Contoh Makalah | Filsafat Pendidikan - Sebelum baca contoh makalah filsafat pendidikan, kita bicara dulu tentang filsafat ya?, ok kita mulai dari mana ya?, Filsafat itu apa ya?, mungkin kita bahas itu dulu ya, Secara sederhana dapat kita tari kesimpulan bahwa berfilsafat sebetulnya olah pikir. Olah pikir dapat olah pikir dalam arti sendiri, bersama, olah pikir bangsa Indonesia, olah pikir bangsa-bangsa di dunia, olah pikir pikiran dunia, olah pikir pikiran akhirat.
Contoh Makalah | Filsafat Pendidikan - Sebelum baca contoh makalah filsafat pendidikan, kita bicara dulu tentang filsafat ya?, ok kita mulai dari mana ya?, Filsafat itu apa ya?, mungkin kita bahas itu dulu ya, Secara sederhana dapat kita tari kesimpulan bahwa berfilsafat sebetulnya olah pikir. Olah pikir dapat olah pikir dalam arti sendiri, bersama, olah pikir bangsa Indonesia, olah pikir bangsa-bangsa di dunia, olah pikir pikiran dunia, olah pikir pikiran akhirat.
Untuk berfilsafat, kita harus menggunakan refrensi, yaitu pikiran para filsuf sehingga untuk berfilsafat kita harus membaca pikiran para filsuf, karya-karyanya dan buku-bukunya.
Macam-Macam filsafat
Objek dari filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Kemudian untuk melihat macam-macam filsafat, objek ini dapat dipersempit lagi. Zaman Yunani Kuno orang berpikir bahwa segala sesuatu terbuat dari apa, bumi terbuat dari apa, bulan terbuat dari apa, tanah terbuat dari apa. Filsafat ini disebut sebagai filsafat alam.
Jika objeknya tentang diri manusia, maka filsafatnya disebut filsafat manusia. Jika manusia di Jawa, maka filsafatnya bernama filsafat orang Jawa. Jika filsafatnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sripitual, maka filsafatnya bernama filsafat spiritual atau teologi atau filsafat ketuhanan. Secara professional, jika kita mempelajari filsafat, kita juga harus rinci mempelajari lokasi.
Lokasi berarti di mana objek tersebut ada. Oleh karena itu, filsafat membagi dua macam, yaitu filsafat yang objeknya berada di dalam pikiran dan filsafat yang objeknya berada di luar pikiran. Contoh objek di dalam pikiran adalah ketika kita memejamkan mata, kita melihat suatu benda, maka benda itu ada di dalam pikiran kita. Benda yang ada di dalam pikiran itu bersifat ideal dan tetap sehingga filsafatnya bernama idealism. Tokoh dari filsafat ini adalah Plato.
Menurut ilmu, yang benar itu yang ada di dalam pikiran. Objek yang berada di luar pikiran dapat dilihat, didengar, dan diraba. Objek ini bersifat berubah sehingga filsafatnya bernama realism dengan tokoh Aristoteles.
Filsafat dipandang dari banyaknya objek ada tiga, yaitu satu objek, dua objek, dan banyak objek. Filsafat yang terdiri atas satu objek disebut monoism. Maksud dari satu objek ini adalah sesuatu hal yang benar hanya satu, yaitu tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan. Filsafat yang terdiri atas dua objek disebuat dualism dan filsafat yang terdiri atas banyak objek disebut pluralism.
Oleh karena itu, aliran filsafat berasal dari macam objeknya, lokasi objeknya, dan karakteristik objeknya.
Sejarah Perkembangan Filsafat hingga pada filsafat modern dan kontemporer
Setiap yang ada dan yang mungkin ada pasti ada filsafatnya karena itu merupakan urusan dunia, urusan manusia . Karena keterbatasan pikiran manusia dan rahmat Tuhan, manusia dapat membedakan. Misalnya kita tidak dapat hidup di air terus menerus. Maka kita bisa membedakan keadaan air dan keadaan udara.
Kita tidak bisa terbang, maka kita dapat membedakan yang bisa terbang dan yang tidak bisa terbang. Kita tidak dapat berlari secepat kilat, maka kita bisa membedakan jarak dekat dan jarak jauh. Oleh karena itu, segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada membawa rahmat jika kita mampu menggalinya dengan cara mensyukuri. Syukur itu dapat ditunjukkan dengan doa sehingga doa menjadi aktivitas sehari-hari.
Dengan keterbatasan manusia memikirkannya, maka yang terjadi pada ruang dan waktu, yaitu menembus ruang dan waktu. Menembus ruang dan waktu jika digambarkan adalah makhluk yang luar biasa, super, setengah dewa. Jika kita intropeksi diri, menembus ruang dan waktu adalah mengalami perubahan. Jika belajar berfilsafat, maka kita juga belajar professional karena professional itu intensif (sedalam-dalamnya) dan ekstensif (seluas-luasnya). Dengan demikian secara professional kita berfilsafat dengan menguraikan pikiran-pikiran filsuf kemudian direlevansikan dengan pengalaman.
Oleh karena itu, jika kita berbicara tentang ruang dan waktu, maka ruang dan waktu itu juga berdimensi. Yang menembus ruang dan waktu itu adalah subjeknya. Waktu menurut Immanuel Kant ada tiga, yaitu berurutan, berkelanjutan, dan berkesatuan (tidak dapat dipisah-pisah).dimensi ruang ada bermacam-macam, ada dimensi nol, dimensi satu, dimensi dua, dimensi tiga, dan seterusnya.
Dalam kenyataannya, banyak sekali kita jumpai ruang. Contohnya adalah ruang yang berada di bawah pohon, ruang terbuka, ruang tertutup, ruang ramah lingkungan, ruang kuliah, ruang doesn, ruang penuh, ruang kosong, dan seterusnya. Jika kita ekstensikan (kembangkan) dengan bahasa analog, maka ruang adalah pikiran.
Ruang itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Yang ada dan yang mungkin ada juga mempunyai ruangnya masing-masing sehingga terdiri atas wadah dan isi. Tanpa wadah kita tidak dapat mendefinisikan isi, dan sebaliknya. Untuk mengetahui ruang, kita juga mengetahui waktu. Untuk mengetahui waktu, kita juga harus menggunakan ruang. Sebenarnya, ruang dan waktu tidak ada, hanya ada dalam pikiran (intuisi).
Kita dapat memahami ruang karena intuisi, bukan definisi. Definisi hanya digunakan sebagai pertolongan. Kita memiliki ruang imajiner, yaitu material, formal, normative, dan spiritual. Material merupakan bentuk diri kita, formal merupakan diri kita yang tertulis, normative adalah ilmu-ilmu, filsafat. oleh karena itu, orang yang bersopan santun adalah orang yang dapat menempatkan diri sesuai dengan tempatnya. Contohnya adalah kotor dalam ruang spiritual adalah dosa.
Jika diekstensikan lagi menggunakan bahasa analog, kita memiliki ruang orang kapitalis. Meka membuat rruang atau struktur hirarki mulai dari ruang arkaik, triodal, tradisional, feodal, modern, cosmodern, post-cosmodern. Itulah pentingnya kita bersopan santun terhadap ruang. Orang yang berilmu adalah orang yang bersopan santun terhadap yang ada dan yang mungkin ada sehingga orang yang berilmu dalam pendidikan adalah orang yang bersopan santun terhadap apa yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Santun berarti mengerti, menghayati, mengimplementasikan, mengaplikasikan dan merefleksikan.
Pada saat ini, kita berhadapan dengan sistem. Sistem kita yaitu menempatkan spiritual di paling atas. Tidak ada satu pun unsur di dunia ini yang terbebas dari unsur spiritual. Di sisi lain kita menghadapi gejolak dunia, pengaruh globalisasi, akibat dari power know yang terdiri atas empat ujung tombak, yaitu kapitalisme, pragmatism, utilitarian, dan hedonism.
Kapitalisme mengukur segala sesuatu dengan berhasil atau tidaknya ekonomi. Utilitarian mengukur segala sesuatu dari segi manfaatnya (manfaat untuk yang bersangkutan tanpa memikirkan orang lain). Pragmatisme menghaislkan budaya serba cepat dan praktis. Hedonism mengejar rasa senang, kenikmatan. Maka kehidupan modern ini ditandai dengan orang mengejar rasa senang, berupa penemuan-penemuan, hubungan, makanan, dst. Mereka berusaha mendeskripsikan atau menspesifikkan pilah-pilah tersebut. Misalnya memisah antara pernikahan dan percintaan.
Jika itu merupakan suatu sistem yang tidak kita suka, maka itu disebut dajjal. Itulah dunia yang diciptakan oleh power know. Handphone juga hasil kerja dari power know karena power know juga merupakan industry dan teknologi. Ibarat siang dan malam, kita tidak dapat memisahkan siang dan malam, tidak dapat menentuka batas siang dan malam. Power know menciptakan dunianya dengan meletakkan religi di tengah, yaitu di ruang tradisional sehingga agama di dunia barat tidak favorit, yang terkenal adalah penemuan-penemuan baru.
Ruang merupakan salah satu kategori atau klasifikasi. Dirimu adalah tergantung dirimu. Ketika dalam suatu acara, dirimu sebagai tamu, panitia atau tuan rumah. Jika dalam pertandingan, dirimu sebagai pemain, wasit, atau penonton. Dalam material, dirimu adalah kakimu, tanganmu, atau bagaian apa. Dalam formal, dirimu adalah yang tertulis di ktp, dalam tulisanmu.
Normative adalah pikiranmu dan spiritual adalah doa-doa, ibadah dan amalmu. Jika dikatakan menembus ruang dan waktu, maka dirimu adalah tergantung material, formal, normative, dan spiritualmu. Selain manusia, hewan, tumbuhan, dan batu pun bisa menembus ruang dan waktu karena mereka tidak dapat melepaskan diri dari ruang dan waktu. Batu juga mengalami hari Senin, namun hanya saja batu tidak tahu Senin. Senin hanya ada di pikiran kita. Sebenar-benar manusia, tidaklah mengalami hal yang sama sehingga ruang dan waktu berdimensi.
Pertanyaan yang selanjutnya adalah bagaimana metode menembus ruang dan waktu. Metode tersebut ada di dalam pikiran subjeknya. Jika batu permata , maka ia bisa menembus ruang dan waktu dengan dipakai oleh sang pemilik ke suatu tempat. Secara filsafat, yang mendasar dalam menembus ruang dan waktu adalah:
1. Fenomenologi
Fenomenologi merupakan karya cipta Husserl. Unsure dasar dari fenomenologi adalah abstraksi dan idealisasi. Abstraksi adalah memilih (reduksi) dan idealisasi adalah menganggap sempurna sifat yang ada. Kodrat manusia adalah reduski (memilih) sehingga hidup itu pilihan. Selain kita bisa memilih, namun kita juga terpilih dan dipilih oleh Tuhan.
Dalam hidup sehari-hari kita diberi keterbatasan.Kita tidak adil pada semua objek karena kita tidak bisa melihat objek-objek di belakang kepala. Artinya, objek-objek tersebut terpilih oleh dirimu. Filsafat yang berhubungan dengan reduksi (terpilih) disebut reduksionisme. Oleh karen itu, sebenar-benarnya manusia adalah reduksi karena manusia tidak bisa tidak memilih.
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang ada yang tidak terjangkau oleh kita. Semua yang tidak dapat dijangkau dan dipikirkan dimasukkan ke dalam rumah epoke. Misalnya ketika kita mempelajari matematika maka semua hal yang berhubungan dengan bahasa dimasukkan ke dalam rumah epoke.
2. Pemahaman tentang fundasionalisme
Semua makhluk beraga adalah kaum fundasionalisme karena semua orang yang beragama menempatkan Tuhan sebagai Kausa Prima, yaitu sebab dari segala sebab dan sebab yang utama dan pertama, sehingga tidak ada sebab lain yang mendahuluinya. Mereka disebut kaum fundasionalism karena memiliki fundamen, yaitu permulaan. Contoh dari kaum fundasionalisme yaitu seluruh matematikawan karena mereka membuat Matematika dengan diawali definisi.
3. Pemahaman tentang anti fundasionalisme
Pada hakikatnya semua manusia adalah fundasionalisme namun manusia mempunyai keterbatasan sehingga tidak mampu mengenalinya. Ada sebuah pertanyaan mengenai “kapan Anda bisa mengenal besar dan kecil?”. Jika jawabannya sejak kecil, kecilnya umur berapa. Tidak ada orang di dunia ini yang mampu mengatakan sejak kapan ia bisa membedakan besar-kecil. Hal ini yang dinamakan anti fundasionalisme. Dalam filsafat ini, sesuatu tidak perlu define dan permulaan. Anti fundasionalisme tersebut kemudian disebut sebagai intuisi (intuisionisme). Intuisi ini merupakan cara belajar anak kecil, yaitu dengan kegiatan dan contoh. Suatu keyakinan jika dikaitkan dengan filsafat, maka ia bersifat intuisi karena pertanyaannya adalah “sejak kapan kau percaya?”.
Dari perkembangan perjalanan filsafat hingga masa August Compe yang melahirkan ilmu-ilmu bidang maka kita mempunyai banyak sekali ruang. Ruang yang diciptakan manusia sebagai perkembangan ilmu. Sehingga timbullah produksi istilah-istilah baru secara kreatif. Kata-kata baru ini diciptakan oleh orang yang punya otoritas
Berikut ini contoh makalah filsafat pendidikan
BAB IPENDAHULUAN
Ketika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai definisi pendidikan. Pendidikan merupakan aktifitas rasional yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya. Manusia belajar dengan otaknya melalu rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan yang lebih berarti.
Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.
Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan). Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya . ”Sofia artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam. Datangnya hikmah bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata-kata lain , dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada disekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan.
2. FILSAFAT SEBAGAI INDUK ILMU PENGETAHUAN
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari keduanya.Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai berikut:
- Plato (427 – 348 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
- Aristoteles (382 – 322 sm), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika.
- Al Kindi (801 – ……m), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia.
- Al Farabi (870 – 950 m), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat sebenarnya.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut
- Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta.
- Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan.
- Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi
- Falsafah
Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat.
Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu (1)apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika); (3)apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup:
- Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
- Etika (Filsafat Moral)
- Estetika (Filsafat Seni)
- Metafisika
- Politik (Filsafat Pemerintahan)
- Filsafat Agama
- Filsafat Ilmu
- Filsafat Pendidikan
- Filsafat Hukum
- Filsafat Sejarah
- Filsafat Matematika
Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu tersebut.
3. PENDIDIKAN SEBAGAI CABANG ILMU DARI FILSAFAT
Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) Filsafat Praktek Pendidikan dan (2) Filsafat Ilmu Pendidikan.
Filsafat Praktek Pendidikan diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan. Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional diartikan sebagai analisis kritis komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melalui riset baik kuantitatif maupun kualitatif.
Jika dalam Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah pokok yaitu (1) apakah sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya dan (3) dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai, maka dalam Filsafat Ilmu Pendidikan membahas mengenai (1) struktur ilmu dan (2) kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan.
Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu:
- Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi Ilmu Pendidikan
- Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material Ilmu Pendidikan
- Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pengetahuan
- Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis Ilmu Pendidikan
Pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis.
Dalam perkembangan pendidikan menjadi cabang ilmu yang mandiri dipengaruhi oleh pandangan dan konsep yang dikemukan oleh para filosofi..
1. · Plato (428-348 SM)
Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan filsafat dengan mendirikan sekolah khusus yang disebut ‘academia’. Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan terdapat suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada. Artinya apa yang diamati sehari-hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala yang ada: kebaikan dan keburukan. Ide merupakan suatu hal yang objektif yang didalamnya berpusat dan dikendalikan oleh puncak ide yang digambarkan sebagai ide tentang kebaikan yang diformulasikan sebagai tuhan
2. · Aristoteles (384 – 348 SM)
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini berkembang pada abad 13 – 14. Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik kesimpulan secara induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi, generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari pengalaman pengindraan. Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pernyataan tentang observasi.
4. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Aliran-aliran yang berkembang saat ini sangat dipengaruhi oleh pandangan dan teori-teori yang dikemukan oleh para filosofi-filosofi dunia. Aliran-aliran dalam Filsafat yang berkembang saat ini antara lain:
- Filsafat Pendidikan Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali.
- Filsafat Pendidikan Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
- Filsafat Pendidikan Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.
- Filsafat Pendidikan Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos..
- Filsafat Pendidikan Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.
- Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
- Filsafat Pendidikan Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
- Filsafat Pendidikan Perenialisme Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler.
- Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
5. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah pengungkapan dan penelaahan dunia fisik dan dunia riil secara sistemik (menyeluruh) dan sistematis (teratur, tersusun rapi). Pancasila memberi ajaran tata hidup manusia budaya secara harmonis. Pancasila adalah filsafat keselarasan. Pancasila sebagai sistem filsafat juga mempunyai ajaran-ajaran tentang metafisika dan ontologi Pancasila, aksiologi Pancasila dan logika Pancasila.
Ajaran Metafisika dan Ontologi Pancasila
Asas-asas metafisika dan ontologi dalam filsafat Pendidikan Pancasila adalah sebagai berikut:
Asas monoteisme Merupakan realisasi dari sila I Pancasila Ketuhanan yang Maha Esa, Bangsa Indonesia hanya mengakui satu tuhan saja ialah Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia menganut asas kemerdekaan untuk memilih dan menganut agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan menjunjung toleransi antar pemeluk agama.
Asas makrokosmos-mikrokosmos Asas makrokosmos merupakan pengakuan kepada realita yang ada, ialah alam semesta ini, dunia dengan tata suryanya. Alam semesta raya mempunyai hukum-hukum alamnya dan menjadi sumber daya kehidupan semua makhluk hidup. Manusia sering dipandang sebagai mikrokosmos sebab pada manusia terdapat sifat-sifat atau unsur-unsur seperti yang ada pada makrokosmos.
Asas tata ada yang selaras, serasi, seimbang (harmoni) Bahwa yang ada di dunia merupakan hal yang serba berlawanan namun tetap dapat berlangsung secara selaras.
Asas tata hidup manusia budaya (asas kultural/religius) Cipta, rasa dan karsa manusia secara integratif mampu menciptakan perlengkapan-perlengkapan hidup yang secara keseluruhannya disebut kebudayaan.
Asas persatuan dan kesatuan Hidup budaya manusia membentuk kesatuan-kesatuan secara menyeluruh mulai dari tingkat terbawah yaitu keluarga sampai pada kehidupan berbangsa dan bernegara.
Asas tertib damai, kemerdekaan dan keadilan Hidup membudaya adalah hidup tertib, teratur dan damai menghindari pertengkaran dan perselisihan
Asas bhineka tunggal ika Asas ini memberi makna bahwa hidup budaya manusia menunjukan variasi-variasi, seperti adanya ras-ras manusia, macam-macam agama dan kebudayaan daerah dan sebagainya.
Asas idealisme, realistis dan pragmatis Hidup bangsa Indonesia tidak tanpa arah, tetapi mempunyai arah yang ideal yakni hidup masyarakat yang adil dan makmur.
Epistomologi Pancasila
Ajaran Pancasila dengan teorinya selaras, serasi dan seimbang, mengakui kebenaran pengetahuan rasio dan pengetahuan pengalaman. Baik rasio maupun pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan. Pengetahuan datang dari intuisi dan juga bersumber pada kebenaran agama. Logika yang dikembangkan dalam epistomologi Pancasila adalah logika formal (deduksi), logika induksi, logika ilmiah dan logika intuisi.
Aksiologi Pancasila
Prinsip-prinsip ajaran nilai atau aksiologi Pancasila adalah sebagai berikut:
Prinsip nilai religius Prinsip nilai religius bersumber pada Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa). Agama menjadi sumber-sumber nilai-nilai kebaikan dan juga kebenaran. Fungsi Pancasila terhadap agama adalah memberi fasilitas kepada hidup subur dan berkembangnya agama dan memberi situasi dan kondisi kerukunan dan kedamaian hidup di antara umat beragama.
Prinsip nilai alami Prinsip nilai alamia artinya alam semesta sebagai ciptaan Tuhan yang berisi kebaikan-kebaikan alamiah yang berupa nilai-nilai hukum alam.
Prinsip nilai manusia Prinsip nilai-nilai manusia yakni bahwa manusia adalah subjek penilai. Dalam mencapai nilai-nilai dalam hidupnya, maka manusia akan melaksanakan nilai-nilai: (1) nilai-nilai kemanusian; (2) nilai-nilai persatuan hidup bersama; (3) nilai-nilai kerakyatan atau demokrasi; (4) nilai-nilai keadilan.
Prinsip relativitas dan kemutlakan nilai Nilai-nilai hidup budaya manusia ada yang bersifat relatif, terbatas oleh kurun waktu dan tempat.
6. PANCASILA SEBAGAI LANDASAN FILOSOFIS SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Seperti yang tercantum dalam Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Hal tersebut sejalan dengan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut jelaslah bahwa pancasila adalah Landasan Filosofi Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan nasional merupakan suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya. Sedangkan Pendidikan Nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlancar mencapai cita-cita nasional Indonesia. Sehingga Filsafat pendidikan nasional Indonesia dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa “Pancasila” yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
Pokok-pokok fikiran Pendidikan Nasional adalah:
- Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan disebut sistem Pendidikan Pancasila.
- Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan.
- Fungsi pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan warga negara Indonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, mengembangkan bangsa Indonesia dan mengembangkan kebudayaan Indonesia.
- Unsur-unsur pokok pendidikan nasional adalah pendidikan pancasila, pendidikan agama, pendidikan watak dan kepribadian, pendidikan bahasa, pendidikan kesegaran jasmani, pendidikan kesenian, pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan, pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan kesadaran bersejarah.
- Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional Indonesia adalah asas semesta, asas pendidikan seumur hidup, asas tanggung jawab bersama, asas pendidikan, asas keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan nasional dan wawasan nasional, asas Bhineka Tunggal Ika, Asas keselarasan, keseimbangan dan keserasian, asas manfaat adil dan merata.
7. KESIMPULAN
Pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan
Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
(1) Filsafat Praktek Pendidikan dan
(2) Filsafat Ilmu Pendidikan.
Filsafat Praktek Pendidikan biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah pokok yaitu (1) apakah sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya dan (3) dengan cara apa tujuan pendidikan dapat dicapai
Filsafat Ilmu Pendidikan membahas mengenai :
(1) struktur ilmu dan
(2) kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan.
Objek dalam Filsafat Ilmu Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu:
1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi Ilmu Pendidikan
2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material Ilmu Pendidikan
3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam menyusun ilmu pengetahuan
4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan praktis Ilmu Pendidikan
Filsafat Pancasila yang muncul pada masa kemerdekaan tahun 1945 dicetuskan oleh tokoh-tokoh perjuangan bangsa. Sebagai sebuah filsafat pendidikan, Pancasila mengandung pemahaman nilai mengenai metafisika dan ontologi, epistomologi dan aksiologi sebagai mana yang terkandung dalam filsafat pendidikan. Kedudukan Pancasila sebagai filsafat Pendidikan Indonesia diperkuat dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989.
Post A Comment: