Namun dalam diri anak kecil, terdapat 5 watak, yang jika watak tersebut tetap menempel pada diri orang dewasa, maka ia akan menjadi orang yang 'arif.
Terkadang kita sering mendengar ungkapan "Jangan kekanak-kanakan" atau juga "Sifatnya seperti anak kecil saja". Namun dalam diri anak kecil, terdapat 5 watak, yang jika watak tersebut tetap menempel pada diri orang dewasa, maka ia akan menjadi orang yang 'arif.
Imam Jalaluddin al-Suyuthi rahimahullah berkata:
خمس خصال في الاطفال لو كانت في الكبار مع ربهم لكانواأولياء" لا يهتمون بالرزق، ولا يشكون من خالقهم إذا مرضوا ، ويأكلون الطعام مجتمعين ، واذا خافوا جرت عيونهم بالدموع ، واذا تخاصموا تسارعوا إلى الصلح
Lima hal dalam sifat anak-anak kecil, seandainya dimiliki orang dewasa, niscaya mereka menjadi para wali Allah :
Jika anda telah berkeluarga dan punya anak, maka rezeki anda berbeda dengan rezeki istri anda, juga rezeki untuk anak anda, masing-masing ada jatahnya.
Rezeki kita masing-masing sudah ditentukan sejak kita masih dalam kandungan.
Diriwayatkan dari Zaid bin Wahb, dari Abd Allah yang berkata: Telah menyampaikan hadits pada kami, Rasul SAW. yang benar dan dibenarkan: sesungguhnya individu kamu dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya empat puluh hari, kemudian menjadi alaqah selama itu juga, kemudian menjadi mudghah selama itu pula, kemudian diutuslah malaikat meniupkan ruh padanya. Diperintahlah untuk menuliskan empat kalimat yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan bahagia atau susah. Demi Dzat yang tiada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya seseorang mengamalkan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dia dengan surga itu sehasta, kemudian lewat atasnya ketetapan yang tertulis, maka beramal dengan amalan ahli neraka, masuklah ia ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang beramal amalan ahli neraka hingga antara dia dengan neraka jarak sehasta, lewatlah ketetapan yang tertulis itu, kemudian beramal amalan ahli surga, maka masuklah ia ke surga.
Hr. Ahmad (164-241H), al-Bukhari (194-256H), Muslim (206-261H), al-Tirmidzi (209-279H) al-Bayhaqi (384-458H).[1] Redaksi yang dikutip di sini adalah riwayat Muslim.
Bicara tentang rezeki, terdapat juga hadits yaitu:
Dari Umar bin Khattab RA, ia berkata, “Saya mendengar Rassulullah SAW bersabda, ‘Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian seperti seekor burung, pagi-pagi ia keluar dari sarangnya dalam keadaan lapar dan pulang disore hari dalam keadaan kenyang “ (HR.Ahmad dan Turmuzi).
Seseorang mengeluh kepada Ibrahim bin Adham tentang anaknya yang banyak. Sang Sufi agung ini menjawab, “Wahai saudaraku, jika setiap yang ada di rumahmu terdapat orang yang rezekinya bukan dari Allah, pindahkan dia ke rumahku.” Rasulullah SAW bersabda, “Berusahalah untuk memperbanyak keturunan, karena kalian tidak tahu dari anak yang mana kamu mendapatkan rezeki.“
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Rezeki itu ada empat macam, yakni rezeki yang dijamin, rezeki yang dibagikan, rezeki yang dimiliki, dan rezeki yang dijanjikan oleh Allah SWT.
1) Rezeki yang dijamin merujuk kepada makanan dan segala apa yang menopang tubuh dan jiwamu. Jenis rezeki seperti itu tak terkait dengan sumber-sumber lainnya di dunia. Jaminan terhadap rezeki jenis ini datang dari Allah Ta’ala. Maka, bertawakal terhadap rezeki jenis ini wajib berdasarkan dalil aqli dan syar’i. Sebab, Allah telah membebankan kita untuk mengabdi kepada-Nya dan mentaati-Nya dengan tubuh kita. Dia pasti telah menjamin apa-apa yang menjadi sumber energi bagi sel-sel tubuh kita agar kita dapat melaksanakan apa yang telah diperintahkan-Nya.
2) Rezeki yang dibagi adalah apa yang telah dibagikan oleh Allah dan telah tertulis di Lauwhun Mahfuzh secara detail. Masing-masing dibagikan sesuai dengan kadar yang telah ditentukan dan waktu yang telah ditetapkan, tidak lebih dan tidak kurang, tidak maju dan tidak mundur dari apa yang tertulis itu.
Rasulullah SAW bersabda, “Rezeki itu telah dibagikan dan kemudian telah diberikan semuanya. Tidaklah ketakwaan seseorang dapat menambahkannya dan tidak pula kejahatan orang yang berlaku jahat dapat menguranginya.”
3) Rezeki yang dimiliki adalah harta benda dunia yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk dia miliki. Dan ini termasuk rezeki dari Allah. Allah berfirman, “Belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu.” (QS Al-Baqarah [2]: 254).
4) Rezeki yang dijanjikan adalah segala apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa dengan syarat ketakwaan, sebagai rezeki yang halal, tanpa didahului oleh usaha yang bersusah payah.
Kata Imam Ghazali, "Tidak, usahamu tidak akan menambah rezekimu, kalo kamu tidak usahapun tidak akan mengurangi rezekimu, sebab rezeki sudah dicatat di Lauh Mahfudz, sudah diperkirakan jumlahnya, jelas kapan sampainya."
Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila seorang hamba yang beriman menderita sakit, maka Allah memerintahkan kepada para malaikat agar menulis perbuatan yang terbaik yang dikerjakan hamba mukmin itu pada saat sehat dan pada saat waktu senangnya.”
Ujaran Rasulullah SAW tersebut diriwayatkan oleh Abu Imamah al Bahili. Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda :
“Apabila seorang hamba mukmin sakit, maka Allah mengutus 4 malaikat untuk datang padanya.”
Allah memerintahkan :
Allah menjawab: “Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah dosa-dosa tersebut ke dalam laut.”
Dengan ini, maka kelak si sakit itu berangkat ke alam akhirat dan keluar dari dunia dalam keadaan suci dari dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sakit panas dalam sehari semalam, dapat menghilangkan dosa selama setahun.”
Dari Wahsyi bin Harb, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwasanya para shahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلَا نَشْبَعُ قَالَ: فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ؟ قَالُوا: نَعَمْ قَالَ: فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan tetapi tidak merasa kenyang?”. Beliau bersabda, “Mungkin karena kalian makan secara terpisah-pisah (sendiri-sendiri)?.” Mereka menjawab, “Ya benar.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian secara bersama-sama (berjama’ah) ketika makan, dan sebutlah nama Allah atasnya, maka kalian akan mendapat berkah padanya.” [HR Abu Dawud: 3764, Ibnu Majah: 3286, Ahmad: III/ 501, al-Hakim dan Ibnu Hibban.]
Dalam sebuah kitab Daqa'iqul Akhbar menerangkan bahwa akan didatangkan seorang hamba pada hari kiamat nanti, dan sangat beratlah timbangan kejahatannya, dan telah diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam neraka. Maka salah satu daripada rambut-rambut matanya berkata, "Wahai Tuhanku, Rasul Engkau Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda, sesiapa yang menangis karena takut kepada Allah s.w.t, maka Allah s.w.t. mengharamkan matanya itu ke neraka dan sesungguhnya aku menangis karena amat takut kepadaMu".
Akhirnya Allah s.w.t. mengampuni hamba itu dan menyelamatkannya dari api neraka dengan berkat sehelai rambut yang pernah menangis karena takut kepada Allah s.w.t.
Malaikat Jibril a.s. mengumumkan, telah selamat Fulan bin Fulan sebab sehelai rambut. "Dalam sebuah kitab lain, Bidayatul-Hidayah, diceritakan bahwa pada hari kiamat nanti, akan didatangkan neraka jahanam dengan mengeluarkan suaranya, suara nyalaan api yang sangat mengerikan, semua umat menjadi berlutut karena kesusahan menghadapinya.
Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud, "Kamu lihat (pada hari itu) setiap umat berlutut (yakni merangkak pada lututnya). Tiap-tiap umat diseru kepada buku amalannya. (Dikatakan kepadanya) Pada hari ini kamu mendapat balasan menurut apa-apa yang telah kau kerjakan." (Surah al-Jatsiyah ayat 28)
Begitu mereka menghampiri neraka, mereka mendengar kegeraman api neraka dengan nyalaan apinya, dan diterangkan dalam kitab tersebut bahwa suara nyalaan api neraka itu dapat didengar sejauh 500 tahun perjalanan. Pada waktu itu, akan berkata setiap orang hingga Nabi-nabi dengan ucapan, "Diriku, diriku (selamatkanlah diriku Ya Allah) kecuali hanya seorang nabi saja yang akan berkata, "Umatku, umatku."
Beliau ialah junjungan besar kita Nabi Muhammad s.a.w. Pada masa itu akan keluarlah api neraka jahim seperti gunung-gunung, umat Nabi Muhammad s.a.w. berusaha menghalanginya dengan berkata, "Wahai api! Demi hak orang-orang yang sholat, demi hak orang-orang yang ahli sedekah, demi hak orang-orang yang khusyuk, demi hak orang-orang yang berpuasa, supaya engkau kembali."
Walaupun dikata demikian, api neraka itu tetap tidak mau kembali, lalu malaikat Jibril berkata, "Sesungguhnya api neraka itu menuju kepada umat Muhammad s.a.w." Kemudian Jibril membawa semangkuk air dan Rasulullah s.a.w. meraihnya.
Berkata Jibril a.s. "Wahai Rasulullah, ambillah air ini dan siramkanlah kepadanya." Lalu Baginda s.a.w. mengambil dan menyiramkannya pada api itu, maka padamlah api itu.
Setelah itu Rasulullah s.a.w. pun bertanya kepada Jibril a.s. "Wahai Jibril, AIR Apakah itu?"
Maka Jibril berkata, "Itulah air mata di kalangan umatmu yang menangis karena takut kepada Allah s.w.t.
Sekarang aku diperintahkan untuk memberikannya kepadamu agar engkau menyiramkan pada api itu." Maka padamlah api itu dengan izin Allah s.w.t.
Telah bersabda Rasulullah s.a.w., "Ya Allah anugerahilah kepada kami dua buah mata yang menangis karena takut kepada-Mu, sebelum tidak ditemunya air mata.".
Setiap muslim wajib berusaha membangun kukuhnya persatuan dan kesatuan demi tegaknya agama, masyarakat, bangsa dan negara. Hal itu dilakukan agar dapat meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara yang bijaksana dan seadil-adilnya menurut ketentuan Allah SWT.
Agama islam adalah agama yang sempurna ajaran-ajarannya, bukan hanya membimnbing manusia mengenal tuhan dan tata cara beribadah kepadanya, tetapi juga memberi petunjuk bagaimana menyusun suatu masyarakat agar tiap-tiap anggotanya dapat hidup rukun, aman dan nyaman, yakni masing-masing hendakalah bertakwa. Allah melarang kita saling membelakangi, suka mencari kesalahan orang lain, hasud, iri dan dengki lebih-lebih berbuat aniaya yang dapat menimbulkan perselisihan diantara sesama.
Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadis yang artinya : “Tolonglah saudaramu dalam keadaan menganiaya atau dianiaya (saling bertengkar). Saya bertanya. Wahai Rasululah, yang ini saya menolongnya karena teraniaya. Bagaimana caranya menolong yang zalim?, Engkau harus melarangnya dari kezaliman itulah cara menolongnya.” (HR Anas r.a).
Hadis tersebut memberi penjelasan bahwa menjaga persatuan dan kesatuan itu mutlak diperlukan. Terjadinya perbedaan pendapat, baik perorangan maupun kelompok adalah hal yang wajar, karena setiap pribadi memang dianugrahi oelh Allah kemampuan berkreasi dan penalaran yang berbeda-beda.
- Tidak pusing dengan rezeki
- Tidak mengeluh kepada penciptanya saat sakit
- Makan bersama dengan orang lain, tidak jijik dan tidak gengsi.
- Jika takut, air matanya mengalir dari matanya
- Jika bertengkar, bergegas mencari cara untuk damai
#1. Tidak Pusing Dengan Rezeki
Setiap manusia, hidup di dunia membawa atau mendapat jatah rezeki dari Allah sendiri-sendiri. Saya, anda, ayah anda, ibu anda, budi, tono, tuti, semua memperoleh bagian masing-masing. Jika anda seorang suami maka rezeki anda dan rezeki istri anda pun akan berbeda-beda.Jika anda telah berkeluarga dan punya anak, maka rezeki anda berbeda dengan rezeki istri anda, juga rezeki untuk anak anda, masing-masing ada jatahnya.
Rezeki kita masing-masing sudah ditentukan sejak kita masih dalam kandungan.
عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
Diriwayatkan dari Zaid bin Wahb, dari Abd Allah yang berkata: Telah menyampaikan hadits pada kami, Rasul SAW. yang benar dan dibenarkan: sesungguhnya individu kamu dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya empat puluh hari, kemudian menjadi alaqah selama itu juga, kemudian menjadi mudghah selama itu pula, kemudian diutuslah malaikat meniupkan ruh padanya. Diperintahlah untuk menuliskan empat kalimat yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan bahagia atau susah. Demi Dzat yang tiada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya seseorang mengamalkan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dia dengan surga itu sehasta, kemudian lewat atasnya ketetapan yang tertulis, maka beramal dengan amalan ahli neraka, masuklah ia ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang beramal amalan ahli neraka hingga antara dia dengan neraka jarak sehasta, lewatlah ketetapan yang tertulis itu, kemudian beramal amalan ahli surga, maka masuklah ia ke surga.
Hr. Ahmad (164-241H), al-Bukhari (194-256H), Muslim (206-261H), al-Tirmidzi (209-279H) al-Bayhaqi (384-458H).[1] Redaksi yang dikutip di sini adalah riwayat Muslim.
Bicara tentang rezeki, terdapat juga hadits yaitu:
Dari Umar bin Khattab RA, ia berkata, “Saya mendengar Rassulullah SAW bersabda, ‘Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian seperti seekor burung, pagi-pagi ia keluar dari sarangnya dalam keadaan lapar dan pulang disore hari dalam keadaan kenyang “ (HR.Ahmad dan Turmuzi).
Seseorang mengeluh kepada Ibrahim bin Adham tentang anaknya yang banyak. Sang Sufi agung ini menjawab, “Wahai saudaraku, jika setiap yang ada di rumahmu terdapat orang yang rezekinya bukan dari Allah, pindahkan dia ke rumahku.” Rasulullah SAW bersabda, “Berusahalah untuk memperbanyak keturunan, karena kalian tidak tahu dari anak yang mana kamu mendapatkan rezeki.“
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Rezeki itu ada empat macam, yakni rezeki yang dijamin, rezeki yang dibagikan, rezeki yang dimiliki, dan rezeki yang dijanjikan oleh Allah SWT.
1) Rezeki yang dijamin merujuk kepada makanan dan segala apa yang menopang tubuh dan jiwamu. Jenis rezeki seperti itu tak terkait dengan sumber-sumber lainnya di dunia. Jaminan terhadap rezeki jenis ini datang dari Allah Ta’ala. Maka, bertawakal terhadap rezeki jenis ini wajib berdasarkan dalil aqli dan syar’i. Sebab, Allah telah membebankan kita untuk mengabdi kepada-Nya dan mentaati-Nya dengan tubuh kita. Dia pasti telah menjamin apa-apa yang menjadi sumber energi bagi sel-sel tubuh kita agar kita dapat melaksanakan apa yang telah diperintahkan-Nya.
2) Rezeki yang dibagi adalah apa yang telah dibagikan oleh Allah dan telah tertulis di Lauwhun Mahfuzh secara detail. Masing-masing dibagikan sesuai dengan kadar yang telah ditentukan dan waktu yang telah ditetapkan, tidak lebih dan tidak kurang, tidak maju dan tidak mundur dari apa yang tertulis itu.
Rasulullah SAW bersabda, “Rezeki itu telah dibagikan dan kemudian telah diberikan semuanya. Tidaklah ketakwaan seseorang dapat menambahkannya dan tidak pula kejahatan orang yang berlaku jahat dapat menguranginya.”
3) Rezeki yang dimiliki adalah harta benda dunia yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk dia miliki. Dan ini termasuk rezeki dari Allah. Allah berfirman, “Belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu.” (QS Al-Baqarah [2]: 254).
4) Rezeki yang dijanjikan adalah segala apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa dengan syarat ketakwaan, sebagai rezeki yang halal, tanpa didahului oleh usaha yang bersusah payah.
Kata Imam Ghazali, "Tidak, usahamu tidak akan menambah rezekimu, kalo kamu tidak usahapun tidak akan mengurangi rezekimu, sebab rezeki sudah dicatat di Lauh Mahfudz, sudah diperkirakan jumlahnya, jelas kapan sampainya."
#2 Tidak mengeluh kepada penciptanya saat sakit
Kalau kita tahu sebenarnya tak ada alasan untuk sedih dan mengeluh saat kita sakit, karena sebenarnya itu adalah kasih sayang Allah SWT pada kita. Kita mengeluh saat sakit karena kita tak tahu rahasianya.Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila seorang hamba yang beriman menderita sakit, maka Allah memerintahkan kepada para malaikat agar menulis perbuatan yang terbaik yang dikerjakan hamba mukmin itu pada saat sehat dan pada saat waktu senangnya.”
Ujaran Rasulullah SAW tersebut diriwayatkan oleh Abu Imamah al Bahili. Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda :
“Apabila seorang hamba mukmin sakit, maka Allah mengutus 4 malaikat untuk datang padanya.”
Allah memerintahkan :
- Malaikat pertama untuk mengambil kekuatannya sehingga menjadi lemah.
- Malaikat kedua untuk mengambil rasa lezatnya makanan dari mulutnya
- Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah si sakit menjadi pucat pasi.
- Malaikat keempat untuk mengambil semua dosanya , maka berubahlah si sakit menjadi suci dari dosa.
Allah menjawab: “Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah dosa-dosa tersebut ke dalam laut.”
Dengan ini, maka kelak si sakit itu berangkat ke alam akhirat dan keluar dari dunia dalam keadaan suci dari dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sakit panas dalam sehari semalam, dapat menghilangkan dosa selama setahun.”
#3 Makan bersama dengan orang lain, tidak jijik dan tidak gengsi
Dari Wahsyi bin Harb, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwasanya para shahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلَا نَشْبَعُ قَالَ: فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ؟ قَالُوا: نَعَمْ قَالَ: فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan tetapi tidak merasa kenyang?”. Beliau bersabda, “Mungkin karena kalian makan secara terpisah-pisah (sendiri-sendiri)?.” Mereka menjawab, “Ya benar.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian secara bersama-sama (berjama’ah) ketika makan, dan sebutlah nama Allah atasnya, maka kalian akan mendapat berkah padanya.” [HR Abu Dawud: 3764, Ibnu Majah: 3286, Ahmad: III/ 501, al-Hakim dan Ibnu Hibban.]
#4 Jika takut, air matanya mengalir dari matanya
Rasulullah s.a.w telah bersabda, "Bahwa tidak akan masuk neraka orang menangis karena takut kepadaAllah sehingga ada air susu kembali ke tempat asalnya."Dalam sebuah kitab Daqa'iqul Akhbar menerangkan bahwa akan didatangkan seorang hamba pada hari kiamat nanti, dan sangat beratlah timbangan kejahatannya, dan telah diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam neraka. Maka salah satu daripada rambut-rambut matanya berkata, "Wahai Tuhanku, Rasul Engkau Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda, sesiapa yang menangis karena takut kepada Allah s.w.t, maka Allah s.w.t. mengharamkan matanya itu ke neraka dan sesungguhnya aku menangis karena amat takut kepadaMu".
Akhirnya Allah s.w.t. mengampuni hamba itu dan menyelamatkannya dari api neraka dengan berkat sehelai rambut yang pernah menangis karena takut kepada Allah s.w.t.
Malaikat Jibril a.s. mengumumkan, telah selamat Fulan bin Fulan sebab sehelai rambut. "Dalam sebuah kitab lain, Bidayatul-Hidayah, diceritakan bahwa pada hari kiamat nanti, akan didatangkan neraka jahanam dengan mengeluarkan suaranya, suara nyalaan api yang sangat mengerikan, semua umat menjadi berlutut karena kesusahan menghadapinya.
Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud, "Kamu lihat (pada hari itu) setiap umat berlutut (yakni merangkak pada lututnya). Tiap-tiap umat diseru kepada buku amalannya. (Dikatakan kepadanya) Pada hari ini kamu mendapat balasan menurut apa-apa yang telah kau kerjakan." (Surah al-Jatsiyah ayat 28)
Begitu mereka menghampiri neraka, mereka mendengar kegeraman api neraka dengan nyalaan apinya, dan diterangkan dalam kitab tersebut bahwa suara nyalaan api neraka itu dapat didengar sejauh 500 tahun perjalanan. Pada waktu itu, akan berkata setiap orang hingga Nabi-nabi dengan ucapan, "Diriku, diriku (selamatkanlah diriku Ya Allah) kecuali hanya seorang nabi saja yang akan berkata, "Umatku, umatku."
Beliau ialah junjungan besar kita Nabi Muhammad s.a.w. Pada masa itu akan keluarlah api neraka jahim seperti gunung-gunung, umat Nabi Muhammad s.a.w. berusaha menghalanginya dengan berkata, "Wahai api! Demi hak orang-orang yang sholat, demi hak orang-orang yang ahli sedekah, demi hak orang-orang yang khusyuk, demi hak orang-orang yang berpuasa, supaya engkau kembali."
Walaupun dikata demikian, api neraka itu tetap tidak mau kembali, lalu malaikat Jibril berkata, "Sesungguhnya api neraka itu menuju kepada umat Muhammad s.a.w." Kemudian Jibril membawa semangkuk air dan Rasulullah s.a.w. meraihnya.
Berkata Jibril a.s. "Wahai Rasulullah, ambillah air ini dan siramkanlah kepadanya." Lalu Baginda s.a.w. mengambil dan menyiramkannya pada api itu, maka padamlah api itu.
Setelah itu Rasulullah s.a.w. pun bertanya kepada Jibril a.s. "Wahai Jibril, AIR Apakah itu?"
Maka Jibril berkata, "Itulah air mata di kalangan umatmu yang menangis karena takut kepada Allah s.w.t.
Sekarang aku diperintahkan untuk memberikannya kepadamu agar engkau menyiramkan pada api itu." Maka padamlah api itu dengan izin Allah s.w.t.
Telah bersabda Rasulullah s.a.w., "Ya Allah anugerahilah kepada kami dua buah mata yang menangis karena takut kepada-Mu, sebelum tidak ditemunya air mata.".
#5 Jika bertengkar, bergegas mencari cara untuk damai
Setiap muslim wajib berusaha membangun kukuhnya persatuan dan kesatuan demi tegaknya agama, masyarakat, bangsa dan negara. Hal itu dilakukan agar dapat meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara yang bijaksana dan seadil-adilnya menurut ketentuan Allah SWT.
Agama islam adalah agama yang sempurna ajaran-ajarannya, bukan hanya membimnbing manusia mengenal tuhan dan tata cara beribadah kepadanya, tetapi juga memberi petunjuk bagaimana menyusun suatu masyarakat agar tiap-tiap anggotanya dapat hidup rukun, aman dan nyaman, yakni masing-masing hendakalah bertakwa. Allah melarang kita saling membelakangi, suka mencari kesalahan orang lain, hasud, iri dan dengki lebih-lebih berbuat aniaya yang dapat menimbulkan perselisihan diantara sesama.
Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadis yang artinya : “Tolonglah saudaramu dalam keadaan menganiaya atau dianiaya (saling bertengkar). Saya bertanya. Wahai Rasululah, yang ini saya menolongnya karena teraniaya. Bagaimana caranya menolong yang zalim?, Engkau harus melarangnya dari kezaliman itulah cara menolongnya.” (HR Anas r.a).
Hadis tersebut memberi penjelasan bahwa menjaga persatuan dan kesatuan itu mutlak diperlukan. Terjadinya perbedaan pendapat, baik perorangan maupun kelompok adalah hal yang wajar, karena setiap pribadi memang dianugrahi oelh Allah kemampuan berkreasi dan penalaran yang berbeda-beda.
Post A Comment: