuruni undakan anak tangga, sehingga pelayan itu jadi berhenti bercerita.
Sedangkan sipemuda yang tampak agung sikapnya itu, telah menghampiri Oey Yok Su dan merangkapkan kedua tangannya, ia memberi hormat kepada Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan bergantian.
„Siauwte telah mendengar kehebatan Kiehiap (orang gagah) yang telah memberikan hajaran kepada para pencopet itu… !” katanya dengan ramah.BAGIAN 28.1
KEESOKAN paginya, Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan bermaksud akan melanjutkan perjalanan mereka.
Tetapi waktu itu, dirumah penginapan tersebut telah datang seorang pemuda berusia dua puluh tahun lebih, sikapnya gagah, memakai baju lebar, sehingga tampaknya ia merupakan putera bangsawan.
Kepada seorang pelayan ia menanyakan perihal Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
Kebetulah saat si pelayan tengah menceritakan pertempuran yang terjadi tadi malam, antara Oey Yok Su dengan para pencopet itu, Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan tengah menuruni undakan anak tangga, sehingga pelayan itu jadi berhenti bercerita.
Sedangkan sipemuda yang tampak agung sikapnya itu, telah menghampiri Oey Yok Su dan merangkapkan kedua tangannya, ia memberi hormat kepada Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan bergantian.
„Maka Siauwte telah sengaja datang kemari menemui Jiewie Kiehiap berdua untuk mengikat tali persahabatan. . A”
Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan memandang curiga pada pemuda ini, karena mereka menduga pemuda ini tentunya orangnya pencopet2 itu, atau juga pimpinannya. Maka Oey Yok Su berlaku waspada, ia melihat-pemuda itu seperti memiliki ilmu yang tinggi, gerak geriknya begitu tenang dan agung, matanya memancarkan sinar yang tajam sekali, menandakan tenaga lwekangnya telah tinggi.
„Siauwte Toan Ceng ingin berkenalan dan mengikat tali persahabatan dengan jiewie mau menerimanya atau tidak?” tanya pemuda itu, yang tidak lain dari Toan Ceng.
Toan Hongya ini seperti biasa memang telah memberikan tugas pada kelima belas orang siewie istana untuk mengawasi orang2 asing yang datang berkunjung ke Tailie, kalau2 diantara mereka terdapat yang berilmu tinggi. Mengenai perihal peristiwa Oey Yok Su menghajar pencopet dan menghadapi sepuluh kawan pencopet itu, cepat sekali telah sampai ditelinga Toan Ceng.
Maka pagi ini, dengan menyamar berpakaian biasa, Toan Ceng telah menemui kedua orang itu, untuk dia jak mengikat tali persahabatan.
„Dan bolehkah aku mengetahui nama Kiehiap berdua yang mulia…….?”
Oey Yok Su ragu-ragu, tetapi Lu Liang Cwan telah tertawa, katanya: „Aku she Lu dan bernama Liang Cwan, dan ini kawan kecilku bernama Oey Yok Su, dia she Oey……!”
„Apakah jiewie berdua tidak keberatan jika aku mengundang kalian untuk makan2 …..?” tanya Toan Ceng lagi.
Oey Yok Su masih ragu-ragu, tetapi Lu Liang Cwan telah menyahutinya: „Diundang makan siapa yang mau menolak ?” katanya.
Toan Ceng girang, ia telah memanggil pelayan dan memesan satu meja untuk perjamuan, lengkap dengan makanan-makanan yang lezat.
Waktu mereka tengah bersantap, Oey Yok Su sering mengawasi sahabat baru ini.
la akhirnya tidak bisa menahan perasaan ingin tahunya, ia telah bertanya: „Siapakah sebetulnya engkau, sahabat……? Apakah engkau sahabatnya orang-orang yang semalam mengeroyokku ?”
Taan Hongya telah tersenyum, sikapnya sabar sekali.
„Sama sekali aku tidak memiliki hubungan apapun dengan mereka…… aku hanya mendengar kehebatan Kiehiap berdua, maka bermaksud mengikat tali persahabatan….. dan untung saja Kiehiap berdua tidak keberatan. Tentu orang2 Tailie akan berterirna kasih sekali kepada Kiehiap yang telah menumpas kejahatan…… sebetulnya di Taille ini aman, namun entah bagaimana akhir-akhir ini bisa juga muncul orang2 tidak benar seperti pencopet2 itu, mereka tentunya orang asing yang hanya melancong kemari saja.”
Oey Yok Su tersenyum, tetapi baru saja ia ingin berkata, Lu Liang Cwan telah bilang: „Dimana saja sama……,” katanya.
„Tidak di Tailie ini ataupun didaerah Tionggoan, orang jahat selalu terdapat dimana saja……!”
„Apa yang dikatakan oleh kau itu memang benar, sahabat,” kata Toan Ceng.
„Senang sekali aku bisa bersahabat dengan kalian orang2 yang memiliki kepandaian luas……. .!”
,,Kami hanya orang kelana yang tidak memiliki rumah dan tempat tinggal, kamipun manusia2 kasar yang hanya mengerti sedikit ilmu silat…. dimana kami hidup hanya mengembara dari kota yang satu kekota yang satunya lagi……..!”
Toan Ceng tertawa.
„Justru sejak kecil Siauwte selalu senang mempelajari silat, maka dari itu Siauwte memang ingin meminta petunjuk2 kalian, untuk bertukar pikiran dalam membicarakan ilmu silat……..!”
Oey Yok Su mengawasi Toan Ceng sejenak lamanya, kemudian baru berkata : „Jika memang hanya ingin merundingkan ilmu silat, kami tidak berani, karena kami memiliki kepandaian rendah……malah mungkin kami mungkin yang harus menerima petunjuk2 dari kau sahabat !”
Tetapi Toan Ceng telah tertawa sabar.
„Terima kasih atas pujian yang diberikan olehmu sahabat……. ! Saudara Oey, engkau kulihat memang memiliki kepadaian silat yang tinggi, dan kalian berdua datang dari daratan Tionggoan. Maka bolehkah aku mendengar sedikit cerita kalian mengenai keadaan didaratan Tionggoan, agar pengalaman Siauwte menjadi bertambah. Senang sekali jika aku bisa mendengar cerita kaadaan didaratan Tionggoan, khususnya mengenai orang2 persilatan …….!”
Oey Yok Su yang baru saja meninggalkan Tho Hoa To mana memiliki pengalaman yang Iuas mengenai rimba persilatan didaratan Tionggoan.
Memang gurunya sering menceritakan perihal keadaan dunia persilatan didaratan Tionggoan, tetapi cerita itu hanya sarinya belaka.
Tetapi Lu Liang Cwan yang memang telah berpengalaman, segera mewakili Oey Yok Su, ia menceritakan keadaan dunia persilatan didaratan Tionggoan.
Tampaknya Toan Ceng mendengarkan dengan penuh perhatian dan serius sekali.
Diwaktu itu, Oey Yok Su melihat bahwa Toan Ceng memang ber-sungguh2 ingin mendengarkan cerita perihal keadaan rimba persilatan. Oey Yok Su juga telah melihatnya bahwa Toan Ceng bukan seorang pemuda yang sembarangan, ia tentu memiliki kepandaian yang tinggi sekali, kepandaian yang tidak boleh dipandang remeh.
Sinar matanya yang memancar sangat tajam, menunjukkan bahwa Toan Ceng memiliki sinkang yang tidak berada dibawahnya.
Karena penasaran dan ingin mengetahui sampai dimana tingginya kepandaian Toan Ceng, Oey Yok Su telah sengaja menuangkan secawan arak, yang diangsurkan kepada Toan Ceng mempergunakan kedua tangannya.
„Silahkan Toan Sieheng meminum arak ini untuk menghormati persahabatan kita,” kata Oey Yok Su.
Toan Ceng cepat2 berdiri dan mengulurkan kedua tangannya menerima cawan arak itu.
Tetapi ketika kedua tangan Toan Ceng memegang cawan itu….., ia jadi terkejut, karena ia merasakan dari kesepuluh jari tangan Oey Yok Su yang memegang cawan itu seperti mengeluarkan serangkum angin yang menyerang diri-nya kuat cekali,
Namun sebagai raja yang memiliki kepandaian tinggi, Toan Ceng tidak menjadi gugup.
Segera ia sadar bahwa Oey Yok Su ingin mengujinya.
Maka Toan Ceng telah menyalurkan kekuatan pada kesepuluh jari tangannya, sinkangnya telah tersalurkan cepat, dan dengan mudah ia memunahkan tenaga terjangan Oey Yok Su.
Kemudian sambil membawa sikap seperti tidak terjadi sesuat apapun juga, Toan Ceng telah menerima cawan arak itu sambil katanya: „Terima kasih…….!”
Oey Yok Su terkejut, ia melengak kaget karena tenaga serangannya yang mempergunakan lwekang sangat kuat itu tidak memberikan hasil.
Bahkan dilihatnya Toan Ceng telah meneguk arak itu dengan sikap yang tenang.
Tenaga serangan Oey Yok Su seperti lenyap tidak meninggalkan bekas, Lu Lian Cwan yang diam2 mengawasi, mengetahui Oey Yok Su telah gagal menguji orang she Toan itu. Maka hati Lu Liang Cwan juga jadi tertarik.
„Ternyata ia pemuda yang luar biasa, memiliki kepandaian yang tinggi….!” pikir Lu Liang Cwan.
„Biar aku mencobanya juga…….. !”
Dan setelah berpikir begitu, Lu Liang Cwan berdiri dari duduknya, diapun telah menuang satu cawan arak lagi, kemudian dibawa kedekat Toan Ceng.
—oo0oo—
(Bersambung Ke Bagian 28.2)
BAGIAN 28
MENJALIN SEBUAH PERSAHABATAN
BAGIAN 28.2
„AKUPUN ingin memberi penghormatan terhadap persahabatan kita,” katanya.
Seperti tadi Toan Ceng telah menyambuti cawan arak itu.
Tetapi tadi merupakan pelajaran buatnya, maka ia telah bersiap sedia.
Benar saja, ia merasakan betapa dari kedua tangan Lu Liang Cwan mangalir keluar suatu kekuatan tenaga lwekang vang tidak tampak.
Toan Ceng kaget, karena tenaga itu jauh lebih kuat dari tenaga yang dilancarkan tadi oleh Oey Yok Su, malah tenaga yang menerjangnya itu bergelomhang, sehingga membuat Toan Ceng jadi kagum.
Tenaga itu bergelombang, jika Toan Ceng melawan dengan kekerasan, tentu dirinya akan terjerembab, sebab tenaga itu seperti lenyap dan seperti itu ada, bergelombang tidak hentinya.
Namun Toan Ceng tidak kehabisan akal, dengan cepat ia telah mempergunakan ilmu sinkang yang paling tinggi, yaitu yang kosong menjadi ada dan yang ada menjadi kosong, yaitu ilmu sinkang dari kalangan lunak.
Begitu tenaga Lu Liang Cwan menerima pahlawan seperti ini, dia jadi membentur tempat yang kosong, tetapi berisi kekerasan, maka tenaga serangan Lu Liang Cwan jatuh ditempat kosong dan lenyap.
Muka Lu Liang Cwan jadi berobah ketika merasakan tenaganya yang itu seperti lenyap.
Sebagai seorang tokoh sakti yang memiliki kepandaian tinggi, ia penasaran.
Karena mustahil seorang pemuda seperti Toan Ceng bisa menghadapi ilmunya itu.
Maka belum lagi Toan Ceng menyambuti arak itu dan cawan belum berpindah tangan, Lu Liang Cwan telah manyalurkan lagi kekuatannya.
Kali ini ia menyalurkan tenaga serangan berbentuk Im, yang hawanya dingin sekali.
Toan Ceng kembali terkejut.
Tenaga serangan itu telah menerjang dengan cepat, sehingga memaksa Toan Ceng harus berusaha memberikan perlawanan untuk membendung tenaga lawannya.
Tepat bersamaan dengan itu, justru tenaga Lu Liang Cwan seperti lenyap, dan berganti dengan datangnya tenaga serangan yang bersifat Yang, panas, dimana udara disekitar Toan Ceng jadi panas.
Toan Hongya kaget bukan main.
Jarang sekali orang bisa mempergunakan tenaga Im dan Yang dengan berbareng, karena dengan cara demikian orang harus benar-benar mahir menguasai dua macam kekuatan yang berlainan sifat itu, sebab tanpa kemahiran tentu malah akan mencelakai diri sendiri, senjata makan tuan.
Tenaga lm adalah tenaga yang bersifat lunak dingin, sedangkan tenaga Yang adalah tenaga yang memiliki sifat keras panas.
Maka dari itu Lu Liang Cwan bisa melancarkan serangan seperti itu dengan waktu yang singkat, dan kedua macam tenaga serangan yang berlainan sifatnya itu telah bisa dipergunakannya berbareng, membuat Toan Ceng kagum bukan main.
Namun Toan Ceng tidak berani berlaku ayal, dengan menggerakkan tangan kanannya menyilang, ia telah menyambuti cawan itu, kemudian ia memiringkan sedikit tubuhnya, sehingga kedua macam gelombang tenaga serangan Lu Liang Cwan telah berhasil dipunahkanilya.
Kembali Lu Liang Cwan jadi terkejut, tetapi waktu itu cawan arak telah berpindah tangan.
„Hebat kau, orang she Toan !” memuji Lu Liang Cwan.
„Kepandaianmu tidak rendah !’
Toan Ceng cepat2 mengeluarkan kata2 merendahkan diri.
la juga bersikap wajar sekali, tidak memperlihatkan sikap bangga dan sombong.
Malah dengan rendah hati ia memuji kehebatan tenaga serangan Lu Liang Cwan.
Melihat sikap Toan Ceng yang sabar dan ramah tamah, dengan sendirinya lenyap sikap curiga pada diri Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
Lu Liang Cwan yang memang memiliki tabiat agak berandalan, tanpa memperdulikan basa basi, ia telah bertanya : „Siapa gurunya, nak ? “
Toan Ceng bimbang mendengar ditanyakan gurunya, akhirnya ia telah menyahuti jujur: „Guruku itu bisa dipanggil oleh sahabat-sahabat dengan sebutan Hek Wan.
„Apa ….?” tanya Lu Liang Cwan terkejut.
Oey Yok Su yang memang belum begitu berpengalaman dalam rimba persilatan tidak mengetahui siapa itu adanya Hek Wan, namun buat Lu Liang Cwan lain halnya.
„Hek Wan……. gurumu itu Hek Wan?” tanya Lu Liang Cwan seperti tidak mempercayai pendengarannya.
Toan Ceng membenarkan.
„Hanya itu saja yang kuketahui, karena menurut guruku ia memang telah lama tidak memiliki nama, dan hanya mempergunakan julukan yang diberikan oleh sahabat-sahabatnya, yaitu Hek Wan……….!”
„Sekarang ia berada dimana ?” tanya Lu Liang Cwan lagi.
Muka Toan Ceng jadi berobah merah tetapi kemudian dengan suara perlahan ia berkata : „Sudah cukup lama juga kami guru dan murid berpisah…..menurut keterangan yang diberikan Insu, bahwa guruku itu ingin pergi kedaratan Tionggoan lagi……. !”
Lu Liang Cwan menghela napas dalam2, dan duduk terpekur sambil mengerutkan sepasang alisnya. Mulutnya juga menggumam perlahan : „Aku tidak menyangka bahwa Hek Wan masih hidup…….!”
Oey Yok Su yang sejak tadi hanya mendengari saja, jadi tertarik.
„Lu Locianpwe, siapakah sebenarnya Hek Wan itu.?” tanya Oey Yok Su.
„Dialah seorang tokoh sakti yang memiliki kepandaian hebat sekali… aku sendiri belum tentu bisa menandingi kepandaiannya itu. . .!” menjelaskan Lu Liang Cwan kemudian.
Oey Yok Su terkejut.
„Hek Wan merupakan pendekar aneh,” kata Lu Liang Cwan lagi.
„Dan kami didaratan Tionggoan pernah mendengar bahwa ia merupakan seorang jago yang tidak pernah mau memperhatikan kepandaiannya, kelakuannya juga sangat aneh, tetapi sesungguhnya ilmu silat yang dimilikinya itu bermacam ragam dan aneh sekali, sulit untuk dijajaki sampai berapa tinggi kepandaian yang dimilikinya.”
Oey Yok Su mendengarkan saja.
Toan Ceng juga mendengarkan dengan penuh perhatian, karena memang Toan Hongya ini sama sekali tidak mengetahui asal usul gurunya itu.
Ia hanya mengetahui bahwa Hek Wan memiliki kepandaian yang tinggi dan gurunya itu memang agak aneh sifatnya.
Sekarang Lu Liang Cwan mengetahui perihal gurunya itu, maka ia ingin mendengar lebih banyak lagi.
„Dan, siapakah sebenarnya nama guruku itu, Locianpwe?” tanya Toan Ceng kemudian.
„Ohhh….., engkau sendiri tampaknya tidak begitu jelas dengan keadaan gurumu…!” kata Lu Liang Cwan.
„Kami sendiri tidak mengetahui nama sebenarnya, kami hanya mengetahui bahwa ia biasa dipanggil sebagai Hek Wan, tentu saja ,panggilan itu disesuaikan dengan keadannya, yaitu kulitnya yang hitam dan bentuk mukanya yang mirip…….. kera……!”
Toan Ceng tidak marah.
Memang Hek Wan sendiri pernah menyatakan sendiri perihal namanya itu.
„Dimanakah biasanya guruku itu berdiam?” tanya Toan Ceng lagi.
„Itupun tidak jelas, karena gerak geriknya seperti bayangan setan saja, ia tidak memiliki tempat yang tetap dan selalu mengembara, namun bisa muncul dengan tiba2 disuatu tempat, maka tidak ada seorangpun dirimba persilatan yang mengetahui dimana Hek Wan berada, dan sulit sekali jika hendak mencari dia… disamping tempatnya yang tidak menentu, juga memang Hek Wan selalu menyamar, sehingga banyak orang2 rimba persilatan ,yang tidak mengenal wajahnya yang sesungguhnya dan hanya sering dengar kebesaran namanya saja sebagai tokh sakti……!”
Toan Ceng menghela napas.
Semula ia ingin mengetahui dari Lu Liang Cwan dimana gurunya biasa menetap.
Karena ia bermaksud untuk pergi menemuinya, namun mendengar perkataan Lu Liang Cwan, putuslah harapan Toan Ceng, sebab gurunya itu sulit diketahui jejaknya.
Lu Liang Cwan melihat perobahan wajah Toan Ceng, ia tertawa sambil tanyanya : „Sekarang tentu Hek Wan tengah berkeliaran didaerah Tionggoan lagi.. .!”
Toan Ceng mengangguk.
„Mungkin guru memang miliki kegemaran merantau dan berkelana, ia tidak betah untuk tinggal terlalu lama disebuah tempat…!”
Oey Yok Su telah melihat kepandaian Toan Ceng tidak rendah, mungkin tidak berada disebelah bawah kepandaiannya.
Maka ia jadi menyukai juga pemuda yang ramah ini.
-----------------------------------------------------------------------------------------
<<< Kembali Ke Bagian 27 | Bersambung Ke Bagian 29 >>>
-----------------------------------------------------------------------------------------
Sumber Kutipan : pustakaceritasilat
Post A Comment: