Berbuka puasa Ala Walimahan itu sejujunya jauh dari pesan puasa. Menahan diri dan berbagi dengan sesama. Karena dihitung - hitung biaya satu kali berbuka dirumah tersebut, jika dijadikan paket berbuka dengan menu sederhana,
Cara berbuka puasa kami masih memakai cara ' lama ' .
Tidak hanya ada tamar, tetapi nasi ada . Sayur ada. Lauk pauk pasti tersedia.
Belum lagi menu pelengkap, seperti kerupuk / gorengan.
Tidak hanya ada tamar, tetapi nasi ada . Sayur ada. Lauk pauk pasti tersedia.
Belum lagi menu pelengkap, seperti kerupuk / gorengan.
Dan minumnya, ada Teh, tidak jarang ada sirup / kolak.
Selesai?
Belum.
Masih ada beberapa buah-buahan sebagai hidangan penutup.
Masyaalloh, ini berbuka puasa ataukah prasmanan walimahan???
Tetapi begitulah kenyataannya.
Tidak mudah keluar dari mindset seperti ini, terutama jika sudah punya anak istri.
Sebetulnya, saya merindukan berbuka puasa dengan takjil kurma dan beberapa teguk air,
lalu membiarkan tubuh bersiap untuk Tarawih Murottal sampai hari cukup malam.
Baru sesudah terawih ,
Jika nafsu masih menuntut, bisa makan Nasi secukupnya dengan lauk sederhana.
Berbuka puasa Ala Walimahan itu sejujunya jauh dari pesan puasa.
Menahan diri dan berbagi dengan sesama.
Karena dihitung - hitung biaya satu kali berbuka dirumah tersebut, jika dijadikan paket berbuka dengan menu sederhana,
kemudian dibagi-bagikan kepada ' tetangga ' maka akan dapat dibuat berbuka puluhan orang / beberapa kepala keluarga ( kk) .
Sedihnya lagi, jika hidangan itu tadi semua habis termakan sekali.
Ini berbuka ataukah pelampiasan nafsu yang tertunda? : pertanyaannya.
Sedih juga,jika hidangan tidak habis , lalu jika dibiarkan tidak termakan jadi basi.
ini sama halnya mensia-siakan rejeki.
Bukankah yang seperti itu, Allah benci. ???
Teringat akhirnya, Ahlaq para Shalihin dimasa lampau. Mereka hidup bersahja. Bertamupun, mereka tidak suka dijamu berlebih-lebihan.
Suatu hari, Alhabib Ahmad bin Hasan Al Athas bertamu dikota Hinfr Wady Amd.
Beliau melihat, tuan rumah sampai memotong kambing untuk menjamu beliau. Dan itu membuat beliau marah.
'' Kalian sudah menyalahi nasehat Alhabib Abubakar bin Abdullah Al Athas '' Kata beliau.
'' Berapa harga satu ekor kambing yang kalian sembelih? '' Tanya beliau.
'' Tiga reyal '' Jawab mereka.
'' Berapa total gandumnya ?? ''
'' Sekian kilogram '' Jawab mereka.
'' Berapa total roti yang kalian sajikan? ''
'' 300 potong roti '' Jawab mereka.
Maka Alhabib Ahmad bin Hasan berkata kemudian ;
'' Seharga itu, kalian dapat menjamu 300 orang! ''.
Post A Comment: