“Bu, tahun ini kita berqurban tidak?”
“Sepertinya tidak Nak, kau tahu kan, Bapak mu sekarang sudah sakit-sakitan, terlebih lagi kita sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah kakakmu yang hampir selesai”
Tahun ini Pak Dermawan tidak berqurban seperti tahun-tahun sebelumnya, Ia hanya terbaring lemas dan tak mampu lagi menafkahi keluarganya. Namun hal itu tidak membuat benci Istri dan anaknya kepadanya. Mereka menganggap semua ini takdir dari Allah. Pak Dermawan dikenal sebagai pria yang baik dan bertanggung jawab atas anak dan istrinya. Tapi entah kenapa tiba tiba Pak Dermawan terserang penyakit aneh dan lebih anehnya lagi penyakit itu tidak bisa di Diagnosa oleh Dokter. Tetapi hal itu tidak membuat Pak Dermawan sedih dan putus asa. Karena Ia memiliki istri soleha dan senantiasa mendampinginya. Serta kedua anaknya, Rian, yang telah duduk di bangku perkuliahan dan Riko yang masih duduk di bangku SMA. Mereka saling menyayangi dan tidak pernah serta tidak ingin membuat kecewa sang Ayah dan Bunda.
“tok.. tok.. tok.. Assalamualaikum, Bu.. Ibu” terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah, “Ibu, Riko, Assalamualaikum”“Sepertinya tidak Nak, kau tahu kan, Bapak mu sekarang sudah sakit-sakitan, terlebih lagi kita sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah kakakmu yang hampir selesai”
Tahun ini Pak Dermawan tidak berqurban seperti tahun-tahun sebelumnya, Ia hanya terbaring lemas dan tak mampu lagi menafkahi keluarganya. Namun hal itu tidak membuat benci Istri dan anaknya kepadanya. Mereka menganggap semua ini takdir dari Allah. Pak Dermawan dikenal sebagai pria yang baik dan bertanggung jawab atas anak dan istrinya. Tapi entah kenapa tiba tiba Pak Dermawan terserang penyakit aneh dan lebih anehnya lagi penyakit itu tidak bisa di Diagnosa oleh Dokter. Tetapi hal itu tidak membuat Pak Dermawan sedih dan putus asa. Karena Ia memiliki istri soleha dan senantiasa mendampinginya. Serta kedua anaknya, Rian, yang telah duduk di bangku perkuliahan dan Riko yang masih duduk di bangku SMA. Mereka saling menyayangi dan tidak pernah serta tidak ingin membuat kecewa sang Ayah dan Bunda.
“Wa’alaikumsalam” sahut Ibu Hesty dari dalam kamar
Ternyata suara itu adalah suara Rian yang baru saja pulang dari kampusnya.
“Ibu..” Rian tersenyum pada Ibunya dan langsung menyalim tangannya.
“Baru pulang Nak? Ayo masuk, Ibu udah siapin makan siang”
“Makasih ya Bu, Oh iya Keadaan Bapak gimana Bu? Masih sakit?”
“Iya nak, masih belum ada perubahan” Jawab Bu Hesty sedih
“Kita harus sabar ya Bu, kita serahkan semuanya kepada Allah” Ucap Rian menenangkan Ibunya.
“Hemm, sebentar lagi Idul Adha ya Nak?” tanya Bu Hesty
“Iya Bu, kenapa? Kita tahun ini tidak berqurban kan Bu? Riko udah cerita sama Rian”
“Sepertinya begitu Nak, keadaan ekonomi kita tahun ini memang sulit”
“Rian akan usahain Bu, agar bisa mengurangi beban Ibu sama Bapak, Rian akan cari kerja Bu” jelas Rian meyakinkan
“Jangan Nak, Ibu sama Bapak tidak mau melihat anak-anak Ibu sama Bapak terganggu sekolahnya” Pinta Bu Hesty
“Iya Nak, kamu belajar saja yang bagus ya..” sambung Pak Dermawan dengan suara lemas dari dalam kamar
Sontak Rian yang mendengar suara Ayahnya itu langsung menghampirinya dan berkata “Sudah Pak, Bapak istirahat saja, Bapak harus sembuh, agar kita bisa berkumpul dan sholat berjama’ah lagi”
“Terima kasih ya Nak, Kamu anak yang Berbakti”
“Hemm, sama-sama Pak”
Pagi harinya Bu Hesty menceritakan kepada anak-anaknya dan suaminya tentang mimpi yang Ia alami.
“Emang Ibu mimpi apa?” Tanya Riko
“Ibu mimpi kalau Kita bisa berqurban Nak, tapi mana mungkin ya Nak” ucap Bu Hesty dengan senyum kecut.
“Ya sudah Bu, Kita berdoa saja kepada Allah, semoga diberikan jalan oleh-Nya, ya kan Pak?” Tanya Rian pada Ayahnya.
Pak Dermawan tersenyum dan mengedipkan matanya, pertanda setuju dengan saran Rian.
“Iya Nak, semoga saja” Timpal Bu Hesty
Di tengah malam tepatnya pukul 00.13, terdengar suara aneh dari depan pintu rumah. Hal itu terdengar oleh Rio, lalu Ia membangunkan Kakaknya, Rian.
“Kak, bangun kak” Sambil mengguncang-guncang tubuh Rian, dan tanpa menunggu lama Rian langsung terbangun.
“Ada apa dek? Masih malam loh dek”
“Kak, dengar deh kayak ada suara di depan rumah Kita!”
“Ah, Loe mimpi kali, udah tidur besok sekolah!” Rian tidak mempedulikan adiknya itu, dan Riko pun mengabaikan suara itu, lalu melanjutkan tidurnya.
Di pagi harinya ketika Riko ingin berangkat sekolah dan saat membuka pintu rumah, betapa kagetnya Ia melihat 5 ekor kambing berada tepat di depan pintu rumah mereka. Ia teriak memanggil Ibu dan Kakaknya.
“Ibu… Kak Rian..”
“Ada apa Nak? Kenapa teriak-teriak? Bapak Kamu masih sakit Nak, Dia butuh istirahat!”
“Kesini sebentar Bu”
Bu Hesty langsung menghampiri anaknya itu, begitu juga dengan Rian
“Masya Allah, ini kambing-kambing siapa Nak?” Tanya Bu Hesty bercampur kaget dengan apa yang dilihatnya
“Ya Allah, ini kambing-kambing siapa Dek?” Tanya Rian yang juga kaget dengan apa yang Ia lihat.
“Riko gak tahu Bu, eh Kak, apa tuh?” sambil menunjuk ke sebuah kertas yang ada di lantai dekat dengan kambing-kambing itu.
Langsung saja Rian mengambil kertas itu dan membacanya, Isi surat itu
“Ambillah kambing-kambing ini untuk Qurbanmu tahun ini. -Hamba Allah-”
Isi surat itu begitu singkat namun mereka yakin ini semua Jalan dari Allah, ini rezeki dari Allah, mimpi Bu Hesty terjawab sudah, dan suara aneh itu ternyata suara kambing-kambing yang ada sejak tengah malam itu. Kini keluarga Pak Dermawan bisa berQurban, Namun sampai saat ini, mereka tidak pernah tau siapa yang telah mengirim kambing-kambing itu.
-------------------------------------------------------------
Cerpen Karangan: Novriana Rahma Siagian
Facebook: Novriana Rahma Siagian
Post A Comment:
0 comments so far,add yours
Posting Komentar