SAM TONG SINKANG (TENAGA SAKTI TIGA RUANG)

Dia memasuki kamarnya lewat jendela, tetapi begitu membuka daun jendela, dia melihat Oey Yok Su tengah duduk ditepi pembaringan, tengah duduk termenung.
„Muridku…..!” panggil sang guru ini sambil tertawa.
Oey Yok Su terkejut, dia tersadar dari lamunannya.
„Suhu…….!” panggilnya.
„Kemana kau pergi Suhu, membuat tecu jadi bingung……,!”
„Aku bertemu dengan seorang sahabat, dan kami telah bercakap-cakap sampai lupa waktu…….!” menjelaskan Tang Cun Liang.
„Mengapa engkau tidak tidur saja…?”
„Tadi malam telah datang seseorang, yang ingin bertemu dengan suhu…!” kata Oey Yok Su.
„Siapa ?”
„Katanya dia bergelar Ang See Kiam dan be rnama Tu Li Sing…!” menjelaskan Oey Yok Stt.
„Apa ?” tanya sang guru terke jut. ,
„Apakah dia sahabat suhu ?” tanya Oey Yok Su lagi.
Sang guru menggelengkan kepalanya, dia telah menyahuti : „Bukan…dialah seorang tokoh persilatan yang memiliki ilmu pedang sangat hebat…!
Aneh, ada urusan apa dia mencari aku…!” dan kemudian Tang Cun Liang menoleh kepada muridnya, dia bertanya lagi : „Apakah dia meninggalkan pesan ?”
Murid i’tu menggeleng.
„Apakah dia menyatakan ingin datang lagi ?” tanya guru itu pula.
„Dia hanya meminta agar aku menyampaikan kepada suhu perihal kedatangannya itu”, menyahuti Oey Yok Su.
„Hemm……., jika demikian biarlah dia datang lagi nanti…….!” kata Tang Cun Liang sambil tersenyum, padahal hatinya tengah heran dan berpikir, keras, dia tidak mengerti tokoh sakti seperti.
Ang See Kiam Tu Li Sing bisa mencarinya ditempat ini, dan mengetahui kedatangannya.
„Sekarang kau tidurlah, semalam tentu engkau kurang tidur…!”
Murid itu mengangguk. Dia telah tidur
Sedangkan Tang Cun Liang duduk barsemadhi, dia mengatur pernapasannya.
Dalam sekejap mata, kesegarannya telah pulih kembali.
Ketika matahari telah naik tinggi, Tang Cun Liang pergi berbelanja kebutuhan yang akan dibawa kepulaunya.
Sebetulnya sore itu Tang Cun Liang bermaksud berangkat kembali kepulaunya.
Tetapi karena adanya peristiwa dirinya dicari Ang See kiam, membuat dia jadi membatalkan maksudnya itu, dan bermalam dirumah penginapan ini lagi.
Begitulah, mereka telah bermalam dua malam lagi dirumah penginapan tersehut.
Tetapi, Ang See Kiam Tu Li Sing tidak juga muncul.
Maka sore itu, Tang Cun Liang memutuskan untuk kembali kepulaunya.
Oey Yok Su, sang murid, juga telah diperintahkannya untuk bersiap-siap.
Tetapi waktu guru dan murid ini bersiap-siap akan berangkat, justru pintu kamar mereka diketuk seseorang.
„Siapa ?” tanya Tang Cun Liang sambil berhenti mengikat barang yang akan dibawanya., dia menduga pelayan rumah penginapan tersebut:
„Aku-ingin bertemu dengan Tocu sakti dari Tho Hoa To, apakah pintu kamarnya tidak menerima kunjunganku ?” dari luar terdengar suara orang menyahuti, disertai suara tertawanya.
Tang Cun Liang mengerutkan alisnya, dia menduga-duga entah siapa orang itu.
Tetapi Oey Yok Su telah mengenali suara orang itu.
„Dialah Ang See Kiam Tu Li Sing, suhu…” dia memberitahukan kepada gurunya.
Tang Cun Liang cepat-cepat membuka pintu kamarnya.
Diluar kamarnya berdiri seorang lelaki pendek gemuk yang tengah tertawa lebar.
„Akhh, kiranya engkau, situa she Tu …. .. !” berseru Tang Cun Liang girang.
Sedangkan orang itu, yang memang tidak lain dari Ang See Kiam Tu Li Sing, telah tertawa lebar, sambil katanya : „Benar, apakah kedatanganku ini membuat engkau jengkel saudara Tang ?”
Tang Cun Liang mempersilahkan tamunya itu masuk kedalam kamarnya.
„Muridku menceritakan malam yang lalu engkau mengunjungiku, benarkah itu ?” tanya Tang Cun Liang lagi, setelah mereka saling mengambil tempat ciuuuk.
„Benar…….muridmu luar biasa, memiliki bakat yang baik, engkau beruntung sekali, tua bangka she Tang !”
„Hemmm……, mengapa engkau mengetahui kunjunganku dikota ini ?” tanya Tang Cun Liang lagi, dia bertanya sambil mengawasi Ang See Kiam, karena dia ingin mengetahui apa yang akan dikatakan oleh orang she Tu itu.
„Siapa yang tidak mengetahui Tocu Tho Hoa To?
Tentu saja, begitu engkau sampai disini, semua orang rimba persilatan juga akan mengetahuinya, bahwa dikota ini telah berkunjung seorang sakti yang memiliki kepandaian luar biasa…….! “.
„Akh, engkau hanya menyindir saja…….!” kata Tang Cun Liang.
Oey Yok Su saat, itu telah ikut berkata : „Suhu, waktu itu Tu Pehpeh (paman Tu) telah mengatakan, setengah sahabat, setengah bukan……. apakah maksudnya itu.?”
Sang guru tertawa.
„Kami memang bersahabat…….Tu Pehpeh itu merupakan sahabat lamaku……Nah, sekarang engkau harus memberi hormat kepadanya…….!”
Oey Yok Su menurut, dia telah berlutut sambil memanggutkan kepalanya tiga kali, dan dia juga memanggil “Tu Pehpeh, tecu Oey Yok Su menghunjuk hormat……..!”
„Bagus……! Bagus…..! Berdirilah bocah manis……,” kata Tu Li Sing, „Malam itu aku telah mengujinya, dan membuat dia dua kali jungkir balik. Apakah engkau situa bangka she Tang tidak marah kepadaku ?”
Tang Cun Liang tertawa lebar, katanya : „Engkau tentunya ingin menguji muridku itu untuk mengetahui apakah anak ini memang patut menjadi muridku…….mengapa aku harus marah ?”
Ang See Kiam juga tertawa, dia berkata : „Lima tahun yang lalu kita pernah mengadu kepandaian, dan kini kepandaianmu situa bangka she Tang pasti telah bertambah liehay saja, dengan beberapa jurus aku tentu akan berhasil engkau rubuhkah……..!”
„Engkau bicara putar balik, justru engkau ingin mengartikan bahwa akulah yang akan engkau rubuhkan dalam beberapa jurus saja, karena kini engkau telah berhasil melatih diri dengan ilmu yang liehay……..!
Dasar tua bangka she Tu yang mulutnya tajam……!” dan setelah berkata demikian, Tang Cun Liang mengiringi tertawanya Ang See Kiam.
Waktu itu Ang See Kiam Tu Li Sing telah berkata dengan suara yang gembira :
„Apakah selama ini engkau telah berhasil menciptakan ilmu pula !”
Tang Cun Liang menggeleng, tiba-tiba wajahnya berobah menjadi murung.
„Saudara Tu”, katanya kemudian.
„Kukira, kita akan bertemu dalam waktu-waktu yang singkat sekali, sebab aku telah merasakan bahwa aku akan dapat hidup didunia ini tidak lama
„Hemm……., engkau terlalu memiliki perasaan yang tidak-tidak……..seharusnya engkau tidak memiliki pikiran serupa itu, dan memang dalam hal usia kita tidak ada yang bisa memastikannya…!”.
Maksud Ang See Kiam memang untuk menghibur sahabatnya ini, tetapi wajah Tang Cun Liang telah berobah kian murung.
„Empat tahun yang lalu aku telah berhasil menciptakan serupa ilmu, ternyata aku tersesat, sehingga sekarang sudah terlanjur……..kesesatan itu tidak bisa kubuang lagi……..!” waktu berkata begitu Tang Cun Liang memperlihatkan sikap yang murung.
„Tetapi………apakah engkau tidak cepat-cepat memurnikan dan meluruskan latihanmu ?” tanya Ang See Kiam terkejut.
Tang Cun Liang menggeleng.
„Justru disebabkan latihan yang salah itu, yang aku sadari setelah terlanjur, maka akhirnya aku mengambil keputusan untuk mengambil seorang murid untuk dapat mewarisi seluruh kepandaianku……..!
Kukira, paling lama aku bisa bertahan untuk hidup terus selama sepuluh tahun lagi………!”.
„Saudara Tang, engkau tidak perlu berpikir terlalu jauh seperti itu, karena mulai sekarang engkau bisa melatih diri pula, untuk meluruskan latihanmu yang sudah terlanjur agak tersesat itu …………!”
„Sudah terlambat.. .!”
„Mengapa terlambat ?”
„Aku bisa meluruskan kembali latihanku, tetapi aku.harus mengorbankan kedua kakiku, yang harus menjadi lumpuh karenanya………!”
„Mengapa begitu ?”
„Karena jika aku memusatkan seluruh sin-kangku, untuk berusaha meluruskan dan melatih ilmu sejati pula, berarti seluruh sinkang yang terpengaruh hawa sesat itu akan berkumpul diujung kakiku, dan kedua kakiku itu tidak akan tertolong lagi dan akan menjadi lumpuh………”
„Hemm………., tetapi itu belum pasti……….!” membantah Ang See Kiam.
Tang CunLiang tertawa tawar.
„Kukira aku lebih mengetahui jelas segalanya, karena menyangkut diriku, saudara Tu!” kata Tang Cun Liang.
„Dan juga, tahukah engkau ilmu apa yang telah kulatih ?”
„Coba kau jelaskan ” tanya Tu Li Sing dengan tertarik.
„Aku jutstru telah melatih ilmu Sam Tong Sinkang (Tenaga Sakti Tiga Ruang)……..!” menyahuti Tang Cun Liang.
„Apa………..?” tampaknya Tu Li Sing jadi terkejut sekali.
„Aku justru telah melatih ilmu mujijat itu.
jika aku tidak melakukan kesalahan dalam melatihnya, memang aku akan berhasil memiliki sinkang yang luar biasa!
Hanya sayangnya, justru pada bagian pemberitahuan cara-cara melatihnya, telah lenyap beberapa lembar, sehingga aku melatih sendiri.
Lebih celakanya lagi, justru disaat aku telah melatih habis semuanya, baru aku menyadari bahwa aku telah melakukan kesalahan dan sinkang hebat itu yang kulatih telah menjadi tersesat………..!”
Ang See Kiam menghela napas dalam-dalam, untuk sementara waktu dia tidak mengatakan apa-apa.
Sedangkan Oey Yok Su yang tidak mengerti urusan yang tengah dibicarakan guru dan orang she Tu itu, dia hanya berdiam diri mendengarkan saja.
Waktu itu Tang Cun Liang telah menghela napas lagi sambil katanya dengan suara yang mengandung kedukaan: „Sayang………memang harus dibuat sayang……… justru kepandaian yang begitu hebat, harus dibawa sampai keliang kubur, karena tidak mungkin aku menurunkan ilmu sesat itu kepada muridku………!”
Ang See Kiam telah bertanya dengan memperlihatkan sikap yang bersungguh-sungguh
„Apakah engkau tidak bisa mencari kesalahan yang telah engkau lakukan, maksudku sebab musababnya, sehingga engkau bisa mengetahui dengan cara bagaimana melatihnya kembali untuk meluruskan latihan2 itu.”
„Tidak mungkin …..!”, kata Tang Cun Liang sambil menggelengkan kepalanya.
„Tidak mungkin lagi………aku memang telah dipengaruhi hawa sesat itu……. memang menyedihkan…..!
Tetapi tahukah engkau, bahwa kini hatiku agak terhibur………”
„Ya ?”
„Karena sekarang aku telah memiliki seorang murid yang baik sekali, yang memiliki bakat sempurna seperti Su-jie, jika memang dia bersungguh-sungguh mempelajari seluruh pelajaran yang akan kuberikan, tentu dia akan menjadi seorang pendekar yang gagah……..hatiku puas, diapun sangat cerdas sekali…………!”
Oey Yok Su menunduk malu mendengar pujian gurunya.
Sedangkan Ang See Kiam telah mengangguk-angguk beberapa kali.
„Jika memang engkau mendidiknya dengan baik, tentu anak itu akah menjadi bintangnya rimba persilatan………..!” kata Ang See Kiam.
Dengan demikian, suasana percakapan itu jadi murung sejenak, karena Ang See Kiam juga menyadari kedukaan yang mencekam hati.” sahabatnya, yang telah terlanjur melatih salah ilmu tenaga dalamnya.
Tetapi tidak lama kemudian Tang Can Liang tertawa gembira lagi, dia telah berkata dengan suara yang riang : „Sudahlah, untuk apa hal itu dipikirkan lagi ?” katanya.
„Bukankah aku masih sempat sedikitnya hidup sepuluh tahun lagi…….,?
Hanya sayangnya, jika aku telah mendahuluimu berpulang, engkau tidak ada orang yang bisa diajak berlatih diri………..!”
Ang See Kiam juga menganggukkan kepalanya, kemudian katanya : „Justru kedatanganku kemari sebetutnya ingin mengundangmu berkunjung ketempatku beberapa hari, dan waktu yang singkat itu bisa kita pergunakan untuk mengukur ilmu…….sayang sekali tampaknya engkau tidak berselera…….!”
Tang Can Liang menghela napas, namun kemudian dia tertawa lagi, dia bilang mulai hari ini aku memang sudah tidak memiliki selera lagi untuk menjadi jago didalam rimba persilatan, aku akan hidup tenang di Tho Hoa To selama tahun-tahun terakhir dari hidupku ini bersama murid tunggalku itu.
Engkau jangan menyesal, orang she Tu, jika memang kelak aku berhasil memulihkan latihan sesat itu menjadi lurus kembali, siapa tahu kita bisa berjumpa lagi, walaupun telah lewat sepuluh tahun ?”
Tu Li Sing mengangguk, kemudian dia telah bilang : „Baiklah, kalau memang demikian, aku minta diri saja dulu…….aku mendoakan semoga saja engkau berhasil untuk memulihkan semangat dan sinkangmu menjadi lurus kembali dan kau berhasil melatih muridmu itu……….!” dan setelah berkata begitu, Tu Li Sing bangun berdiri dan memutar tubuhnya untuk berlalu.

TETAPI waktu Tu Li Sing melangkah sampai dipintu, Tang Cun Liang telah mengulurkan tangannya, dia menepuk bahu sahabatnya itu.
Sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian tinggi sekali, Ang See Kiam tentu saja mengetahui menyambarnya angin serangan itu, dengan gerakan yang tidak disadarinya, bahunya telah miring turun sendirinya, mengelakkan serangan tersebut.
Tetapi justru Tang Cun Liang telah menepuk dengan tepukan yang disertai tenaga lwekang yang bersifat lunak, yaitu Im, dia menyerang dengan tepukan yang menurun miring, maka biarpun bahu Ang See Kiam telah miring menenurun kebawah, tokh tangan Tang Cun Liang telah menyambar terus akan menepuknya pula.
Ang See Kiam terkejut, dia cepat-cepat menyingkir dengan melompat kesamping, tangan kanannya dikibaskan untuk menangkis serangan itu.
Namun waktu tangan mereka akan saling bentrok, Tang Cun Liang telah menarik pulang tangannya dan orang she Tang ini tertawa lebar.
„Kepandaianmu tetap hebat seperti dulu, tua bangka she Tu !” serunya diantara tertawanya itu.
Ang See Kiam juga tertawa, dia berkata dengan suara bergurau :
„Kau mengejutkan aku………semula aku duga, engkau ingin main-main denganku disini…………!”
„Justru aku memiliki permintaan kepadamu yang ingin aku mohon agar engkau bisa membantu aku………!” kata Tang Cun Liang.
Ang See Kiam jadi terkejut.
„Katakanlah, permintaan apa yang kau inginkan dariku……….?” tanyanya sambil memandang Tang Cun Liang dengan sorot mala yang tajam.
„Aku ingin meminta kepadamu, agar kelak jika aku telah berpulang lebih dulu, maka sering-seringlah engkau perhatikan muridku, bimbingan berharga darimu sangat diperlukan sekali………..tentu arwahku akan puas sekali jika kelak engkau bisa memenuhi permintaanku itu !”
Tu Li Sing tertawa lebar.
„Kukira permintaan untuk nyebur kedalam kobaran api !” katanya bergurau.
„Baiklah, permintaanmu itu akan kuperhatikan. Mudah-mudahan saja umurku juga masih bisa panjaung terus, siapa tau justru dalam satu dua-tahun ini, akulah yang lebih dulu mcnghadap Giam Lo Ong untuk meminta diadili olehnya ?”
Kedua tokoh sakti rimba persilatan itu telah tertawa gelak-gelak.
Sedangkan Tang Cun Liang mengantar tamunya sampai dipintu kamarnya, dan Tu Li Sing sendiri dengan menjejakkan kakinya, tubuhnya ringan sekali mencelat keatas genting, dan dalam waktu sekejap mata dia telah menghilang dikejauhan.
Setelah Tu Li Sing berlalu, Tang Cun Liang mengajak Oey Yok Su meninggalkan penginapan untuk kembali keperahu mereka. Cukup banyak barang yang telah dibeli mereka untuk, dibawa kepulau.
Sepanjang perjalanan pulang kepulau mereka, Tang Cun Liang banyak menceritakan perihal pergolakan dan keadaan rimba persilatan, dimana banyak sekali tokoh-tokoh rimba persilatan yang memiliki tabiat aneh dan kepandaian yang tinggi sekali.
Oey Yok Su begitu tertarik mendengar cerita gurunya, ia mendengari terus sambil mengayuh perlahan-lahan, sehingga perahu mereka berlayar dengan perlahan, dan saat -itu memang cuaca baik sekali, laut jarang sekali dilanda gelombang yang besar.

Tang Cun Liang sendiri sengaja menceritakan seluruh keadaan Rimba Persilatan, karena ia menghendaki agar muridnya ini memiliki pengetahuan yang Iuas, dan mengenal lebih mendalam tentang kehidupan tokoh-tokoh silat yang ada pada massa itu. Disamping itu juga Tang Cun Liang telah memberikan petunjuk-petunjuknya, tentang kepandaain aneh-aneh yang dimiliki oleh beberapa orang Rimba Persilatan. Tidak jarang Tang Cun Liang memberikan contohnya, sehingga Oey Yok Su bisa menangkapnya dengan cepat petunjuk-petunjuk yang diberikan gurunya. Hal itu bukan berarti Oey Yok Su akan mem-pelajari gerakan-gerakan ilmu silat dari tokoh-tokoh rimba persilatan yang diceritakan oleh gurunya, hanyalah ia bermaksud untuk mengetahuinya agar nanti dengan mudah bisa mencarikan jalan untuk mempelajari ilmu yang tinggi guna menghadapinya.
Memang Oey Yok Su juga menyadarinya, setelah lebih dua tahun ia berguru pada gurunya tersebut, ternyata ia mulai senang mempelajari ilmu silat. Dan akhirnya Oey Yok Su jadi keranjingan. Sebagai seorang yang telah keranjingan ilmu silat, iapun tidak melupakan latihan-latihan yang berat namun menyenangkan. Tidak mengherankan jika Oey Yok Su bisa memperoleh kepandaian yang tinggi dalam waktu yang singkat.
Setelah guru dan murid tiba dipulau Tho Hoa To, Oey Yok Su melatih diri lebih giat lagi.
Setiap petunjuk gurunya diperhatikan dengan baik.
Semakin bertambah usianya, semakin cerdas pula anak ini.
Bahkan Oey Yok Su mulai bisa melihat kenyataan hidup, seorang yang lemah dan tidak memiliki kepandaian apa, apa, tentu akan celakalah dia.
Dan inilah yang telah membuat Oey Yok Su jadi melatih diri dengan giat.
Tidak percuma dan sia-sia Tang Cun Liang mengambil Oey Yok Su men jadi muridnya, karena pilihannya memang tidak meleset, dimana selain Oey Yok Su sangat cerdas, iapun merupakan seorang anak yang memiliki bakat sangat terpuji untuk, mempelajari ilmu silat. Maka, dalam waktu tiga tahun, Yok Su telah memiliki kepandaian yang tinggi.
Begitulah, setiap hari Oey Yok Su telah menerima pelajaran ilmu silat dari gurunya. ilmu kelas wahid tentunya. Dan semua itu bisa dipelajari oleh Oey Yok Su dengan baik.
Waktu Oey Yok Su berusia tujuh belas tahun, ja merupakan seorang pemuda yang tampan, selalu rapih, pendiam dan bersikap sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu urusan. Yang terpenting justru Oey Yok Su kini telah memiliki kepandaaan tinggi sekali, kepandaian yang diperoleh dari gurunya. Seluruh kepandainn dan ilmu silat Tang Cun Liang telah diwariskan kepadanya, dan yang kurang buat Oey Yok Su hanyalah pengalaman belaka. Tetapi walaupun kurang pengalaman, tokh tidak sembarangan orang yang bisa merubuhkannya, karena Oey Yuk Su selain memiliki kepandaian yang tinggi, juga ilmunya itu merupakan ilmu silat yang luar biasa hasil ciptaan Tang Cun Liang, yang sebelumnya memang sangat terkenal sebagai salah seorang tokoh sakti rimba persiiatan.
Yang membuat Tang Cun Liang lebih kagum dan girang, justru Oey Yok Su kini telah dapat pula menguasai ilmu surat. Setiap sajak sajak kuno yang sulit-sulit telah berhasil dikuasainya dengan baik, begitu pula pengetahuan kesasteraannya, telah menakjubkan sang guru, karena Oey Yok Su bisa menghafal sebuah sajak yang sulit hanya dengan sekali membaca, untuk selanjutnya tidak satu hurufpun-akan terlupa lagi.
Disamping semua itu, Oey Yok Su juga telah mempelajari ilmu perbintangan dari gurunya. Tetapi khusus untuk ilmu ini Oey Yok Su tidak begitu banyak berhasil mempelajarinya, karena Tang Cun Liang sendiri kurang begitu menguasai ilmu tersebut.
Namun Oey Yok Su telah bertekad, bahwa ia kelak akan berusaha mempelajari ilmu perbintangan dengan baik sampai ia bisa menguasai seluruhnya.
Begitulah, Oey Yok Su setiap hari menghabiskan waktunya untuk melatih diri.
Gurunya sering menyatakan, dalam satu atau dua tahun lagi Oey Yok Su akan menjadi seorang pendekar muda yang sulit dicari tandingannya.
Memang Tang Cun Liang juga sering menyatakan kepada Oey Yok Su, jika muridnya ini berhadapan dengan jago tua yang merupakan tokoh persilatan, mungkin muridnya belum bisa menandingi, tetapi setidaknya Oey Yok Su tentu bisa mempergunakan kepandaiannya untuk menjaga keselamatan dirinya.
Kata-kata gurunya itu membuat Oey Yok Su jadi tambah giat melatih diri, sehingga ia sering lupa makan dan tidur.
Tidak jarang Tang Cun Liang ditengah malam buta rata mendengar angin berkesiuran keras diluar kamarnya, dan waktu Tang Cun Liang keluar, ia menyaksikan muridnya tengah, asyik melatih diri dengan ilmu-ilmu pukulannya. Angin sinkang yang keluar dari kepalan tangan muridnya itu berkesiuran keras sekali. Diam-diam sang guru jadi tersenyum girang, karena ia mengetahui bahwa muridnya kini memiliki kemauan yang keras untuk memiliki kepandaian yang tinggi sekali..

------------------------------------------------------------------------------
<<< Kembali Ke Bagian 08          |       Bersambung Ke Bagian 10 >>>
------------------------------------------------------------------------------
Sumber : http://pustakaceritasilat.wordpress.com
Share To:

Unknown

View Profile
Terima kasih sudah berkunjung ke kabelantena, semoga bermanfaat,, aamiin..
----------------------------------

Post A Comment: