HEK WAN SI PENAMBAL MANGKOK
BAGIAN 24.1
NAMUN pada suatu pagi, diluar pintu istana terjadi keributan mendadak.
Waktu Toan Liang yang hari itu tengah memimpin pasukan pengawal mengadakan penjagaan diistana keluar untuk melihat keributan itu.
Ternyata keributan tersebut ditimbulkan oleh beberapa orang anak buahnya.
Dimuka istana tampak seorang laki2 yang keadaannya tidak keruan macam, berpakaian kebesaran dan juga tidak keruan bentuknya, dengan rambut yang terurai turun, tengah duduk sambil mengoceh seorang diri.
Mungkin usia orang itu lima puluh tahun, ia mengoceh seorang diri dengan sepasang mata yang terpenjamkan.
Anak buah Toan Liang menimbulkan suara yang ribut karena mereka tengah mangusir orang tersebut agar tidak berdiam dimuka istana.BAGIAN 24.1
NAMUN pada suatu pagi, diluar pintu istana terjadi keributan mendadak.
Waktu Toan Liang yang hari itu tengah memimpin pasukan pengawal mengadakan penjagaan diistana keluar untuk melihat keributan itu.
Ternyata keributan tersebut ditimbulkan oleh beberapa orang anak buahnya.
Dimuka istana tampak seorang laki2 yang keadaannya tidak keruan macam, berpakaian kebesaran dan juga tidak keruan bentuknya, dengan rambut yang terurai turun, tengah duduk sambil mengoceh seorang diri.
Mungkin usia orang itu lima puluh tahun, ia mengoceh seorang diri dengan sepasang mata yang terpenjamkan.
Toan Liang segera memanggil salah seorang anak buahnya, menanyakan apa sebabnya timbul keributan itu.
„Maafkan Goan (jenderal),” kata anak Toan Liang.
„Jangan Goanswe Tai jin gusar, sesungguhnya kami tengah mengusir orang liar itu agar tidak berdiam dimuka istana, tetapi orang itu, yang mengakui dirinya sebagai seorang penambal mangkok, tidak bersedia pergi. la mengatakan ingin bertemu dengan Toan Hongya untuk memperlihatkan keakhliannya menambal mangkok…..!”
Sepasang alis Toan Liang Jadi mengkerut karena justru orang itu yang mengakui dirinya sebagai akhli menambal mangkok itu tidak memiliki sangkut paut dan hubungan dengan penyakit yang diderita oleh Toan Hongya.
Dan saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk mem perlihatkan kepandaiannya orang tersebut dihadapan Toan Hongnya, karena raja itu tengah sakit.
„Katakan kepadanya, agar datang dilain saat saja, karena Toan Hongya tengah sakit,” kata Toan Liang akhirnya.
„Sudah hamba katakan begitu, tetapi justru orang tersebut memaksa juga untuk bertemu dengan Toan Hongya……… ia mengatakan memang telah didengarnya Toan Hongya sakit, maka ia ingin menghibur Toan Hongya, agar raja kita itu terhibur sedikit oleh pertunjukan yang akan diadakan dihadapan Toan Hongya, menambal mangkok2 yang telah pecah…. !”
Mendengar keterangan anak buahnya itu, Toan Liang jadi marah, ia mengerutkan sepasang alisnya berpikir keras, tetapi diwaktu itu iapun berpikir juga bahwa selama ber-bulan2 Toan Hongya menderita penyakitnya itu dan selama itu hanya rebah dipembaringan, bukankah memang selayaknya jika Kaisar mereka itu diberi hiburan.
Mungkin orang yang mengakui dirinya sebagati penambal mangkok itu memiliki keakhlian yang unik, yang bisa menghibur Toan Hongya, karena ia begitu berkeras ingin bertemu dengan Toan Hongya.
„Baiklah, suruh Qrang itu masuk menghadap padaku”, kata Toan Liang akhirnya.
Anak buah Toan Lianag mengiyakan dan mempersilahkan orang yang aneh tersebut untuk bertemu dengan Toan Liang.
Dengan sikap yang acuh tak acuh dengan kurang memperlihatkan sikap menghormat, orang tersebut telah duduk sembarangan dihadapan Toan Liang, ia menggumam dengan suara yang perlahan, namun cukup jelas didengar oleh Toan Liang : „Sungguh celaka…..! Sungguh celaka…..! Raja tengah sakit, tetapi semua orang telah membiarkan raja dengan penyakitnya begitu saja…………!”
Sungguh suatu hal yang menyedihkan sekali… aku yang ingin menghibur Toan Hongya agar tidak terlalu bersedih bati, namun juatra sayang, nya manusia2 yang mengelilingi Taan liongyamalah lebih senang melihat raja tnereka menderita dan melarang aku memberikan hiburan…….!”
Toan Liang jadi tertarik, ia telah meman• dangi orang itu sejenak lamanya, kemudian ta nyanya : „Siapa namamu, orang tua”
„Namaku…..? Aku tidak memiliki nama.
Sudah terlalu lama aku tidak memakai nama apa pun juga.
Hanya sahabat2ku banyak yang memanggilku dengan sebutan si Hek-wan (Kera Hitam).”
„Nama yang aneh” kata Toa Liang kemudian.
„Hmmm….., tidak terlalu aneh. Kau lihat, kulitku ini hitam, bukan?
Dan juga wajahku memang buruk, tidak tertalu bagus seperti kau, maka cocok jika sahabat2ku itu mengatakan bahwa mukaku ini menyerupai muka seekor kera………!”
Toan Liang sadi tertegun, aneh sekali orang ini, tetapi justru orang ini senang sekali tampaknya memiliki gelaran seperti Hek Wan itu, ia malah telah menekankan bahwa gelaran itu tepat sekali untuk keadaan dirinya yang sebenar-nya.
„Baiklah, lalu apa maksudmu memaksa untuk bertemu dengan Toan Hongya?” tegur Toan Liang lagi.
Aku Goanswe rupanya belum menerima laporan bahwa aku hanya sekedar ingin menghibur Toan Hongya. Bukankah Toan Hongya telah menderita sakit yang lama dan panjang sekali……? Maka jika memang aku bisa memberikan hiburan kepada Toan Hongya, jelas akan mengurangi sedikit penderitaaanya dan Hongya “akan terhibur. . . .!”
„Hemm….., hiburan dalam bentuk apa yang hendak engkau berikan ?” tanya Toan Liang.
„Aku seorang akhli menambal mangkok, maka aku akan memperlihatkan kepada Toan Hongya, cara bagaimana menambal mangkok, agar Toan Hongya terhibur…!
Bukankah menambal cawan atau mangkok yang telah pecah menjadi utuh kembali merupakan pertunjukan yang menarik sekali…?”.
Toan Liang berdiam diri.
la sebagai seorang Goanswe, tentu saja memiliki pandangan yang luas.
Memang orang ini hanya menyatakan Jingin memberikan hiburan kepada Toan Hongya dengan mengadakan pertunjukan menambal mangkok atau cawan yang pecah, suatu pertunjukan yang biasa saja. Namun tentunya orang ini mengandung maksud tertentu dengan memaksa seperti itu ingin bertemu dengan Toan Hongya.
Walaupun masih ragu2 perihai keperibadian orang tersebut, Toan Liang akhirnya mengangguk.
„Baiklah, aku akan memenuhi keinginanmu, tetapi tentu saja engkau juga harus memenuhi syarat2 yang ada”, kata Toan Liang kemudian.
„Syarat2 apa itu ?” tanya orang tersebut sambil mengangkat kepalanya mengawasi Toa.n Liang.
„Engkau harus benar-benar memiliki suatu, pertunjukan yang baik untuk Toan Hongya, karena telah beberapa saat Hongya sakit, sehingga jika memang pertunjukanmu itu tidak berarti apa-apa, sia-sia saja hanya menambah keruwetan Hongya …… maka jika engkau gagal menghibur.
Hongya, dirimu akan menerimah……..!”
Orang itu mengangguk dengan pasti.
„Baik…….!” katanya kemudian
„Aku berani bertaruh, Hongya tentu akan menyukai pertunjukanku !”
Toan Liang perintahkan seorang pengawal untuk mempersiapkan keperluan -orang itu mengadakan pertunjukan.
Orang itu tidak meminta apa-apa, ia hanya minta disediakan sepuluh cawan terisi penuh oleh arak.
Toan Liang dan beberapa orang pengawal mengiringi orang tersebut memasuki tempat peraduan raja, dan Toan Liang telah perintahkan agar para pengawal itu mengadakan penjagaan yang ketat, karena Toan Liang kuatir kalau2 orang tersebut, ‘Hek Wan’, melakukan tindakan sesuatu yang bisa mencelakai raja mereka.
Begitu masuk kedalam ruang peraduan raja, Hek Wan melihat Toan Hongya tengah rebah di tempat peraduannya dengan tubuh yang kurus dan keadaan lemah. Dan waktu Hek Wan memasuki kamar, Toan Hongya hanya melirik lesu.
Hek Wan telah memberi hormat sambil berkata : „Toan Hongya, aku memiliki sedikit pertunjukan untukmu, entah kau akan senang melihatnya atau tidak……..!”
Dan setelah berkata begitu, tanpa menantikan jawaban Toan Hongya, Hek Wan telah duduk numprah diatas lantai, ia meminta kepada Toan Liang agar kesepuluh cawan arak itu didekatkau padanya.
Seorang pengawal menuruti permintaan Hek Wan, dimana kesepuluh cawan arak itu telah diletakkan didekat Hek Wan, sebelah kanan.
Hek Wan mengambil sebuah cawan arak, meneguk isinya sampai kering, kemudian berka ta : „Toan Hongya, coba perhatikan kemari………..! Ini ada sebuah cawan yang masih utuh, dan aku akan merusaknya………..!”
Membarengi dengan perkataannya itu, Hek Wan telah membanting keras-keras cawan itu ke lantai, seketika cawan itu pecah berkeping-keping.
„Hongya telah melihat, cawan yang utuh itu hancur, dan sekarang aku Hek Wan sebagai penambal mangkok akan menambal cawan yang pecah itu.
Ini bukan urusan yang sukar.
Seperti diketahui, mangkok atau cawan dibuat dengan di-tengah2nya kosong, sehingga bisa dipergunakau untuk makan dan minum, dapat diisi oleh sesuatu didalamnya.
Kekosongan bisa menimbulkan isi, bisa mendatangkan kepadatan dan keberisian yang dikehendaki……..!”
Bagi semua orang yang mendengar perkataan Hek Wan menganggap itulah perkataan yang biasa saja, tetepi justru Toan Hongya yang dalam keadaan lemah seperti itu jadi terkejut dihatinya, karena ia mebgetahui kata2 yang di ucapkan oleh Hek Wan adalah sebagian dari pelajaran ilmu sinkang, yaitu yang berisi menjadi kosong dan yang kosong jadi berisi. Itulah sedikit kata dari pelajaran Sinkang yang memiliki arti yang luas.
Tanpa disadari, Toan Hongya menyahuti dengan suara yang lemah : „Itu memang benar,” dan Toan Hongya menghela napas dalam2.
Semua orang yang berkumpul didalana ruangan itu jadi memandang heran, melihat Toan Hongya bersedia berkata2, malah membenarkan perkataan penambal mangkok itu. Memang telah diketahui mereka, mankok dan cawan selalu kosong-tengahnya dan tanpa dibicarakan mereka memang telah tahu.
Justru Toan Hongya tampaknya jadi memperhatikan apa yang akan dikatakan oleh penambal mangkok itu selanjutnya.
„Cawan yang telah pecah ber-keping2 ini, per-tama2 kita mengambil yang berada disebelah kanan, yang terkecil,” kata Hek Wan lagi. „Pecahan2 yang kecil itu kita tambal dulu, baru kemudian memilih yang lebih besar, dan yang terakhir – baru potongan dari pecahan yang paling besar…….. jadi yang kecil itu menunjang yang besar.
Tanpa mengumpulkan dulu yang kecil2, tentu tidak mungkin, bisa memperoleh
Muka Toan Hongya jadi ber-seri2, sebagai seorang yang mengerti pelajaran silat dan telah mempelajari sinkang, ia mengetahui makna yang terkandung dalam perkataan Hek Wan, malah dengan suara yang girang Toan Hongya berkata : „Benar…….tepat sekali. Dan bagaimana selanjutnya ?”
„Selanjutnya jika cawan yang telah pecah ber-keping2 itu berhasil kita sambung, kita harus mengasahnya, sehingga menjadi licin dan tambalan itu tidak akan tampak lagi, menjadi utuh kembah seperti semula … I
„Tepat………!” seru Toan Hongya girang, entah mengapa, dihatinya jadi timbul semangat baru.
„Siapakah locianpwe yang telah memberikan petunjuk berharga ini kepadaku ?”
Hek Wan telah tertawa.
„Sahabat2 biasa memberikan julukan pada ku Hek Wan……..itu saja namaku, dan Hongya bisa memanggil begitu juga…….!”, menyahuti Hek Wan.
Toan Hongya telah menoleh kepada Toan Liang, ia berkata : „Paman berikan sebuah kamar yang, bersih dan baik untuk Hek Wan Lo cianpwe…….!”
Toan Liang benar2 heran, mengapa rajanya jadi begitu girang dan tertarik sekali atas kata2 yang diberikan oleh Hek Wan. Padahal yang dibicarakan oleh Hek Wan hanyalah kata2 biasa saja perihal sebuah cawan, dan tentunya semua orang juga mengetahui apa itu cawan dan bagaimanaa jika pecah dan cara menyambungnya.
Tetapi malah Hongyanya itu seperti juga tertarik sekali.
Hek Wan tertawa lagi.
„Hari ini aku memberikan pertunjukan hanya ‘sampai’ disini, dua hari lagi aku akan melanjutinya, cobalah Hongya meresapi pertunjukanku ini selama dua hari, dan kesembilan cawan ini biarkan saja disini, karena aku masih memiliki sembilan pertunjukkan yang menarik mengenai cara menambal cawan yang telah pecah………”.
„Terima kasih locianpwe, terima kasih……..i” kata Toan Hongya, dan wajahnya yang pucat itu berobah seketika jadi berseri.
Toan Liang dan yang lainnya hanya memandang heran karena mereka tidak mengerti mengapa raja mereka bisa begitu tertarik dengan kata2 Hek Wan.
Hanya mereka tidak berani meremehkan Hek Wan lagi, sebab raja rnereka sendiri tampaknya menghormati orang yang tampaknya sinting dan tidak beres pikirannya tersebut.
Bukankah Hongya mereka jadi begitu girang mendengar kata2 Hek Wan, bahkan menyatakan terima kasihnya ?
Begitulah Hek Wan telah diberikan sebuah kamar yang indah dan baik, juga diberikan perlengkapan makan dan minum yang lezat2.
Sedangkan Toan Hongya setelah Hak Wan berlalu dari kamarnya, jadi berdiam diri meresapi perkataan Hek Wan.
—oo0oo—
BAGIAN 24
HEK WAN SI PENAMBAL MANGKOK
BAGIAN 24.2
MEMANG bagi Toan Liang dan yang lainnya, yang tidak mementingkan pelajaran silat, perkataan Hek Wan biasa saja. Namun untuk Toan Hongya justru memiliki arti yang tersendiri.
Tanpa diketahui semua orang, bahwa Hek Wan sebetulnya tengah memberikan petunjuk kepada Toan Hongya untuk melatih tenaga sinkang kelas tinggi !
Bahkan dengan cara perumpamaan mangkok atau cawan yang pecah seperti itu, Hek Wan ingin mengartikan bahwa Toan Hongya yang tengah menderita sakit begitu aneh, sehinggn penyakit Toan Hongya bisa disembuhkan jika memang melatih sinkang dari yang terkecil dulu, ditambah kemudian dengan tambalan dari pecahan kekuatan tenaga murninya yang cukup besar, dan kemudian baru mengerahkan hawa murni yang sesungguhnya. Dengan demikian barulah penyakitnya itu bisa dikuasai dan diusir, tetapi sebaliknya, selama hari2 yang Jalu justru Toan Hongya begitu saja telah mengerahkan lwekangnya, yang mengandung kekuatan penuh untuk menguasai bola api didalam perutnya.
Setelah rnerenungkan sejenak lamanya kata-kata Hek Wan, akhirnya Toan Hongya minta para pelayannya keluar meninggalkannya seorang diri.
Setelah semua orang keluar dari peraduannya, Toan Hongya melatih pernapasannya.
Raja ini melatih diri dengan cara yang paling bawah dulu untuk melatih sinkang, ia mempergunakan cara yang paling mudah.
Setelah ia melatihnya , sekian lama, ia merasakan napasnya jauh lebih besar.
„Tepat sekali apa yang dikatakan Hek Wan Locianpwe tadi, memang harus menambalnya dari yang terkecil dulu……. dan aku harus menambal sinkangku ini dari yang paling terkecil dan terendah dulu, guna memupuk kekuatan inti yang paling besar untuk mengusir penyakitku ini………… !”
Sementara Toan Hongya jadi terbangun, ia telah menarik dan mengeluarkan napasnya. dengan teratur dan juga melatih terus sinkangnya dari tingkat yang pertama, semakin lama Toan Hongya merasa tubuhnya semakin segar.
Begitulah dengan giat Toan Hongya melatih diri, selama dua hari ia terus memperbesar tenaga latihannya, setingkat demi setingkat. Dalam dua hari itu wajah Toan Hoangya yang semula pucat pias, telah berobah jadi merah segar kembali.
Bahkan selama dua hari itu Toan Hongya dapat bersantap cukup banyak.
Kerabat stana jadi girang menyaksikan ke majuan yang dialami Toan Hongya, kesehatan raja tampak ber-angsur2 bertambah baik.
Hanya tabib-tabib istana yang menjadi heran dan bingung, mereka tidak tahu entah cara bagaimana kesehatan Toan Hongya bisa memperoleh kemajuan.
Waktu Toan Liang menanyakan pada rajanja, obat apa yang telah menyembuhkan sebagian dari penyakit Toan Hongya, raja itu menyatakan ia telah diobati oleh Hek Wan.
Toan Liang jadi terkejut.
„Apakah selama dua hari ini Hek Wan sering datang kekamar ini secara diam-diam, Hongya ?”
Toan Ceng menggeleng perlahan, ia telah berkata : „Apa yang dikatakannya hari itu benar-benar merupakan obat yang paling mujarab dan Hek Wan Locianpwe telah berjanji bahwa hari ini ia akan memberikan petunjuknya lagi dalam hal menambal cawan pecah…….!” Toan Liang mengangguk.
Segera Toan Liang sendiri yang pergi mengundang Hek Wan untuk datang kekamar peraduan Hongya.
Hek Wan telah menolaknya, Ia mengatakan sore ini ia baru akan mengunjungi Toan Hongya untuk memberikan pertunjukannya lagi.
Malah Hek Wan telah meminta makanan-makanan dan arak yang baik untuk menjadi santapannya.
Toan Liang tidak berani berayal, segera ja perintahkan pengawal istana untuk mempersiapkan permintaan Hek Wan.
la telah mengetahui dari Toan-Hongya, bahwa Hek Wan inilah yang mberikan semangat kehidupan, pada diri Toan Hongya, yang semula telah sekarat itu.
Maka dengan sendirinya Toan Liang sangat menghormati nya.
Disaat itu, Hek Wan telah memakan semua santapan yang ada dengan lahap.
Dan sore harinya ia baru datang kembali mengunjungi Toan Hongya dikamar peraduannya.
Cawan arak tinggal sembilan, setelah duduk bersimpuh disamping pembaringan, Hek Wan mengambil salah satu cawan itu, kemudian ia meneguk araknya, katanya lagi:
Sekarang aku akan mulai dengan pertunjukan yang kedua silahkan Toan Hongya menoleh kemari lihatlah cawan ini ‘masih utuh’ ! dan setelah berkata begitu Hek Wan membanting cawan itu lagi kelantai, sehingga cawan tersebut pecah berantakan.
Toan Hongya memperhatikan dengan penuh minat dan perhatian.
Lalu Hek Wan berkata lagi :
„Cawan yang pecah ini harus dikumpulkan, dari yang paling kecil, sampai pada kepingan yang terbesar.
Dijadikan satu.
Dibiarkan berkumpul.
Dan kita yang harus memilihnya dengan cermat, menyalurkan pecahan itu satu persatu, sehingga bisa menyambungnya dan menambalkan kepingan itu satu persatu menjadi rata pula.
Kesabaran harus dipergunakan sebaik mungkin, untuk menyusun bagian-bagian yang terkecil dari kepingan2 cawan ini.
Nah, mengertikan Hongya ?”
Toan Hongya tersenyum, sahutnya: „Terima kasih Hek Wan Locianpwe……. terima kasih, aku…. aku mengerti.
Nah, sekarang telah selesai pertunjukan yang kedua, dan aku baru akan mampetlihatkan pertunjukan yang ketiga setelah lewat empat hari lagi, silahkan Hongya merenungkan perkataanku itu ……!”
Setelah berkata begitu, Hek Wan pamitan dan kambali kekamarnya,
Sedangkan Toan Hongnya kembali merenungkan kata2 Hek Wan.
la yakin bahwa yang dikatakan oleh Hek Wan merupakan pelajaran ilmu sinkang tingkat tinggi.
Seperti katanya, kesabaran harus dipergunakan sebaik mungkin, untuk menyusun bagian2 terkecil dari cawan ini !” memiliki arti yang luas sekali.
Dan Toan Hongya tengah berusaha untuk memecahkan arti dari perkataan itu, karena memang ia bermaksud untuk dapat menarik kesimpulan yang sangat berharga yang tersembunyi dalam kata2 itu.
Seperti orang menggumam, Toan Hongya telah mengulangi perkataan itu :
„Kesabaran harus dipergunakan sebaik mungkin !” akhirnya Toan Hongya berhasil memecahkan arti perkataan itu, yaitu bahwa dalam menyalurkan lwekang untuk melatih singkang yang tinggi, ia harus berlaku sabar sekali dan teliti, yaitu harus menyalurka seluruh hawa murni ditubuhnya kejalan darah dan urat yang terkecil diseluruh tubuhnya, guna mencapai hasil yang memuaskan.
Diam-diam Hongya telah mengeluarkan seruan gembira, sehingga mengejutkan seorang pelayan yang masih berada didalam kamar tersebut.
Pelayan itu tidak mengerti mengapa Hongyanya telah berseru begitu, maka ia memandang penuh keheranan, Namun melihat wajah Toan Hongya yang ber-seri2, pelayan itu jadi ikut girang. ”
Segera pelayan tersebut melaporkan kepada Toan Liang perobahan yang terjadi pada diri raja mereka, yang tampaknya telah bertambah maju kesehatannya.
Sedangkan Toan Hongya setelah berhasil memecahkan rahasia yang terdapat dalam kata kata Hek-wan, segera menyalurkan sinkangnya, melatihnya dengan sabar sekali, sampai hawa murni itu berhasil masuk kejalan-jalan darah yang terkecil sekalipun didalam tubuhnya.
Perasaan segar telah meliputi diri raja ini, sehingga ia merasa jauh lebih sehat.
Walaupun bola api yang panas masih ber-putar2 berdiam didalam perutnya, tokh bola api itu sudah tidak liar lagi.
Biarpun Toan Hongya tidak mengendalikan dengan sinkangnya, bola api itu telah menggelinding naik kedadanya.
Hal ini telah memperlihatkan kemajuan yang tidak kecil buat Toan Hongya, sehingga raja tersebut jadi girang bukan main.
Selama empat hari Toan Hongya melatih diri terus dengan mergerahkan sinkangnya.
Sedangkan kerabat istana jadi girang, kesembuhan yang dicapai oleh raja mereka benar2 menggembirakan, karena setelah lewat empat hari, Toan Hongya berhasil untuk duduk, dan tetap mau bersantap cukup banyak, sehingga mukanya yang semula pucat pasi itu kini jadi segar kembali.
Berita kesembuhan kaisar Toan itu, walaupun belum keseluruhannya, tokh telah tersiar luas diseluruh kerajaan, menggembirakan rakyatnya.
Banyak juga rakyatnya yang telah menyediakan meja sembahyang, serta bersembahyang menyatakan syukur mereka kepada Thian bahwa raja mereka telah memperoleh kesembuhan………. berhasil melewati masa kritisnya.
Setelah empat hari sejak Hek Wan memecahkan cawan yang kedua, maka sore harinya Hek Wan kembali menghadap pada Toan Hongya, ia memecahkan kembali cawan yang ketiga dan mengucapkan kata-kata yang menjelaskan mengapa cawan itu jika dibanting jadi pecah.
Banyak sekali kata-kata yang diucapkatn Hek Wan, dan semua kata-katanya itu memiliki rahasia tertutup dari pelajaran sinkang yang sangat tingg.
Dengan demikian, Toan Hongya secara diam-diam telah memperoleh petunjuk-petunjuk melatih tenaga sinkang yang terpendam dalam dirinya.
Petunjuk2 yang diberikan oleh Hek Wan secara sembunyi seperti itu, memiliki khasiat yang jauh lebih hebat dibandingkan dengan petunjuk yang pernah diterima Toan Hongya dari Lam Siang Cin jin, karena palajaran melatih Sinkang yang diberikan oleh Hek Wan merupakan pelajaran Sinkang yang memilki keuntungan yang tidak kecil.
Disamping itu, setiap cawan arak yang dipecahkan oleh Hek Wan semakin banyak, semakin sulit pula arti yang harus ditembus oleh Toan Hongya dalam kata-kata yang teraembunyi itu.
Tetapi Hek Wan juga telah semakin mengundurkan waktunya.
Jika cawan pertama dipecahkan, ia meminta dua hari untuk pertunjukan keduanya, kemudian empat hari untuk cawaint yang kedua, lalu dua minggu untuk cawan ketiga ……. dan begitu seterusnya, waktunya semakin diperpanjang.
Dengan demikian Toan Hongya dapat melatihnya dengan cukup luas.
Malah setelah Hek Wan memecahkan cawan vang ketujuh, Toan Hongya telah da pat turun dari pembaringan dan ber-jalan2 ditanah, walaupun tubuhnya masih lemah dan langkah kakinya masih per-lahan2.
„Melihat kemajuan yang telah dicapai oleh raja mereka, kerabat istana jadi begitu girang dan memperlakukan Hek Wan dengan istimewa hormatnya.
Karena mereka menganggap bahwa Hek Wan merupakan tuan penolong jiwa raja mereka yang sebelumnya telah sekarat.
Tetapi Hek Wan tetap membawa sikap biasa, malah ia selalu mengoceh bahwa dirinya adaiah penambal mangkok, dan ia selama mempertunjukkan keakhliannya itu dihadapan Toan Hongya, ia girang juga, karena raja itu telah memperhatikan permainannya yang agak unik dan aneh ini.
Toan Liang sendiri telah dapat menerkanya bahwa Hek Wan tentunya seorang tokoh sakti, yang tengah menyamar sebagai seorang akhli menambal mangkok. Maka dari itu, ia memperlakukan Hek Wan dengan sikap yang hormat sekali.
Sedangkan Toan Ceng sendiri memperoleh kemajuan yang pcsat.
Iapun telah menerima petunjuk dari Hek Wan pula disaat penambal mangkok itu memecahkan cawan yang kedelapan.
Petunjuknya itu semakin sulit, tetapi sebagat seorang kaisar yang memiliki otak terang dan cerdas, Toan Ceng bisa menangkap petunjuk2 yang diberikan secara rahasia oleh Hek Wan itu. Selama dua buIan lebih Toan Hongya telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali untuk sinkangnya.
Dan diwaktu itu, yang masih mengganggu pikiran Toan Hongya adalah bola api yang masih teap berada didalam perutnya, walaupun bola api itu sudah tidak terlalu mengganggu dada dan napasnya.
Namun waktu Toan Hongya tengah mendengari petunjuk yang diberikan Hek Wan, disaat mangkok kesembilan dipecahkan, disaat ituIah Toan Hongya mengeluh.
Ia merasakan sesuatu yang tidak enak pada perutnya, dan ia berusaha mempertahankan diri agar tidak memperlihatkan sikapnya pada Hek Wan.
Tetapi Hek Wan telah melihat perobahan pada wajah Toan Hongya.
la berhenti memberikan-petunjuknya dan bertanya pada Toan Hongya : „Apa yang Hongya rasakan ?”
„Ti……..tidak . , . !” menyahuti Toan Hongya.
„Jangan menutupi perasaan Hongya, silahkan Hongya beritahukan padaku mungkin aku bisa menambal mangkok atau cawan yang pecah ini lebih baik ……..!’.
Toan Hongya ragu2, tetapi kemudian ia menjelaskan apa yang dirasakannya, ialah bola api diperutnya yang terlalu menyiksanya.
„Hemmm………, hanya itu yang belum dapat ditembus oleh Hongya … memang dalam menambal mangkok terkadang terdapat kesukaran juga, yaitu terselip debu dan kerikil itu harus dilenyapkan, tetapi justru yang terpenting kita harus mengetahui dari mana datangnya kerikil itu………!”
----------------------------------------------------------------------------------------------
<<< Kembali Ke Bagian 23 | Bersambung Ke Bagian 25 >>>
----------------------------------------------------------------------------------------------
Kutipan dari : pustakaceritasilat
Post A Comment: