Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufri dilahirkan di kota Jeddah, Arab Saudi tepat sebelum fajar pada hari Jumaat, 16 April 1971 bertepatan 20 Safar 1391 H, dari orang tua yang masih keturunan Imam Hussein bin Ali ra.
Habib Ali al-Jufri mempunyai penampilan fisik yang menonjol: tampan, berkulit putih, tinggi, besar, berjenggot tebal dan rapi tanpa kumis, sehingga kehadirannya di suatu majelis sering menyita perhatian orang. Tetapi kelebihannya bukan itu, jika berbicara di forum, orang akan dibuat kagum dengan penguasaannya dalam ilmu Agama cukup luas dan mendalam serta kaitannya dengan masalah-masalah kontekstual di era modern. Intonasi suaranya membuat orang tak ingin berhenti mengikuti pembicaraannya. Pada saat tertentu, suara dan ungkapan-ungkapannya menyejukkan hati pendengarnya. Tapi di saat yang lain, suaranya meninggi, menggelegar, bergetar, membuat mereka tertunduk, lalu mengoreksi diri sendiri.
Materi yang dibawakan bukan hanya mengandalkan retorika semata, melainkan penuh dengan pemahaman-pemahaman baru, sarat dengan informasi penting, dan ditopang argumentasi-argumentasi yang kukuh. Wajar ceramahnya mampu menyentuh kalbu dan membuat audiense seperti memperoleh tambahan ilmu dan wawasan baru, juga semangat dan tekad baru untuk mengoreksi diri sendiri dan membuat 'perubahan'.
Mungkin itu sebabnya, Habib Ali bin Abdurrahman al-Jufri menjadi sosok ulama dan da'i muda yang nama dan kiprahnya dikenal luas di berbagai negeri muslim, bahkan juga di dunia Barat.Seorang petugas kebersihan yang bekerja di Thaba Foundation (lembaga dakwah milik Habib Ali AlJufri di Dubai,UEA) terheran-heran.
Sebab setiap pagi ia melihat toilet-toilet yang ada di kantor Thaba selalu bersih tanpa diketahui siapa yang membersihkannya, ia berfikir :
''Siapa sih yang membersihkan toilet sebanyak ini, perasaan saya belum membersihkannya?''
Hingga akhirnya di suatu malam, ia pulang lebih lambat dari biasanya, ia berkeliling di kantor Thaba, sudah tidak ada orang lagi di kantor, tiba-tiba ia mendengar suara dari arah toliet, ia mendekat dan melihat ada seseorang yang sedang membersihkan lantai tolilet, dan betapa kagetnya ia setelah mengetahui bahwa ''pembersih toilet'' itu adalah Bos Thaba Foundation :''Habib Ali Al Jufri.. ?''
Timbul suatu pertanyaan : ''Apa yang membuat Habib Ali capek-capek bersihin toilet kantornya sendiri ?bukankah masih ada hal lain yang lebih bermanfaat?”
Mungkin salah satu jawabannya adalah hal yg pernah di lakukan oleh salah satu gurunya, Syaikh Mutawalli As Sya'rowi (ulama besar mesir di zamannya), saat itu supir beliau tak sengaja melihat beliau membersihkan toilet-toilet masjid,
si supir bertanya :
''Syaikh..mengapa anda berlelah-lelahan membersihkan toilet masjid..?''
beliau menjawab :
''Tadi..ketika aku melihat orang-orang menangis karena mendengar ceramahku, aku merasa ada sifat sombong dan ujub(jumawa) di hatiku, sekarang aku ingin menghinakan diriku (agar aku tak lupa siapa diriku yg hina ini)''
Sungguh mereka adalah orang-orang yang selalu mementingkan “kebersihan hati'',tak ada iri,tak ada benci,dan tak ada dengki..
kalo kita nggak belajar tawadhu' dari mereka..mau belajar dari siapa lagi??
Post A Comment: