Dimana hati, dimana pikiran, dimana raga udah linglung. whatever sih orang mau bilang apa atau mau bilang gimana, tapi yang pasti perasaan nggak bisa dipaksa buat dihentikan kan?
Mungkin ini karena kemakan omongan juga sih, ya aku memang pernah bilang, aku anti punya perasaan sama sahabat aku sendiri. well udah resiko aku sih, karma memang berlaku.
Sampai kapan aku bakal gini terus, bakal sakit hati terus, bakal ngepal tangan terus, pengen mukul wajah cewek kamu itu.
Mungkin ini karena kemakan omongan juga sih, ya aku memang pernah bilang, aku anti punya perasaan sama sahabat aku sendiri. well udah resiko aku sih, karma memang berlaku.
Sampai kapan aku bakal gini terus, bakal sakit hati terus, bakal ngepal tangan terus, pengen mukul wajah cewek kamu itu.
Cerita ini berawal dari persahabatan yang indah, pertemuan yang nggak pernah teringat lagi gimana awalnya, kenapa kita udah kenal aja, udah tau sama tau aja, udah sahabatan aja, udah saling support aja, udah saling membantu, dan selalu ada saat suka dan duka aja, dan bagaimana rasa sayang kepada sahabat ini berubah menjadi cinta melebihi batas garis persahabatan.
Aku nggak pernah ngerasa bahwa aku memiliki perasaan cinta kepada dia, sampai saatnya dia curhat ke aku kalau dia bener-bener lagi jatuh cinta kepada adik kelas dan sangat ingin memilikinya, entah kenapa rasanya ada tendangan keras entah dari sudut mana di dalam hati ini yang membuat aku ingin menangis, tapi dengan senyuman aku menutupnya dan berkata
“kamu suka dia ben? ya udah kenapa nggak ditembak aja?”
“kamu tau nggak, anita itu banyak yang suka, dia itu pokoknya… ya cantiiik banget lah ra” katanya dengan senyum yang manis banget.
“aku takut dia nolak aku ra” lanjutnya
“nggak akan ada yang bisa nolak kamu”
“apa?” tanyanya dan menatapku begitu dalam
“hm.. maksudku, kan cewek bisa aja luluh sama kamu, kamu itu jago gombal ben, siapa coba yang nggak bisa masuk perangkap kamu, beny si cowok penakluk wanita” kataku sambil tertawa kecil
“ah.. siapa bilang? nggak juga, kalau kamu di posisi anita, kamu mau nggak nerima aku?”
Dia menatap ku lekat, aku pun begitu, aku benar-benar bingung, apa yang harus ku jawab, kalau aku bilang iya aku takut dia tau perasaanku sebenarnya, tapi kalau aku bilang enggak, aku takut ada raut wajah kecewa darinya, sebenarnya saat itu aku benar-benar nervous.
“rara!! Darimana aja sih? aku nungguin loh, cepetan itu guru privat udah nungguin dari tadi” ternyata itu teriakan temen sekelas ku
“iyayaaa, ben aku duluan ya.”
“ra, tungguin dong, aku masih pengen curhat” kata beny dengan muka memelas
“duh, rin duluan aja deh ntar aku nyusul kok”
“payaaah” kata ririn dan lalu meninggalkan kami berdua
“iya apaan? Buruan mau les nih.” kataku dan duduk di sebelahnya
“ra, aku kaku bilang i love you, gimana dong? aku pengen nembak anita, kamu tau kan kami udah pdkt hampir 5 bulan, aku rasa ini saatnya ra.”
Entah kenapa ada rasa yang begitu sakit yang gak bisa aku terima dari kata-kata yang diucapkan beny,
“memang apa urusannya sama aku?” kataku kesal
“loh, kok gitu? jahat banget?”
“menurut kamu jahatan mana, orang yang cemburu atau orang yang buat cemburu?”
“haa? maksudmu?”
“lupakan. pakai bahasa isyarat aja, kalau kamu nggak bisa ucapin i love you ke anita”
“bahasa isyarat? gimana caranya?”
Aku ajarin ke dia dengan begitu bodohnya, aku genggam tangannya, lalu kutatap matanya, aku kelu entah apa yang kurasa hatiku ingin bilang, aku sayang kamu beny, aku cinta kamu, i love you beny. tapi bibir tak sanggup berucap.
“jadi isyaratnya Cuma pegang tangan gini?” tanyanya membuyarkan lamunanku
Melepas tangan “ehm.. enggak, ehh gimanapun perasaan gak bisa diisyaratkan, kamu harus bilang”
“tapi bibir aku kelu ra, entah apa yang kurasa hatiku ingin bilang, aku sayang kamu anita, aku cinta kamu, i love you anita. tapi bibir tak sanggup berucap, ini kenapa ya ra?”
“kamu jatuh cinta” aku tersenyum simpul
“oya? apa semua orang jatuh cinta bakal seperti ini?”
Aku menatap matanya lekat “iya, seperti ini ben, persis sama”
“kamu pernah emang jatuh cinta?”
“pernah”
“apa? dan kamu nggak ngasih tau ke aku? fine”
“apaan sih”
“aku nggak mau tau, pokoknya hari ini juga aku mau kamu cerita siapa cowok yang udah buat kamu jatuh cinta itu..”
“seseorang”
“iya, siapa namanya?”
“hamba allah”
Lalu kami sama-sama tertawa lepas, aku melihat tawanya dengan begitu aku mengerti, jika dia bahagia, dia seperti malaikat.
“aku serius ra, siapa?”
Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki
“ekhm..” terdengar suara perempuan yang begitu lembut
“eh.. kam..kamu…” kata beny dengan grogi karena wanita itu adalah anita.
“udah lama nunggunya?” kata anita
“hmm.. baru kok” kata beny dengan senyuman
“aku duluan deh ben, bye” kataku yang ternyata tidak direspon oleh beny karena sangking terpananya dia melihat anita berada di hadapannya
Setelah kejadian tersebut, aku dan beny benar-benar sangat jauh, kami jarang berkomunikasi, bahkan kabar mereka pacaran pun, aku tahu dari orang lain, dia tidak sedekat dulu kepadaku, malah makin jauh. tapi entah kenapa, semakin aku ngerasa dia sulit untuk ku gapai, semakin aku ngerasa perasaan itu tumbuh lebih lagi. Entah apa yang telah Tuhan gariskan ke takdir ku, sehingga aku harus meminta bantuan nya. waktu itu, aku sedang ada tugas kelompok di rumah ririn dan nggak ada yang bisa antar, kebetulan semua kendaraan lagi dipakai, entah kenapa aku terfikir untuk nelpon beny, lalu beny menyanggupi untuk menolong ku.
Beberapa menit kemudian beni tiba di rumahku dengan motor mio miliknya, aku sudah berencana ingin mengintrogasinya, mengapa dia sangat jauh sampai dia tidak bilang kalau dia udah pacaran dengan anita. aku lalu menghampirinya, lalu duduk di belakangnya di atas motor mio kesayangannya, tiba-tiba suara handphone berbunyi, ternyata handphone beny.
“halo? kamu kenapa sih? Apa? kok harus sekarang? oke-oke 10 menit lagi aku kesana, please tunggu ak.. halo..halo.. kok dimatiin sih?”
“siapa ben?”
“anita”
“ooh”
“ehm, ra kayaknya aku gak bisa ngantar kamu deh, aku ada masalah sama anita yang harus aku selesaikan sekarang, gak papa kan?”
Sumpah aku kecewa, aku pengen nangis, tapi aku harus tetap tegar. lalu aku turun dari honda mionya
“its oke, aku bisa minta tolong ke yang lain kok” padahal aku nggak tau harus minta tolong ke siapa lagi
“oke, sorry..”
Aku tersenyum lalu membalikkan badan lalu dia memegang tanganku dan menahan ku
“aku besok mau nebus kesalahan aku ke kamu. aku udah ngecewain kamu sobat, jadi besok kita makan di cafe bakso mataram dan aku traktir, jam 5 sore dan nggak ada kata tidak bisa atau tidak mau”
Aku terdiam, dia melepas tangan ku dan tersenyum lalu pergi dengan kecepatan tinggi, aku tidak mungkin menolak untuk menikmati hari bersamanya. aku kecewa padanya, tidak bisa kupungkiri tapi nyatanya dengan janji yang diucapkannya aku sudah melupakan semua rasa kecewa dan berubah menjadi rasa bahagia.
Aku menunggu detik-detik seperti ini, detik dimana aku menunggu pujaan ku datang. jam 5 tepat, aku sudah duduk di sebuah meja, dimana dulu kami pernah duduk disini ketika aku mentraktir dia karena aku ulang tahun. hari ini, aku memakai baju dari hasil seleksi semua baju dalam lemari, aku memakai baju warna merah tua, warna kesukaannya. aku ingin kelihatan sempurna di matanya.
30 menit berlalu dia belum datang juga, akhirnya aku mencoba menelfon tapi nomornya malah tidak aktif, aku mencoba bersabar, dengan penuh harap bahwa dia pasti datang.
2 jam berlalu, dia tidak datang. aku menunduk, betapa bodohnya aku, dan yang harus kulakukan kini hanya pergi dari tempat ini, dan berhenti berharap bahwa dia akan datang.
Sesampainya di rumah yang terjadi adalah apa yang harusnya terjadi, aku hanya menangis, penantianku hanya sia-sia, aku lupa aku siapa di mata beny, aku lupa beny hanya anggap aku sahabatnya, aku lupa beny sangat mencintai anita dan aku lupa bahwa sebenarnya beny sudah melupakanku dan tak membutuhkan kehadiranku lagi.
Keesokan harinya di sekolah, teman ku ririn bercerita bahwa beny mencariku di kelas namun karena aku datang terlambat jadi tidak sempat bertemu. pagi itu aku telat bangun, mataku bengkak dan sembab karena menangis sepanjang malam, alhasil aku terlambat datang ke sekolah. ternyata beny menemui ku ketika jam istirahat, dan aku menghindarinya
“ra.. tunggu.. kok kamu menghindari aku sih?”
Aku hanya diam, dan beni terus mengikutiku
“raa.. aku mau ngomong” lalu beny menarik tanganku
“lepasin, sakit tau”
“nggak mau, kamu kenapa sih? eh mata kamu kenapa bengkak gitu?”
“bukan urusan kamu” kataku lalu pergi
“apa sih kamu ra? kamu nggak nganggap aku lagi apa? aku ini sahabat kamu rara”
Aku lalu membalikkan badan menghadap dia dan mendekatinya “aku? ngaca bisa? Kalau kamu masih anggap aku sahabat, kamu nggak akan lupa kemarin di cafe bakso mataram jam 5 sore ada seorang wanita yang menunggumu 2 jam untukmu! untuk janjimu!” lalu aku pergi darinya, dari wajah penyesalan yang diperlihatnya.
Aku menangis, dan dia nggak pernah tau bagaimana sakitnya menjadi aku yang sangat mencintainya. belakang aku dengar bahwa di waktu yang sama ketika aku menunggu dia di cafe bakso mataram, ternyata dia sedang berenang bersama anita di labersa waterpark. dia nggak sadar jika dia membuat seorang wanita menunggunya 2 jam sendirian dengan sebuah harapan. dia nggak tau dan dia sampai sekarang nggak akan pernah tau, kalau aku, sahabatnya, sangat mencintai dia. dan walau selalu kecewa dalam penantian yang dilemparnya, aku akan tetap menanti, aku akan tetap mencintainya seperti aku mencintainya dari awal. walau dia nggak tau sampai selama-lamanya, aku akan tetap seperti ini, menangisi, mencintai, dan menantimu beny.
Cerpen Karangan: Risma Tessalonika
Post A Comment:
0 comments so far,add yours
Posting Komentar