Articles by "5 Pendekar Luar Biasa"
Tampilkan postingan dengan label 5 Pendekar Luar Biasa. Tampilkan semua postingan
ONG TIONG YANG menghela napas. „Memang tidak ada peraturan seperti itu, yang melarang seorang Tojin melakukan perjalanan bersaman deogan seorang gadis cantik. namun … namun karena aku seorang tojin dan engkau seorang gadis, terpaksa pinto harus memikirkan nama baikmu.
Bagaimana jika sampai terjadi engkau melakukan perjalanan bersama denganku dan nama baikmu jadi rusak karenanya, bukankah hal itu harus dibuat sayang ….. ?”
Ong Tiong Yang setelah berkata begitu meoghela napas dalam2 sambil meooleh memandangi sigadis she Ong tersebut.
Ong Kiet Mei menundukkan kepalanya.
„Apakah dengan melakukan perjalanan dengan seorang tojin, maka bisa merusak nama baikku?” seperti menggumam sigadis berkata.
KEDATANGAN ANG CIT KONG SI PENGEMIS MUDA
BAGIAN 51.1


SAAT, pertempuran itu tengah berlangsung dengan seru, justru diluar rumah terdengar ribut2: „Kembalikan barangku…!, kembalikan barangku…..!”
Ong Tiong Yang jadi heran, ia melongok keluar.
Segera dilihatnya seorang pengemis muda, mungkin berusia sembilan belas tahun, tengah berjalan seenaknya, dengan ditangannya memegang sepotong daging ayam dan tangan yang satunya memegang sebuah buntalan.
Ia melangkah seenaknya dan mulutnya mengunyah itu juga ter-senyum2.
Tampaknya ia gembira sekali.
Wajah penge>rnis itu cukup :ampan, tetapi keadaanQya tidak ter,ptut, paltaiannys penuh iainbaiata dan rambutaya tidak terurus.


BAGIAN 41
PEMUDA BERBAJU KUNING


ONG TIONG YANG bangkit dari duduknya, kemudian melangkah kedekat meja pemuda berbaju kuning itu.
Sekilas ia melirik kepada Lie Siu Mie, terhyata sigadis tengah melangkah meninggalkan ruang rumah makan tersebut.
Ong Tiong Yang telah merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada pemuda baju kuning itu, membuat pemuda itu jadi terkejut dan cepat2 melompat bangun dan membalas hormat dari pendeta ini.
„Maafkan Pinto mengganggu sebentar….!” kata Ong Tiong Yang.


BAGIAN 36
KISAH CIE THIO SI ANAK YATIM PIATU


KOTA Ko-bun-kwan, adalah merupakan kota yang tidak begitu besar, namun penduduknya padat sekali.
Kota Ko-bun-kwan juga merupakan kota simpang lalu-lintas dari orang2 yang melakukan perjalanan dari Selatan kearah Utara.
Sehingga menjadikan kota ini penting dan banyak dikunjungi orang-orang yang melakukan perjalanan dari Barat ke Utara dan sebaliknya, termasuk tujuan untuk pesiar.
Disebuah rumah yang terletak disudut dari persimpangan dipintu kota sebelah barat tampak seorang lelaki setengah baya duduk terpekur. Wajahnya murung sekali, memperlihatkan bahwa ada suatu kesulitan yang tengah melanda dirinya.


OEY YOK SU DI JADIKAN UMPAN

HARI-HARI lewat terus dengan cepat.
Pagi itu, Lu Liang Cwan bertiga dengan Oey Yok Su dan Lauw Cie Lan telah berada disebuah rumah penginapan.
Sejak malam tadi mereka menginap disitu dan pagi ini tengah menikmati santapan pagi mereka.
Tetapi secara kebetulan Oey Yok Su menoleh melalui jendela, dan ia melihat seseorang di jalan raya.
„Lu Cianpwe……, Lauw Cianpwe……, lihat…….., seru Oey Yok Su dengan suara seperti terkejut.
Hal ini telah membuat Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan menghentikan makan mereka ke duanya telah melongok dari jendela kejalan raya.
Dan hati mereka jadi girang bercampur kaget melihat yang berjalan dijalan raya itu.
Siapakah orang itu?


RENCANA MEMBASMI PENGUASA IM YANG HUN

SELAMA seminggu lebih Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan telah berdiam diistana Toan Hongya, sampai akhirnya keduanya telah pamitan minta diri, karena Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su bermaksud untuk mengembara.
Jika saja memang Toan Hongya tidak memikul tanggung jawab dan kewajiban mengatur negara, Toan Hongya bermaksud untuk pergi ikut mengembara bersama kedua orang sababatnya ini. Namun sayang sekali, justru urusan negara meminta perhatian Toan Hongya, ia hantar kepergian kedua sahabatnya itu dengan hati dan perasaan yang berat.
Hanya Toan Hongya berjanji, jika memang kelak ia memiliki kesempatan, pasti akan mengunjungi daratan Tionggoan, untuk mencari mereka.


TOAN HONGYA TERCULIK LAGI

TERNYATA Toan Hongya berhasil ditawan oleh Bong Kim Lian kembali.
Waktu itu Toan Hongya tengah menyerang Bong Kim Lian.
Serangan Toan Hongya selalu dengah gesit den lincah berhasil di-elakkan Bong Kim Lian.
Lewat beberapa jurus, waktu Bong Kim Lian melihat ketiga pendeta dari kuil itu telah ber-lari2 pergi dari tempat tersebut, segera wanita cabul ini menduganya bahwa ketiga, orang pendeta itu tentu akan memberikan laporan kepada alat negara.