ILMU ARWAH DINGIN DAN PANAS (IM YANG HUN)
BAGIAN 19.1

OEY YOK SU menghela napas, karena dengan berpisahnya ia dari Lu Liang Cwan, berarti dirinya sudah tidak akan diganggu oleh kelakuan orang she Lu itu, yang tua-tua tetapi memiliki perangai seperti anak kecil.
Oey Yok Su menghampiri seorang nelayan berusia agak lanjut yang tengah merajut jalanya, ia memberi hormat sambil tanyanya: „Lopeh (paman), dimanakah kampung terdekat dipesisir sini
Orang tua itu, yang telah menunda pekerjaannya merajut jalanya, telah mengawasi Oey Yok Su sejenak, lalu ia berkata :„Anak muda, dipesisir ini hanya terdapat sebuah perkampungan, yaitu perkampungan kami, yang bernama Kuang-cie”
Oey Yok Su menyatakan terima kasihnya, sedangkan nelayan tua itu telah memberikan petunjuknya agar Oey Yok Su mengambil jalan kearah barat.
Setelah beberapa lama ia terkurung dipulaunya Lu Liang Cwan dan Sian Ho Lauw Cie Lan, Oey Yok Su sekarang jadi girang bisa kembali berada dialam bebas tanpa kekangan. Bahkan Oey Yok Su mengharapkan Lu Liang Cwan pergi jauh dari tempat itu dan tidak perlu bertemu lagi. Karena orang she Lu itu sangat berandalan sekali, walaupun usianya telah lanjut, tokh ia masih merupakan seorang tua yang tidak kenal aturan.
Saat itu hari belum begitu sore, dan Oey Yok Su telah mengikuti petunjuk nelayan tua itu, akhirnya ia tiba diperkampungan Kuang-cie, sebuah perkampungan yang tidak begitu besar. Penduduk kampung itupun tidak begitu banyak, hanya terdiri dari dua puluhan lebih keluarga. Umumnya mereka memiliki mata pencarian sebagai nelayan:
Oey Yok Su setelah mengelilingi perkampungan itu melihat hanya ada sebuah warung teh yang kecil dan kurang begitu terawat, dan juga sepi. Waktu Oey Yok Su memasuki warung teh tersebut, ia tidak melihat seorang tamupun juga, sedangkan pemilik kedai teh itu tengah duduk termenung saja, sambil matanya meram melek.
„Lopeh……!” kata Oey Yok Su, mengejutkan orang tua itu, sampai dia melompat berdiri. „Aku minta teh…!”.
Segera pemilik warung teh itu mempersiapkan pesanan Oey Yok Su, ia juga menyediakan dua kati teh sambil membawa sepiring bakpauw.
„Anak muda, tampaknya engkau bukan penduduk disekitar tempat ini”, kata pemilik kedai teh itu disaat meletakkan cawan teh diatas meja: „Apakah kau tengah melakukan perjalanan jauh
Oey Yok Su mengangguk saja, karena ia tidak mau terlalu banyak bicara. Yang terpenting ia menikmati teh yang harum dan bakpauw itu, guna melenyapkan perasaan laparnya.
Tetapi pemilik kedai itu telah mengawasi terus menerus tamunya, sampai akhirnya ia , berkata : „Kemanakah tujuan Kongcu ?”.
„Entahlah, aku sendiri belum lagi mengetahui”, sahut Oe’y Yok Su.
„Dari perkampungan ini, jika kita berjalan terus, maka kita akan tiba dimana, Lopeh?”.
„Pertama-tama terpisah lima ratus lie dari tempat ini terdapat sebuah kota yang cukup besar, yang bernama kota Chung-kie, kemudian terdapat kota-kota lainnya yang lebih kecil, seperti Lang-siung, Cie-Lie dan Mang-lu”.
„Terima kasih Lopeh………..!”
„Adakah sesuatu yang bisa aku tolong, Kongcu ?” tanya pemilik kedai teh itu lagi.
Oey Yok Su tertawa, kemudian katanya: „Baiklah Lopeh, bisakah Lopeh memberikan penjelasan dimana sekiranya aku bisa memperoleh rumah penginapan ?”
„Dikampung ini tidak terdapat sebuah rumah penginapan, Kongcu……. jika memang Kongcu ingin singgah beberapa hari disini, biarlah akupun bersedia memberikan kamar untuk Kongcu, kebetulan aku hanya hidup seorang diri, sehingga rumahku masih bisa menampung seorang seperti kau !”
Girang hati Oey Yok Su mendengar keramah-tamahan orang tua itu, ia mengucapkan terima kasihnya.
Begitulah, dua hari Iamanya Oey Yok Su menginap dirumah pemilik kedai itu.
Perkampungan ini memang sepi, sedikit sekali penduduknya.
Maka kurang begitu menarik hati Oey Yok Su, ia bermaksud akan melanjutkan perjalanannya lagi.
Dihari ketiga, keinginannya itu disampaikan kepada orang tua pemilik kedai itu”
Sebetulnya pemilik kedai itu senang Oey Yok Su tinggal dirumahnya, namun disebabkan Oey Yok Su telah berkeras ingin berangkat juga, tidak bisa pemilik kedai itu menahannya.
Dengan menuruti petunjuk yang diberikan orang tua itu, Oey Yok Su mengambil jalan kearah barat.
la ingin mencapai kota Chung-kie.
Disaat itu, perjalanan kurang begitu menyenangkan, tanah sangat kering dan panas sekali, karena disekitar tempatt tersebut tanah tandus sekali. Tetapi Oey Yok Su melakukan perjalanan terus, karena ia tidak mau tertalu lama berada ditempat seperti itu.
Sedang Oey Yok Su berjalan, hari telah semakin tinggi, malah disaat sang senja hampir tiba, Oey Yok Su masih belum juga bertemu dengan rumah penduduk.
Rupanya perjalanan dari perkampungan nelayan dipesisir pantai itu untuk mencapai kota Chung-kie memang tidak terdapat rumah penduduk.
Maka Oey Yok Su berkeputusan untuk tidur dialam terbuka jika memang sang malam telah tiba.
Tetapi, disaat itu Oey Yok Su melihat sesuatu didepannya, yaitu disebuah permukaan hutan kecil yang tidak begitu subur, karena tanah disekitar tempat tersebut memang gersang dan tandus.
Dibawah sebatang pohon tampak berdiri sesosok tubuh, dan yang lebih mengherankan Oey Yok Su waktu ia menegaskan sosok tubuh itu tidak lain dari seorang wanita yang cantik sekali, dilihat dari potongan tubuh dan wajahnya mungkin baru berusia dua puluh tahun lebih, pakaiannya juga reboh dan mewah sekali, dan saat itu siwanita tengah berdiri mengawasi Oey Yok Su dengan bibir tersungging senyuman.
Oey Yok Su tidak berani terlalu lama memandang wanita itu, ia telah membuang pandang kelain arah sambil meneruskan langkahnya, walaupunn hatinya jadi heran juga ditempat seperti itu bisa terdapat seorang wanita yang secantik itu hanya seorang diri.
Tetapi baru Oey Yok Su melangkah beberapa tindak, justru wanita yang cantik itu telah melompat gesit sekali, tahu-tahu tubuhnya berada dihadapan Oey Yok Su, menghadang jalannya pemuda ini.
„Tunggu dulu, pemuda yang manis”, kata wanita tersebut dengan suara yang lembut’.
Oey Yok Su jadi malu, ia cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat kepada wanita itu, tanyanya: „Ada urusan apakah Kouwnio (nona) ? Adakah sesuatu yang bisa kubantu ?”.
Wanita itu telah tersenyum-senyum mengawasi Oey Yok Su dengan sorot mata yang tajam, dan Oey Yok Su jadi berdebar hatinya, karena ia merasa malu dan kikuk berhadapan dengan perempuan secantik itu dengan sikap seperti ini.
„Tentu, tentu, banyak pertolongan yang bisa kau berikan, jika memang engkau bersedia untuk menolongku…!” kata wanita itu seperti menggumam sendiri dengan suara yang perlahan, dan iapun terus juga mengawasi Oey Yok Su dengan sorot mata yang tajam, siapa telah diawasinya dari kepala sampai keujung kakinya. Dan tidak lama kemudian wanita itu telah menggumam lagi: „Seorang pemuda yang tampan dan manis…gagah pula !”.
Oey Yok Su jadi tambah kikuk dan jengah.
la telah berkata dengan suara yang ragu-ragu: „Ada kesulitan apakah Kouwnio, bisa Kouwnio jelaskan, bantuan apa yang bisa kuberikan untuk Kouwnio?”.
Waktu bertanya begitu, hati Oey Yok Su sudah kurang tenang, karena ia tidak-menyukai tabiat wanita yang tampaknya agak jalang dan matanya memancarkan kebinalan dan genit.
„Siapakah namamu, Kongcu ?” tanya wanita itu kemudian.
„Siauwte she Oey dan bernama Yok Su”, sahut Oey Yok Su jujur.
„Siauwmoy (adik) she Bong dan bernama Kim Lian “, kata wanita cantik tersebut tanpa diminta oleh Oey Yok Su. „Maukah Kongcu singgah sejenak dirumah Siauwmoy, untuk membicarakan sesuatu…?”.
Oey Yok Su ragu-ragu.
Tetapi waktu itu Bong Kim Lian telah berkata lagi: „Disana nanti Siauwmoy akan menjelaskan kesulitan yang tengah diderita oleh Siauwmoy…!”.
Oey Yok Su akhirnya terpaksa mengangguk juga.
la memang tengah memikirkan dimana ia harus bermalam. Bukankah jika memang didekat tempat ini terdapat rumah sigadis, ia bisa bermalam satu malaman dan lebih hangat dibandingkan harus tidur dialam terbuka ?
„Baiklah”, kata Oey Yok Su kemudian.
„Jauhkah letak rumah Kuuwnio ?” tanyanya kemudian, dan ia masih tidak berani mengangkat kepalanya membalas menatap wanita itu, sebab ia melihat wanita tersebut masih juga mengawasinya dengan sorot mata yang tajam.
, Bong Kim Lian si Wanita cantik itu telah menggelengkan kepalanya, ia tertawa dan bilangnya: „Tidak…, tidak jauh, hanya terpisah beberapa lie dari tempat ini…!”
Dan kemudian Kim Lian membalikkan tubuhnya sambil mengajak : „Mari kita berangkat…!” tampaknya Bong Kim Lian girang sekali, wajahnya yang cantik berseri-seri.
Oey Yok Su sendiri heran.
Belum pernah ia melihat wanita secantik Kim Lian.
Kulit mukanya begitu halus dan bersih, putih dan lembut, seperti juga salju.
Padahal disekitar tempa ini memiliki udara yang tidak baik, yaitu panas dan gersang.
Setelah melewati hutan itu, Oey Yok Su melihat mereka tiba disebuah lapangan rumput. Tetapi rumput-rumput yang tumbuh disekitar tempat tersebut kering dan gersang, karena memang pengaruh tanahnya yang tidak subur.
Dibawah sebatang pohon yang agak besar dan rimbun, tampak sebuah bangunan yang tidak begitu besar. Namun bersih.
„Itulah rumah Siauwmoy…!” Kim Lian menjelaskan.
la telah menunjuk rumah itu dan mengundang Oey Yok Su untuk singgah:
„Dirumah itu terdapat siapa saja, Kouwnio ?” tanya Oey Yok Su yang mulai ragu-ragu karena ia melihat keadaan disekitar tempat itu sunyi-sunyi saja.
Jika memang gadis itu hanya tinggal seorang diri, jelas Oey Yok Su tidak akan enak untuk bermalam.
Bukankah tidak pantas bermalam dirumah seorang gadis yang hanya berseorang diri ?
Kim Lian telah tertawa.
„Dirumah ini aku hanya tinggal seorang diri”, dia menjelaskan. „Mari Kongcu…!”.
Hati Oey Yok Su jadi tidak enak, tetapi disebabkan telah terlanjur datang ditempat ini, maka ia melangkah juga mengikuti Kim Lian memasuki rumah tersebut. Tetapi dihatinya Oey Yok Su memutuskan, jika pembicaraan mereka telah selesai, ia akan meminta diri pamitan, untuk melanjutkan perjalanannya. Tidak mau Oey Yok Su bermalam dirumah seorang gadis, yang hanya seorang diri saja.
Waktu itu, Kim Lian telah berkata dengan suara yang halus: „Duduklah dulu Kongcu, aku akan mempersiaphan minuman untukmu…”.
Oey Yok Su hanya mengiyakan, selama Kim Lian meninggalkannya diruang tamu, ia melihat seluruh perabotan yang terdapat diruangan tersebut hanyalah perabotan yang kasar dan juga tidak banyak macamnya, hanya dua buah kursi, sebuah meja yang berukuran kecil, dan tidak terdapat lainnya.
Oey Yok Su mengerutkan alisnya, dia jadi berpikir keras menduga-duga, entah siapa gadis itu, yang berani tinggal seorang diri ditempat seperti ini. Yang membuat Oey Yok Su semakin tidak mengerti, justru tadi waktu gadis itu melompat menghadalangi jalannya, gerakan gadis itu gesit sekali, seperti juga ia memiliki ginkang (ilmu meringankan tubuh) yang mahir.
Waktu Oey Yok Su tengah duduk termenung begitu dengan pikiran bekerja, Kim Lian telah keluar pula dari dalam. Gadis itu duduk dikursi yang satunya lagi setelah menyediakan Oey Yok Su secawan air teh.
„Silahkan minum, Kongcu !” kata Kim Lian dengan ramah.
Tetapi sambil mempersilahkan tamunya, Kim Lian terus juga mengawasi tamunya dengan sorot mata yang tajam. Dan yang membuat Oey Yok Su jadi tidak tenang justru sinar mata wanita ini tajam dan mengandung kegenitan serta kebinalan.
„Sesungguhnya Kouwnio memiliki kesulitan apa yang bisa kutolong ?” tanya Oey Yok Su kemudian.
„Minumlah dulu untuk melenyapkan dahaga”, kata Kim Lian tersenyum.
„Urusanku itu bisa dibicarakan perlahan-lahan…… Silahkan…”.
Oey Yok Su akhirnya mengambil cawan tehnya, dia meneguknya.
Tetapi hatinya jadi heran, teh itu harum sekali, sangat harum bahkan harumnya itu berbeda dengan harumnya teh biasa. Oey Yok Su jadi heran, entah teh apa yang dipergunakan gadis ini. Tetapi karena memang Oey Yok Su pun tengah haus, ia telah meneguk teb itu sampai setengah cawan.
Melihat tamunya telah meminum teh yang disajikan, wanita itu tertawa.
„Bagus ! Sekarang Siauwmoy akan menceritakan kepada Kungcu kesulitan yang dialami oleh Siauwmoy…!” kata Kim Lian.
Oey Yok Su telah mendengarkan baik-baik penjelasan, Wanita itu, dengan pikiran tidak menentu. Disaat itulah tampak Kim Lian sambil tersenyum-senyum telah meneruskan perkataannya: „Sesungguhnya Siauwmoy tengah membutuhkan sekali pertolongan seorang pemuda yang tampan dan gagah, memiliki kepandaian sinkang yang tinggi…..!”
Kata-kata wanita itu mengejutkan Oey Yok Su, karena dengan berkata begitu wanita tersebut tentunya mengetahui bahwa dirinya mengerti ilmu silat dan memiliki sinkang yang tinggi. Tetapi Oey Yok Su saat itu masih mau menduga mungkin wanita ini diganggu oleh orang jahat yang memiliki kepandaian tinggi, sehingga, ia perlu mencari tuan penolongnya itu seorang yang memiliki sinkang mahir sekali.
Maka ia bertanya: „Orang jahat manakah yang telah mengganggu Kouwnio ?”.
Wanita itu menggelengkan kepalanya sambit tersenyum lebar.
„Tidak ada orang jahat yang mengganggu Siauwmoy !” kata wanita tersebut.
„Tetapi justru bantuan seorang pemuda seperti engkau sangat Siauwmoy butuhkan! Bukankah engkau belum menikah ?”.
Ditanya persoalan menikah, muka Oey Yok Su iadi merah, ia jadi tidak mengerti mengapa wanita ini justru menanyakan hal itu.
„Apa hubungannya kesulitan Kouwnio dengan persoalan menikah atau belumnya diriku?” tanya Oey Yok Su kemudian.
„Kau akan mengetahuinya nanti, sekarang jawablah dulu pertanyaanku itu, bukankah Kongcu belum menikah ?”.
Oey Yok Su telah mengangguk. „Ya”, sahutnya kemudian.
„Bagus !” kata wanita she Bong tersebut.
„Dengarlah serkarang, telah dua tahun Siauwmoy mencari seorang pemuda seperti Kongcu, tetapi selama itu Siauwmoy masih juga belum berhasil……..dan diperkampungan dipesisir pantai itu memang terdapat banyak pemuda-pemuda yang memiliki tenaga yang kuat, namun sayangnya selain muka mereka buruk, juga mereka tidak mengerti sedikitpun sinkang dan ilmu tenaga dalam lainnya………..sehingga percuma saja mereka tidak bisa membantuku…!”.
Oey Yok Su hanya memandang wanita itu menjelaskan kesulitannya dengan berdiam diri, karena Oey Yok Su benar-benar jadi heran dan diliputi tanda tanya entah apa sesungguhnya yang dikehendaki oleh wanita tersebut.
„Tetapi rupanya Thian memang maha adil dan maha kuasa, siapa tahu hari ini Siauwmoy telah beruntung dapat bertemu dengan Kongcu.
Disamping Kongcu sangat tampan, pula memiliki sinkang yang tinggi sekali.
Siauwmoy mengetahui itu, karena melihat sinar mata Koagcu yang tajam sekali, dan juga langkah kaki Kongcu yang ringan telah menunjukkan bahwa Kongcu memiliki ginkang (ilmu meringankan tubuh) yang mahir. Hal itu tidak bisa terlepas dari mataku, bahwa Kongcu walaupun berusia masih sangat muda, tokh telah memiliki kepandaian yang sangat tinggi…!”.
„Jadi…apa maksud Kouwnio sesungguhnya ?” tanya Oey Yak Su sambil mengawasi wanita tersebut, ia merasakan sesuatu yang tidak enak pada dirinya, tubuhnya seperti menguap dan lemas tidak bertenaga. Hal ini merupakan perobahan yang mengejutkan Oey Yok Su, ia jadi heran dan berusaha menyalurkan tenaga sinkangnya diam-diam, dan berusaha menindih perasaan lemasnya itu. Namun ia tidak berhasil, tubuhnya dirasakan lesu seperti tidak bertenaga. Hal ini tambah mengejutkan Oey Yok Su, ia tidak mengetahui mengapa dirinya jadi lesu demikian.
Saat itu Bong Kim Lian telah tertawa sambil berkata lagi: „Sesungguhnya maksud Siauwmoy memang ingin meminta bantuan Kongcu ini, tergantung dari Kongcu juga hendak meluluskannya atau tidak…!”.
„Jika memang Kouwnio belum menjelaskan urusan apa yang dapat kutolong, bagaimana dapat kukatakan sanggup atau tidak menolong Kouwnio ?”.
„Baiklah”, kata Bong Kim Lian kemudian sambil tersenyum.
„Sesungguhnya aku tengah dalam kesulitan karena melatih semacam ilmu…”.
„Kesulitan karena melatih diri dalam semacam ilmu?” tanya Oey Yok Su tambah heran.


ILMU ARWAH DINGIN DAN PANAS (IM YANG HUN)
BAGIAN 19.2

„APAKAH KOUWNIO menghendaki petunjuk-petunjukku……?”.
„Bukan…ilmu itu merupakan ilmu yang hebat sekali, mungkin Kongcu sendiri belum mengetahui ilmu itu…!” menyahuti Bong Kim Lian.
Muka Oey Yok Su jadi berobah merah.
„Ya, memang sepantasnya jika Kouwnio meminta petunjuk kepada golongan locianpwe, bukankah kalangan tua itu bisa menolong? Sedangkan aku sendiri masih berusia muda, tentu tidak mungkin bisa memberikan banyak petunjuk”
Bong Kim Lian telah tertawa.
„Justru yang kukehendaki bukannya petunjuk darimu, adalah keinginanku untuk memperoleh sesuatu dari kau ! ” sahut Bong Kim Lian.
„Apa itu ?” tanya Oey Yok Su.
Bong Kim Lian bangun dari duduknya, ia telah berkata : „Mari kau ikut aku kesebuah ruangan untuk melihat sesuatu, mungkin kelak kau akan mengetahuinya ..!”.
Oey Yok Su kaget, dia jadi ragu-ragu.
Ikut dengan wanita cantik itu masuk kesebuah ruangan ?
Untuk apa ?
Bukankah hat itu tidak sopan jika diketanui orang lain ?
Tetapi Bong Kim Lian telah melambaikan tangannya mengajak Oey Yok Su untuk memasuki sebuah ruangan.
Akhirnya Oey Yok Su mengikuti juga dibelakang gadis itu memasuki sebuah ruangan disebelah kanan rumah itu. Dan begitu masuk kedalam ruangan itu Oey Yok Su jadi berdiri tertegun.
Ruangan itu merupakan ruangan yang kosong tidak terdapat sepotong barangpun juga. Dan keadaan diruangan itupun dingin. Yang membuat Oey Yok Su jadi tertegun justru ia melihat undakan anak tangga yang menuju kebawah tanah.
„Inilah jalan rahasia……!” pikir Oey Yok Su didalam hatinya.
„Sekarang kita menuruni undakan anak tangga itu untuk mencapai sebuah tempat, dimana kelak engkau akan mengetahuinya sendiri apa yang kukehendaki……!” mengajak Bong Kim Lian.
Oey Yok Su yang tengah diliputi oleh tanda tanya didalam hatinya oleh tindak-tanduk wanita cantik tersebut yang penuh rahasia dan membingungkan, hanya mengangguk sambil mengikuti dibelakangnya.
Mereka telah menuruni undakah anak tangga itu. Tetapi hati Oey Yok Su kembali jadi tergoncang, karena ia merasakan sepasang kakinya lemas seperti tidak memiliki tenaga, setiap kali ia melangkah menuruni undakan anak tangga, ia merasakan kakinya agak tergetar.
Oey Yok Su juga tidak tahu dia akan diajak kemana, entah ruangan dibawah tanah itu merupakan ruangan bagaimana.
Tetapi Bong Kim Lian telah menuruni terus undakan anak tangga, sampai akhirnya menikung kekiri dan kekanan sebanyak tiga kali.
Tibalah mereka disebuah ruangan bawah tanah yang cukup luas.
Tetapi ruangan itu seperti ruangan diatas, tidak terdapat sepotong bendapun juga.
Hanya terlihat disudut ruangan ada sebuah kayu yang lebar.
Lain dari itu tidak ada apa-apa lagi.
„Apa maksud Kouwnio mengajakku kemari ?” tanya Oey Yok Su selang sejenak setelah mengawasi ruangan itu.
Bong Kim Lian tersenyum, sikapnya tambah genit sekali.
„Kongcu, kau pandanglah aku…lihatlah, apakah aku cantik ?” tanya Bong Kim Lian.
Darah Oey Yok Su jadi mendesir.
„Celaka, wanita ini tampaknya bukan wanita baik-baik…!” pikir Oey Yok Su.
la memang kurang pengalaman, karena baru sekarang ia berkelana dan belasan tahun berada dipulau Tho Hoa To, jauh dari pergaulan dengan masyarakat.
Sekarang melihat sikap wanita cantik yang genit ini, hatinya jadi tidak tenang.
„Kongcu”, kata Bong Kim Lian lagi.
„Kau telah Iihat, bukan ? Cantikkah aku ?”
Oey Yok Su jadi berobah mukanya merah dan panas, ia jadi tidak tenang.
„Sesungguhnya apa yang dikehendaki oleh Kouwnio ?” tanya Oey Yok Su lagi.
„Aku menginginkan pertolonganmu”, sahut Bong Kim Lian.
„Tetapi jika memang engkau benar-benar dalam kesulitan, mengapa Kouwnio mengajak aku kemari ?” tanya Oey Yok Su, hatinya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat ini.
„Justru ditempat inilah Kongcu bisa memberikan bantuanmu…!”.
„Mengapa harus disini ?” Bong Kim Lian tertawa.
„Kau akan segera mengetahuinya, Kongcu !” sahutnya.
Sambil tetap tersenyum, tiba-tiba tangan Bong Kim Lian telah membuka pakaian luarnya dilemparkan kesamping, sehingga ia berdiri dihadapan Oey Yok Su hanya dengan tubuh terbungkus pakaian dalam.
„Lihatlah Kongcu, pandanglah, tidakkah tubuhku sangat indah ?” tanyanya.
Tubuh Oey Yok Su jadi gemetar karena marah, ia telah berkata sengit: „Engkau ternyata bukan manusia baik-baik ! Aku tidak bisa menolongmu…aku akan segera pergi !”.
Dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su membalikkan tubuhnya, ia bermaksud menaiki undakan anak tangga.
Tetapi kakinya semakin lemas seperti tidak bertenaga, sehingga lambat sekali ia mendaki ,undakan anak tangga itu.
Kim Lian telah tertawa.
„Mau kemana kau, Kongcu ?” tegurnya.
„Bukankah ditempat lni tenang dan nyaman ? Apakah engkau benar-benar tidak bersedia meno!ongku ?”
„Tetapi jika menolongmu untuk melakukan perbuatan mesum dan kurang ajar, aku tidak bersedia…!” menyahuti Oey Yok Su dengan suara ketus karena jengkel dan mendongkol.
„Duduklah disini dulu, aku akan menceritakan, nanti engkau akan mengetahuinya”, kata Bong Kim Lian sambil menunjuk kearah lempengan kayu yang terdapat disudut ruangan tersebut.
Oey Yok Su sebetulnya mau menjejakkan kakinya untuk melompat lebih cepat menaiki undakan anak tangga itu, namun justru kakinya semakin lemas tidak bertenaga, seperti ada sesuatu yang mempengaruhi dirinya.
Hal ini telah mengejutkan Oey Yok Su, ia sampai mengeluarkan suara seruan tertahan.
Bong Kim Lian telah tersenyum.
„Kongcu, tadi engkau telah meminum the yang kusajikan…!” kata Bong Kim Lian.
Belum lagi wanita cantik itu menyelesaikan perkataannya, Oey Yok Su jadi tambah terkejut. la teringat sesuatu.
„Perempuan jahat, apakah engkau menaruh racun dalam teh yang kau sajikan untukku ?” tanya Oey Yok Su kemudian sambil menoleh dan menatap wanita cantik she Bong dengan sorot mata yang tajam.
„Bukan racun…!” sahut Bong Kim Lian tertawa.
„Aku hanya menaruhkan obat pelemas saja, juga bukan obat tidur. Engkau telah memakan obat pelemas itu, maka semangat’ dan tenagamu lenyap, engkau sudah tidak memiliki tenaga lagi ! Maka engkau jangan memaksa aku memperlakukan engkau dengan sikap Yang kurang baik…….lebih baik dan bijaksana jika engkau secara baik-baik menuruti keinginanku untuk bercakap-cakap mendengarkan penjelasanku, akan kebutuhanku meminta pertolonganmu…!”.
Oey Yok Su kaget, tetapi ia cerdas. Jika ia menentang kata-kata wanita itu, tentu ia akan dicelakai oleh wanita yang ternyata memiliki hati tidak baik itu.
Akhirnya Oey Yok Su mengangguk juga.
„Baiklah, katanya. „Katakan, pertolongan apa yang bisa kuberikan kepadamu ? Berikan obat penawar agar tenagaku pulih seperti sedia kala…dengan tenaga yang lemah seperti ini, bagaimana aku bisa membantumu”.
Bong Kim Lian tertawa lagi.
„Sabar, nanti juga aku akan memberikan obat penawarnya…! Sekarang engkau duduk dulu dipapan itu, aku akan menceritakan kesulitanku !”
Oey Yok Su dengan sepasang kaki yang lemas, telah melangkah menghampiri papan itu, dia duduk disitu dengan perasaan tidak menentu, marah, mendongkol dan sengit menjadi satu. Ia menyesal telah begitu mudah mempercayai wanita ini dan ikut kerumahnya. Bukankah jika ia tidak melayaninya waktu mereka bertemu ditengah jalan, tidak akan terjadi peristiwa seperti ini ?
Setelah melihat Oey Yok Su duduk dipapan itu, wanita she Bong tersebut telah melangkah mendekati dengan goyang pinggulnya yang menggiurkan.
Oey Yok Su tidak berani menatapnya, pemuda ini hanya menundukkan kepalanya.
Bong Kim Lian kemudian duduk dihadapan Oey Yok Su, harum tubuhnya menyambar hidung Oey Yok Su, sehingga hati pemuda ini semakin tidak tenang.
„Kongcu, sesungguhnya aku memang tengah mengalami sedikit kesulitan”, kata Bong Kim Lian.
„Telah cukup lama aku melatih diri untuk ilmu Im Yang Hun (Arwah Dingin dan Panas), yang memiliki sifat berlawanan, yaitu sifat wanita dan sifat pria…!
Justru jika hawa murni wanita yang telah kumiliki ini digabungkan dengan hawa murni seorang pria yang perjaka, maka akan memperoleh gabungan tenaga yang bukan main kuatnya. Itulah yang ingin kumiliki. Namun sayangnya sejauh itu belum ada pemuda yang cocok dengan seleraku, yang cocok untuk membantu aku…!”.
Bong Kim Lian berdiam sejenak, ia mengawasi Oey Yok Su.
Sedangkan hati Oey Yok Su jadi semakin tidak tenang, ia menunduk dengan muka yang merah panas dan hati marah sekali. Ia merasa telah tertipu dan sekarang ia yakin hahwa wanita cantik she Bong yang sekarang ada dihadapannya ini bukanlah seorang
„Hemm”……, Bong Kim Lian mendengus dingin
„Engkau memperlihatkan sikap seperti tidak menyukai aku ! Tetapi tahukah engkau, ribuan pria mendambakan kehangatan tubuhku ! Tetapi itu tidak penting, karena justru aku menghendaki pemuda yang bisa memberikan tenaga Yang kepada hawa Im yang kumiliki, agar semangat murni yang tengah kulatih itu, Im Yang Hun, dapat tercapai sempurna…!
Untuk itu aku harus memperoleh delapan belas orang pemuda perjaka…… dan sejauh ini aku telah memperoleh sepuluh orang. Sayangnya mereka hanya memiliki kepandaian silat tanpa tenaga sinkang yang berarti. Justru sekarang aku melihat engkau, aku yakin bahwa engkau memiliki sinkang yang kuat sekali, maka aku gembira sekali, engkau akan bisa membantu aku menyempurnakan ilmu itu.
Oey Yok Su jadi mandi keringat dingin, ia mengerti kemana tujuan dari perkataan Bong Kim Lian. la berdiam diri dengan otak bekerja keras mencari jalan untuk melarikan diri dari wanita cantik yang genit dan berbahaya ini. Tetapi sayangnya justru tenaganya seperti telah lenyap dari tubuhnya, sehingga ia sama sekali tidak akan bisa memberikan perlawanan kepada Bong Kim Lian.
Apa lagi Oey Yok Su ingat bahwa Bong Kim Lian juga merupakan seorang yang tampaknya memiliki kepandaian tidak rendah, dilihat dari gerak-geriknya tentu sinkang dan ginkangnya cukup tinggi.
„Lalu apa yang kau kehendaki dari aku?” tanya Oey Yok Su dengan suara tidak begitu lancar.
„Aku menghendaki hawa murnimu, sebagai seorang perjaka, tentu hawa murnimu masih penuh…! Yang terpenting adalah hawa „Yang” yang kubutuhkan itu !”
Muka Oey Yok Su jadi berobah pucat, ia mengerti bahaya yang akan mengancam dirinya.
„Tetapi tidak, bisa engkau meminta pertolongan dengan cara memaksa seperti itu…!”.
„Jika tidak dengan cara memaksa seperti ini, tentu engkau tidak bersedia menolong, itu sudah pasti !”.
Oey Yok Su mengeluh.
Sedangkan Bong Kim Lian telah tertawa lagi dengan suara yang genit.
„Engkau telah melihat bukan betapa cantiknya aku ?” tanya Bong Kim Lian.
Oey Yok Su berdiam diri saja.
„Dan bentuk tubuhku indah sekali, bukan?” tanya Bong Kim Lian sambil menggerakkan tu-buhnya menggeliat.
Oey Yok Su tidak berani melihat gerak-gerik siwanita cantik itu, yang merangsang sekali.
Bong Kim Lian telah tertawa lagi.
„Hemm….., sebagai seorang pemuda tentu engkau senang sekali bisa mendekap tubuhku yang hangat, bukan ?” tanya Bong Kim Lian lagi.
„Tetapi aku…aku tidak mau melakukan perbuatan mesum ini…aku tidak bersedia membantumu !” kata Oey Yok Su marah.
„Engkau hanya pura-pura anak muda !” kata Bong Kim Lian tertawa genit.
„Engkau tidak perlu jual mahal…!”.
„Aku lebih baik mati dari pada harus melakukan perbuatan mesum seperti itu !” kata Oey Yok Su tegas.
Tetapi Bong Kim Lian tidak memperdulikan sikap Oey Yok Su. la justru telah melepaskan pakaian dalam bagian atasnya.
Betapa merangsang sekali.
Oey Yok Su sedikitpun tidak berani mengangkat kepalanya, ia telah menunduk dalam-dalam.
Bong Kim Lian telah mendekati Oey Yok Su, wanita cantik ini telah mengulurkan kedua tangannya, ia bermaksud memeluk Oey Yok Su.
Tetapi Oey Yok Su coba mengelak sambil mendorong tubuh wanita itu.
Namun tenaganya seperti lenyap, ia seperti mendorong perlahan.
Celakanya, justru kedua tangan Oey Yok Su yang dipergunakan untuk mendorong wanita itu jatuh didada siwanita, sehingga Oey Yok Su bisa memegang bagian yang lembut dan lunak padat.
Sama sekali Bong Kim Lian tidak berusaha mengelakkan diri, ia membiarkan tangan Oey Yok Su jatuh didadanya, justru kedua tangannya telah diulurkan dan memeluk Oey Yok Su.
Keruan Oey Yok Su kelabakan, ia berusaha meronta.
Tetapi Oey Yok Su mana bisa. melepaskan diri dari pelukan Kim Lian ?
Tenaga Oey Yok Su memang seperti telah lenyap dari tubuhnya, ia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk rapat meronta.
Sedangkan Bong Kim Lian begitu rakus menciumi sipemuda. la bermaksud untuk menarik daya rangsang sipemuda.
„Oey Yok Su yang telah tidak berdaya jadi berdiam diri, ia telah menyalurkan tenaga sinkangnya mengatur pernapasannya, agar ia tidak bisa dikuasai oleh nafsunya.
Bong Kim Lian jadi mendongkol.
„Engkau terlalu bertingkah !” katanya.
„Tahukah engkau, betapa banyak pria yang menghendaki tubuhku yang elok ini !”
Tetapi Oey Yok Su berdiam diri saja.
Bong Kim Lian telah tertawa dingin lagi.
„Hemm….., apakah engkau pikir bisa menolak keinginanku ?” kata Bong Kim Lian.
Jangan harap.
Aku bisa saja memberikan engkau obat perangsang…..diwaktu itu aku ingin melihat apakah engkau tidak akan berobah seperti anjing yang mendambakan daging mengejar-ngejar diriku…!”
Mendengar ancaman Bong Kim Lian, tubuh Oey Yok Su jadi menggigil.
Memang tidak mustahil dalam keadaan tidak berdaya seperti itu, Kim Lian bisa saja memberikan kepadanya obat perangsang, tentunya dengan cara yang memaksa.
Bukankah dia memang sedang dalam keadaan tidak berdaya ?
Karena teringat begitu, tubuh Oey Yok Su jadi menggigil karena marah dan ngeri
„Jangan engkau ganggu diriku…!” kata Oey Yok Su kemudian.
„Aku mohon kepadamu, agar tidak mengganggu diriku,Lepaskan aku……”
Tetapi Bong Kim Lian telah tertawa dingin; katanya : „Setelah engkau jatuh ditanganku; jangan harap engkau bisa meloloskan diri…!
Hemm, terlebih lagi sekarang engkau demikian keras kepala, maka aku bisa saja melakukan apa-apa untuk memaksamu. .!”.
Sambil berkata begitu, Bong Kim Lian, telah metepaskan pelukannya pada Oey Yok Su,. ia telah berdiri dan membuka seluruh sisa pa:kaiannya, sehingga ia berdiri dihadapan Oey Yok Su dalam keadaan polos. Malah tubuhr,,ya digerakkan meliuk-liuk dengan gerakan merangsang, untuk menarik daya rangsang Oey Yok Su.
Hal ini membuat Oey Yok Su sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya untuk memandang Kim Lian.
Wanita itu telah meliuk-liuk dengan kedua tangan mempermainkan tubuhnya sambil memperdengarkan suara desis-desis untuk membangkitkan kelaki-lakian Oey Yok Su.
Walaupun bagaimana Oey Yok Su adalah seorang pemuda yang baru besar. Maka menghadapi keadaan sperti ini, hatinya jadi tertekan sekali.
Terlebih lagi memang disaat itu ia dalam keadaan tidak berdaya, dimana tenaganya seperti telah lenyap dari tubuhnya dikuasai oleh obat pelemas yang ditaburkan Kim Lian didalam teh yang telah diminumnya. Maka jalan satu-satunya untuk Oey Yok Su, ia hanya duduk bersemadhi untuk mengatur pernapasannya dan menjernihkan pikirannya.
Tetapi karena Bong Kim Lian terus menerus melakukan gerakan-gerakan untuk membujuk dan merayunya, maka disaat itulah ia telah menyiksa Oey Yok Su dengan perasaan yang tidak menentu.
Oey Yok Su merasakan pipinya sangat panas.
Dan waktu itu Bong Kim Lian dalam keadaan polos telah mendekati Oey Yok Su, ia telah duduk diatas lempengan papan dan berhadapan dengan Oey Yok Su, sehingga walaupun Oey Yok Su tidak mau melihatnya, tokh ia tetap bisa melihat bentuk tubuh wanita cantik ini.
Oey Yok Su cepat-cepat memejamkan sepasang matanya.
Tetapi Bong Kim Lian telah mempergunakan jari-jari tangannya membuka kelopak mata Oey Yok Su.
Sehingga walaupun Oey Yok Su ingin memejamkan matanya, tidak bisa dilakukannya, tetap ia bisa melihat bentuk tubuh Kim Lian, membuat pemuda ini jadi mengeluh.


ILMU ARWAH DINGIN DAN PANAS (IM YANG HUN)
BAGIAN 19.3


SEBETULNYA Oey Yok Su bermaksud meadorong tubuh Kim Lian, tetapi pemuda ini kuatir kalau-kalau nanti ia seperti tadi, mendorong pada bagian buah dada Kim Lian.
Maka akhirnya Oey Yok Su jadi berdiam diri dengan sikap serba salah.
Tetapi walaupun demikian, Oey Yok Su telah menerima latihan dan gemblengan yang kuat dari seorang guru yang hebat seperti Tang Cun Liang, dimana gurunya itu merupakan seorang tokoh persilatan yang sakti sekali. Maka Oey Yok Su telah terlatih hati dan kekuatan bathinnya, tidak mudah ia terjatuh dalam bujuk rayu Bong Kim Lian, walaupun wanita tersebut telah memeluknya dan membisikkan kata-kata bujukan yang tidak kenal malu.
Melihat Oey Yok Su masih bisa bertahan terus, akhirnya Bong Kim Lian jadi mendongkol, dia telah melepaskan rangkulannya.
„Baiklah….”, katanya.
„Jika memang engkau tetap membandel tidak mau bersikap lembut dan halus untuk bercinta, aku akan mempergunakan paksaan menelanjangimu…!”.
Mendengar ancaman Bong Kim Lian, tubuh Oey Yok Su jadi menggigil, ia percaya Kim Lian bisa saja melakukan apapun juga disaat tubuhnya tengah lemah seperti sekarang.
Tetapi walaupun demikiam, Oey Yok Su menjadi nekad, ia telah berkata : „Baiklah, engkau mau membinasakan aku, bunuhlah! Tetapi jangan harap engkau bisa memperoleh hawa murni Yang dari tubuhku…!”.
Bong Kim Lian tertawa.
„Engkau tetap tidak mau menuruti keinginanku ?” tanya Bong Kim Lian.
„Engkau mengapa melatih diri dengan ilmu sesat seperti itu ?” tanya Oey Yok Su penuh kemarahan. „Bukankah masih banyak ilmu lain yang lurus dan bersih…?”
„Kau tahu, ilmu yang kulatih ini merupakan ilmu yang hebat sekali, ilmu yang tidak ada duanya didalam rimba persilatan……aku telah melatihnya selama lima puluh tahun, dan baru sekarang berhasil…!”.
Oey Yok Su merasakan semangatnya seperti terbang meninggalkan raganya, dengan mata terpentang lebar mengawasi tidak percaya dia berkata :„Engkau…….engkau telah melatih diri lima puluh tahun lebih…….?”
Bong Kim Lian mengangguk.
„Lalu…….berapa usiamu ?”
„Aku telah hampir delapan pulub tahun hidup didunia ini……..!”.
„A…….apa ?” tanya Oey Yok Su yang merasakan tubuhnya gemetar.
Kalau begitu siwanita cantik yang tampaknya baru berusia dua puluh tahun lebih itu adalah seorang wanita yang telah lanjut usianya.
Telah hampir delapan puluh tahun, berarti telah menjadi seorang nenek-nenek.
Namun herannya, mengapa tubuhnya begitu halus dan padat berisi, juga wajahnya begitu muda ? Sedangkan usianya telah begitu lanjut?
Melihat Oey Yok Su terdiam karena diliputi perasaan heran, seperti tidak mempercayai perkataannya, Bong Kim Lian telah tertawa. „Aku tidak bicara dusta padamu…….memang usiaku hampir delapan puluh tahun”, katanya.
„Tetapi berkat Im Yang Hun yang kulatih itu, maka aku bisa menjaga dan mengabadikan kecantikan yang kumiliki ini !
Malah jika aku bisa berhasil mencapai puncak kesempurnaan ilmuku itu, aku bisa hidup seratus tahun dengan keadaan tubuh yang tetap cantik dan muda…
Itulah pentingnya ilmu yang kulatih ini, untuk memelihara keawetan muda usiaku…!”
Tubuh Oey Yok Su jadi menggigil lagi. Rupanya disaat ini ia tengah berhadapan dengan seorang nenek-nenek, bukan seorang wanita cantik muda usia.
„Kau…kau…!” kata Oey Yok Su sambil menunduk, ia tidak tahu apa yang harus diucapkannya.
Bong Kim Lian telah berkata dengan suara yang dingin : „Engkau masih tidak mau menuruti keinginanku ?”
Oey Yok Su menggelengkan kepalanya, entah mengapa ia jadi begitu ngeri membayangkan wanita muda dihadapannya ini tidak lain dari seorang nenek-nenek.
„Hemm…..!” mendengus Bong Kim Lian dengan suara yang dingin.
„Baiklah, aku akan mempergunakan obat perangsang untuk menjatuhkanmu…! “
Setelah berkata begitu, Bong Kim Lian memutar tubuhnya, ia bermaksud meninggalkan Oey Yok Su.
Tetapi Oey Yok Su tahu bahwa wanita itu bermaksud akan mengambil obat yang dinamainya dengan nama obat perangsang.
Hati Oey Yok Su jadi tergoncang keras, karena ia menyadari kalau sampai ia kena dicekoki obat perangsang itu berbahayalah dirinya, sebab ia akan terangsang dan lupa diri, dimana dia yang akan menjadi binal dan… buas…!
Sedangkan Bong Kim Lian dalam keadaan polos dan tidak mengenakan pakaian sama sekali telah melangkah menaiki undakan anak tangga. la melangkah dengan tindakan kaki yang perlahan dan sekali-sekali menoleh kepada Oey Yok Su sambil melontarkan senyumnya, senyum yang genit sekali mengandung rangsangan.
Oey Yok Su benar-benar tertekan oleh perasaannya, ia tidak tahu entah dengan cara bagaimana ia bisa meloloskan din dari wanita yang genit dan binal ini, yang sangat berbabaya sekali…
Setelah melihat Bong Kim Lian lenyap diruangan atas, Oey Yok Su memutar keras otaknya.
la mengawasi sekelilingnya untuk mencaricari tempat yang bisa dipergunakan untuk melarikan diri.
Tetapi sayangnya ruangan itu berada dibawah tanah, sehingga tidak ada bagian yang bisa dipergunakan oleh Oey Yok Su untuk melarikan diri.
Jalan satu-satunya yang ada disaat itu adalah menerobos undakan anak tangga. tetapi jelas ia akan berpapasan dengan Bong Kim Lian berarti ia tidak mungkin bisa melarikan diri.
„Sedang Oey Yok Su diliputi perasaan bingung seperti itu, ia mendengar suara langkah kaki lagi,” yang tengah menuruni undakan anak tangga.
Butir-butir keringat Oey Yok Su jadi mengucur keluar deras sekali.
la telah berkata didalam hatinya : „Celakal Ternyata sulit sekali aku bisa meloloskan diri dari wanita jahat ini !”
Dan waktu itu memang segera muncul Bong Kim Lian, ditangan wanita itu menggenggam sesuatu, sebuah bungkusan kecil.
Oey Yok Su tahu apa artinya bungkusan itu, tentunya berisi obat perangsang yang dikatakan oleh Bong Kim Lian tadi, yang tentu akan diberikan kepadanya.
Oey Yok Su jadi mengeluh, tetapi dia benar-benar dalam keadaan tidak berdaya.
Disaat itu, waktu Bong Kim Lian telah berada dekat dengan dirinya, tiba-tiba Oey Yok Su melompat berdiri, dia bermaksud akan berlari menaiki undakan anak tangga itu.
Namun tangan Bong Kim Lian bergerak cepat sekaii, dia telah mengulurkan tangannya itu mencengkeram punggung Oey Yok Su, kemudian tubuh pemuda tersebut telah dilemparkannya kembali kepapan yarg terletak disudut ruangan. Oey Yok Su jatuh terduduk dipapan itu.
Pemuda ini benar-benar putus asa, ia tidak tahu entah bencana bagaimana yang akan menimpah dirinya. Tampaknya memang sulit sekali ia mengelakkan dan meloloskan diri dari wanita yang mengaku bernama Bong Kim Lian ini, yang sesungguhnya seorang nenek-nenek tua yang berusia hampir delapan puluh tahun !
Tiba-tiba terdengar suara seseorang berkata: „Kemana penghuni rumah ini ?”
Bong Kim Lian jadi berobah mukanya, ia telah melompat berdiri.
Namun ia berdiam diri saja, karena ia tahu jika ia bersuara, tentu orang yang berada diruangan atas itu akan menuju keruangan bawah ini.
Sedangkan Oey Yok Su yang semula telah putus asa, jadi timbul harapannya lagi.
Dia sengaja telah mengeluarkan suara teriakan yang nyaring, maka disaat itu terdengar suara orang menuruni undakan anak tangga.
Muka Bong Kim Lian jadi berobah lagi, cepat-cepat wanita genit ini menyambar pakaiannya, yang dikenakannya.
Waktu itu telah terdengar suara orang berkata lagi: „Hemm…., kiranya penghuni rumah ini lebih senang tinggal seperti seekor tikus, dibawah tanah…!”.
Dan berbareng dengan habisnya suara itu, tampak sesosok tubuh telah muncul ditingkat bawah undakan anak tangga.
Waktu melihat orang yang muncul, hati Oey Yok Su jadi girang.
Lu Liang Cwan !
Ya, tokoh sakti yang hanya mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit binatang buas itu, telah muncul disaat yang tepat.
„Lu Cianpwe……tolonglah aku……!” teriak Oey Yok Su.
Waktu itu Bong Kim Lian telah selesai mengenakan pakaiannya, mukanya merah padam, karena dia marah dan mendongkol merasa terganggu oleh kedatangan Lu Liang Cwan.
Karena sebentar lagi tentu Oey Yok Su akan dapat ditundukkannya.
Justru kedatangan orang asing ini bisa membuat gagalnya rencana wanita she Bong tersebut.
Sedangkan Lu Liang Cwan telah berdiri kesima sejenak waktu melihat keadaan Oey Yok Su yang sedang lemas. Juga didalam ruangan bawah tanah ini terdapat seorang wanita cantik, yang rambutnya acak-acakan, maka dia segera menduga telah terjadi sesuatu yang kurang baik antara Oey Yok Su dengan wanita cantik itu.
Setelah mengawasi sekian lama dengan tertegun, Lu Liang Cwan mengeluarkan suara tertawa yang cukup keras.
„Aha, kiranya sibocah she Oey seorang bebogoran yang hanya senang bersenda gurau dengan wanita cantik !” berseru Lu Liang Cwan.
Muka Oey Yok Su jadi merah padam, karena ia malu sekali.
Justru waktu itu, Bong Kim Lian telah membentak dengan suara yang keras: „Siapa kau. ? Mau apa kau lancang datang ketempat ini ?”.
Lu Liang Cwan mengeluarkan lidahnya panjang-panjang, lalu tertawa.
„Jangan galak-galak nona manis…!” katanya kemudian.
„Bukankah engkau sama bejadnya dengan pernuda she Oey itu ? Hemm……., manusia-manusia mesum yang berani melakukan jinah seperti kalian merupakan manusia-manusia yang tidak punya guna dan memalukan…!”.
Muka Bong Kim Lian jadi berobah, ia telah berkata lagi disertai kemarahannya: „Katakan siapa namamu dan mau apa engkau datang kemari ? Jika engkau tidak memiliki urusan apa-apa, silahkan meninggalkan tempat ini !”
„Sabar….! Mengapa engkau demikian tidak sabar untuk melakukan perbuatan mesum lagi dengan sibocah she Oey yang bejad itu…….?”
Bong Kim Lian rupanya sudah tidak bisa mempertahankan diri, ia telah mengeluarkan suara seruan yang, cukup nyaring, dengan menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya telah melompat dengan cepat.
Disaat itu tangannya yang berjari lentik bergerak akan menotok Lu Liang Cwan.
Tetapi mana bisa Bong Kim Lian merubuhkan Lu Liang Cwan dengan cara demikian. Jago sakti she Lu itu adalah seorang yang memiliki kepandaian sangat tinggi, tentu saja dia tidak mau membiarkan dirinya tertotok oleh jari Bong Kim Lian.
Diwaktu itu Oey Yok Su telah berkata derigan tenaga yang masih ada padanya: „Lu Cianpwe, wanita itu adalah wanita mesum, ia berusaha memperkosa diriku……tolongilah aku, Lu Cianpwe……!”
Sebetulnya waktu itu Lu Liang Cwan baru saja mengelakkan totokan jari Bong Kim Lian, tetapi mendengar perkataan Oey Yok Su, dia jadi tertegun dan kaget, dia seperti mendengar sesuatu yang mengejutkan dan janggal sekali.
Bahkan kemudian Lu Liang Cwan tertawa bergelak-gelak.
„Wanita ini ingin memperkosa dirimu ? Seorang wanita ingin memperkosa seorang pemuda ?” dan meledaklah tertawa Lu Liang Cwan.
Namun baru saja ia bermaksud akan bertanya lagi, waktu itu Bong Kim Lian telah melancarkan serangan lagi, sehingga Lu Liang Cwan terpaksa mengelakkan diri dulu.
„Benar Lu Cianpwe…!” kata Oey Yok Su cepat. .Ia bermaksud memperkosa diriku…ia juga meracuni air minum yang diberikannya kepadaku, sehingga sekarang aku sangat tersiksa sekali…..l”.
Mendengar perkataan CYy Yok Su yang terakhir, barulah Lu Liang Cwan mengerti.
„Hemm…….., jadi perempuan ini seorang wanita mesum yang senang mengganggu pemuda ?” tanyanya.
Dan ia telah mengelakkan lagi serangan Bong Kim Lian.
Namun bersamaan dengan itu, Lu Liang Cwan tidak tinggal diam saja, ia telah melancarkan serangan balasan untuk mendesak Bong Kim Lian.
Serangan yang dilancarkannya tidak kalah hebatnya, karena serangan itu merupakan pukulan yang bisa mematikan. Sebagai seorang tokoh sakti rimba persilatan, Lu Liang Cwan memang memiliki ilmu silat yang aneh-aneh dan menakjubkan sekali.
Maka dari itu Bong-Kim Lian yang semula hanya menduga Lu Liang Cwan adalah jago biasa saja, jadi kaget dan tidak berani berlaku lambat, ia telah mengelakkan diri dengan gerakan yang cepat sekali.
Kegesitan yang dimiliki Bong Kim Lian tidak berada dibawah kepandaian Lu Liang Cwan.
Dalam waktu yang singkat sekalf, keduanya telah saling serang dengan cepat dan kuat, mereka telah bertempur belasan jurus.
Lu Liang Cwan telah melihatnya bahwa kepandaian Bong Kim Lian tinggi sekali, sehingga jago tua she Lu itu mengerutkan sepasang alisnya, ia telah berpikir: „Usianya masih demikian muda, wanitw siluman ini tampaknya memiliki kepandaian tidak dibawah kepandaian dari si Dewi Bangsat Lauw Cie Lan…!”.
Karena berpikir begitu, Lu Liang Cwan tidak berani bertempur main-main, ia telah berlaku sungguh-sungguh menghadapi wanita tersebut.
Yang kasihan adalah Oey Yok Su, pemuda ini tengah mati-matian mengerahkan tenaga sinkang yang masih ada padanya untuk memulihkan tenaganya yang lenyap.
Keringat telah membanjir keluar dari sekujur tubuh Oey Yok Su.
Ia berusaha duduk bersemadhi dilantai dan mengatur pernapasannya sambil memejamkan mata dan tidak memperdulikan pertempuran yang tengah berlangsung antara Bong Kim Lian dengan Lu Liang Cwan.
Lu Liang Cwan yang melihat keadaan Oey Yok Su, jadi bsrpikir: „Aku tidak boleh terlalu lama melayani wanita ini, aku harus cepat-cepat menundukkannya, agar dapat, menolongi bocah she Oey itu…….”
Dan karena berpikir begitu, Lu Liang Cwan telah melancarkan serangan yang gencar. la telah mendesak Bong Kim Lian.
Wanita she Bong itu jadi terdesak juga, dia sibuk sekali mengelakkan diri dari setiap serangan Lu Liang Cwan, malah sekarang ia sudah tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk balas menyerang.
Waktu itu Lu Liang Cwan telah berkata dengan suara yang nyaring disertai oleh serangannya lagi: „Engkau seorang wanita yang tidak tahu malu………… mengapa engkau mengganggu pemuda seperti dia yang ingin dihancurkan hidupnya?”
„Hemm……, engkau tidak perlu rewel, aku akan melaksanakan apa yang kuinginkan dan engkau tidak berhak mencampuri urusanku ! Akupun akan dapat merubuhkan engkau tua bangka hutan…!”.
Mendengar dirinya disebut sebagai tua bangka hutan, keruan saja membuat Lu Liang Cwan jadi mendongkol. Dia memang telah merasa jemu setelah mengetahui bahwa wanita yang tengah bertempur dengan dirinya ini adalah seorang wanita cabul, maka waktu kemarahan dirinya telah membakar hatinya, ia telah mengeluarkan suara seruan nyaring, dan membarengi dengan itu iapus melancarkan serangan yang gencar.
Bong Kim Lian jadi sibuk sekali mengelakkan ciiri dari setiap serangan yang dilancarkan lawannya. Napas Bong Kim Lian juga jadi memburu keras.
Tetapi sebagai seorang wanita yang memiliki kepandaian tinggi, tentu saja Bong Kim Lian tidak mau menyerah terhadap desakan Lu Liang Cwan.
Beberapa kali ia mengerahkan tenaga sinkangnya untuk mendesak mundur lawannya. Malah suatu kali, dengan cepat tangannya yang disertai sinkang yang kuat telah meluncur akan menghantam dada Lu Liang Cwan.
Serangan itu bukan serangan sembarangan, Lu Liang Cwan juga terkejut.
„Benar-benar hebat wanita cabul ini…….!” pikir Lu Liag Cwan.
Dan cepat Lu Liang Cwan mengempos semangat dan tenaga sinkangnya, ia telah menangkis serangan lawannya dengan kekerasan.
Tenaga yang keras saling bentur satu dengan yang lainnya, memperdengarkan suara menggelegar yang keras sekali, dan Bong Kim Lian maupun Lu Liang Cwan telah terhuyung mundur beberapa langkah.
Bong Kim Lian yang melihat lawannya memang bukan merupakan lawan yang sembarangan, telah mempergunakan kesempatan tersebut untuk menyingkirkan diri.
la menjejakkan kakinya, tubuhnya tetah melompat kedekat undakan anak tangga, lalu berlari gesit sekali menaiki undakan anak tangga itu.
Sebetulnya Lu Liang Cwan ingin mengejarnya, tetapi teringat kepada keadaan Oey Yok Su Lu Liang Cwan telah membatalkan maksudnya itu.
Cepat-cepat Lu Liang Cwan mendekati Oey Yok Su sambil bertanya: „Bagaimana keadaanmu ?”
Oey Yok Su menceritakan apa yang telah dialaminya, dengan suara yang susah payah, karena justru Oey Yok Su masih dikuasai oleh pengaruhnya obat pelemas tubuh itu. Tetapi dengan menceritakan apa yang telah dialaminya itu, membuat Lu Liang Cwan jadi bisa menentukan dengan cara bagaimana ia harus menolongi pemuda ini terlepas dari pengaruh obat pelemasnya Bong Kim Lian.
„Sayang sekali aku tidak memiliki obat penawarnya, tetapi biarlah, aku akan menotokmu tidur selama satu hari, tentu pengaruh obat itu akan lenyap sendirinya…!”.
Dan setelah berkata begitu, Lu Liang Cwan telah menggerakkan tangan kanannya menotok jalan darah Ma-siang-hiat di-iga Oey Yok Su.
Keketika itu juga tubuh Oey Yok Su telah terkulai rubuh diatas lantai.
Dan ia telah tertotok tidur.
Dengan cara demikian, obat pelemas yang sedang bekerja ditubuh sipemuda tidak memiliki arti apa-apa lagi dan tidak terlalu menyiksa Oey Yok Su.
Sedangkan Lu Liang Cwan dengan sabar menantikan disisi sipemuda, untuk menunggui sampai nanti sipemuda telah tersadar dari pingsannya…


ILMU ARWAH DINGIN DAN PANAS (IM YANG HUN)
BAGIAN 19.4


KETIKA Qey Yok Su telah tersadar dari pingsannya, pertama-tama yang dilihatnya waktu ia membuka kelopak matanya, adalah Lu Liang Cwan yang tengah mengawasi padanya.
„Apakah engkau sudah tidak merasakan pengaruhnya obat pelemas itu ?” begitu pertanyaan yang diajukan Lu Liang Cwan, ketika mengetahui Oey Yok Su telah tersadar dari pingsaanya.
Oey Yok Su berusaha untuk duduk, tubuh-nya lemas sekali.
la mengempos semangatnya dan merasakan napasnya itu berjalan Iurus.
„Tidak, Lu Cianpwe…!” katanya kemudian. „Dan, tampaknya pengaruh obat itu telah sirna…! “.
„Bagus !” kata Lu Liang Cwan.
„Maka dilain waktu engkau,harus berlaku lebih hati-hati lagi, jangan sampai terjatuh kedalam pancingan seorang wanita cabul seperti wanita tadi !”.
Oey Yok Su menganggukkan kepalanya : „Untung saja L-u Cianpwe datang tepat pada waktunya, sehingga aku tidak sampai diperkosa oleh wanita cabul itu…!”.
Mendengar perkataan Oey Yok Su, Lu Liang Cwan jadi tertawa keras.
„Lucu sekali !” katanya.
„Justru biasanya yang memperkosa adalah pria, yang memperkosa seorang gadis.
Tetapi sekarang rupanya dunia mau terbalik dan edan, justru wanita yang ingin memperkosa seorang pemuda !” dan setelah berkata begitu, Lu Liang Cwan tertawa bergelak-gelak dengan suara yang keras.
Muka Oey Yok Su berobah merah karena dia merasa malu bukan main.
„Tetapi yang terpenting engkau belum diperkosanya, bukan ?” tanya Lu Liang Cwan lagi.
Oey Yok _Su menggeleng dengan perasaan malu.
„Belum, Lu Cianpwe…!”.
„Bagus ! Dengan demikian hawa murni Yang-mu belum lagi berhasil dihisapnya, sehingga engkau tidak rugi apa-apa…!”.
Muka Oey Yok Su berobah merah lagi.
„Locianpwe, sebetulnya ilmu apakah Im Yang Hun yang dilatihkan oleh wanita itu ?”
„Itulah ilmu sesat. Memang sejak dulu sering kudengar banyak wanita yang mempelajari ilmu itu. Yang terpenting sekali mereka bukan menghendaki memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi justru jika mereka berhasil mempelajari dengan sernpurna ilmu Im Yang Hun tersebut, berarti mereka akan dapat mempertahankan kecantikan tubuh mereka, yang akan tetap awet muda…namun ilmu itu merupakan ilmu sesat !”.
„Benar Loci anpwe.,.!” kata Oey Yok Su.
„Justru menurut pengakuannya, wanita tadi telah berusia delapan puluh tahun…!”.
„Hebat !” berkata Lu Liang Cwan tertawa.
„Engkau melihat sendiri, aku belum lagi berusia delapan puluh tahun, tetapi telah menjadi kakek-kakek, dan begitu juga halnya dengan si Dewi Bangsat Lauw Cie Lan, dia belum berusia sampai delapan puluh tahun, baru setengah baya, namun mukanya telah berkeriput dan menjadi seorang nenek-nenek. Tetapi wanita tadi, yang wajahnya begitu mulus dan cantik, dengan bentuk tubuhnya yang masih padat berisi montok sekali, telah berusia delapan puluh tahun…!
Bukankah itu merupakan suatu hal yang sangat menakjubkan sekali…?”.
Oey Yok Su sendiri menghela napas. Ia tidak mengerti bahwa didalam dunia ini bisa terdapat semacam ilmu sesat seperti Im Yang Hun itu, yang bisa membuat orang awet muda. Namun semakin dipikir, Oey Yok Su jadi ngeri sendirinya, karena ia teringat ilmu semacam itu justru membutuhkan sari keperjakaan puluhan orang pemuda…!
Untung saja Oey Yok Su tidak sampai menjadi korban dari wanita itu, yang telah mahir sekali melatih Im Yang Hun-nya, sehingga tampaknya seperti wanita yang baru berusia delapan puluh tahun !
Kemudian Oey Yok Su telah menoleh kepada Lu Liang Cwan, sambil tanyanya dengan perasaan tidak mengerti : „Lu Locianpwe, jika wanita yang melatih diri ilmu sesat tersebut, apakah mereka tidak akan tersesat dan bercelaka oleh ilmu itu ?”.
Lu Liang Cwan seperti berpikir sejenak, namun akhirnya ia sahut juga : „Apa yang kuketahui, ilmu itu memang sesat, tetapi jika wanita yang melatihnya berhasil memperoleh sari keperjakaan dari pemuda-pemuda yang memang masih benar-benar bersih, tentu ilmu itu tidak akan membawa kecelakaan apa-apa padanya, hanya saja justru hal itu yang ditakuti, bisa membuat mereka panjang umur dan mati lama sekali, jika memang mereka hidup senang didunia, tentu soal itu tidak berarti apa-apa!..namun jika mereka merasa tersiksa hidup didunia, bukankah hal itu malah membuat mereka bersengsara…?”.
Oey Yok Su tertawa.
„Tetapi Lu Locianpwe, justru hal itu tidak mungkin. Seperti wanita she Bong itu, dia hanya berhasil melatih separuh dari ilmu Im Yang Hun namun ia berhasil mempertahankan kecantikan tubuh dan wajahnya, sehingga umumnya wanita cantik disenangi pria. Tidak mungkin mereka akan hidup sengsara…!”.
„Nah, engkau bicara begitu, baiklah aku akan menjelaskan !” kata Lu Liang Cwan.
„Memang wanita yang meyakinkan ilmu Im Yang Hun akan-awet muda, lalu jika mereka menikah, dan suami mereka menjadi tua renta, bukankah mereka jadi tersiksa karenanya ?”.
Oey Yok Su tertawa.
„Kukira wanita sesat seperti itu tidak akan menikah selamanya, ia tentu akan mudah sekali menyerahkan dirinya pada para pemuda…mana mau mereka membiarkan diri mereka jatuh ketangan seorang kakek-kakek ?”.
Mendengar perkataan Oey Yok Su, muka Lu Liang Cwan jadi masam.
„Engkau telah-menyindirku…!” katanya tidak senang.
Melihat keadaan, Lu Liang Cwan, Oey Yok Su jadi kaget, ia cepat-cepat bertanya : „Menyindir Lu locianpwe ?” tanyanya kemudian.
„Ya !” mengangguk Lu Liang Cwan.
„Tetapi Lu locianpwe…aku tidak merasa menyindir Lu Cianpwe…!” kata Oey Yok Su yang jadi bingung dan mengawasi tidak mengerti pada jago tua she Lu itu.
„Heran ?, bukankah tadi engkau mengatakan wanita-wanita cantik yang melatih ilmu Im Yang Hun. tidak. bersedia menyerahkan dirinya pada kakek-kakek ? Bukankah aku ini kakek-kakek ?”.
Dan setelah berkata begitu, Lu Liang Cwan tertawa bergelak-gelak.
Sedangkan Oey Yok Su jadi ikut tertawa.
la baru tahu bahwa Lu Liang Cwaa hanya bergurau saja.
Saat itu, Lu Liang Cwan telah berhenti tertawa dan bertanya dengan sungguh-sungguh : „Bagaimana perasaanmu menyaksikan kecantikan dan tubuh yang padat dari, wanita cabul she Bong itu ?”.
Muka Oey Yok Su jadi berobah merah, ia malu sekali karena menyadari bahwa kakek tua Lu Liang Cwan ini hanya bergurau untuk mempermainkan dirinya.
„Jika memang aku tidak dipengaruhi oleh obat perangsangnya, tentu aku akan bisa memberikan perlawanan, Lu locianpwe…!”.
„Hemm….., enak saja kau bicara…kukira walaupun tanpa obat perangsang, jika aku datang terlambat, engkau telah menyambar dan memeluk tubuh montok itu…!”.
Oey Yok Su. tertawa dengan muka berobah merah.
„Bukankah dia seorang wanita nenek-nenek ?” tanyanya.
„Sekarang kau bisa berkata begitu, tetapi jika dibiarkan terus berdua, tentu engkau yang lebih binal…!” kata Lu Liang Cwan.
Oey Yok Su terpojokkan dan tidak bisa memberikau jawaban lagi, hanya mukanya saja yang berobah merah dan terasa panas sekali.
Tetapi Oey Yok Su kemudian bertanya : „Lu locianpwe, apakah selama aku tertotok tidur, perempuan cabul itu tidak datang lagi ?”.
Lu Liang Cwan mengangguk dua kali „Datang !” sahutnya.
„Datang ?” tanya Oey Yok Su sambil mementang lebar-lebar sepasang matanya.
„Ya, dua kali dia datang kemari…!” kata Lu Liang Cwan.
„Lalu ?”
„Ia minta agar aku mau menyerahkan kau kepadanya, dan ia akan pergi dari tempat ini tidak akan menggangguku lagi…!”.
„Oh……..”
„Untung saja aku tidak kena dibujuk oleh dia, yang selalu main buka baju dan berusaha merayuku dengan kecantikannya itu, kalau tidak tentu engkau akan kuserahkannya pada perempuan cabul itu…!”.
Oey Yok Su jadi menggidik. Bukankah ia akan celaka jika diserahkan Lu Liang Cwan pada wanita cabul she Bong itu ? Karena dalam keadaan tertidur dan tertotok tentu wanita she Bong itu bisa menguasainya lebih mudah?
Karena berpikir begitu, Oey Yok Su juga jadi teringat budi kebaikan Lu Liang Cwan.
Segera pemuda she Oey tersebut berdiri, kemudian dia menjura dalam-dalam, memberi hormat kepada Lu Liang Cwan.
„Terima kasih atas pertolongan yang diberikan Lu locianpwe, kalau saja tidak ada locianpwe, tentu aku telah menjadi korban wanita cabul itu…!”.
Lu Liang Cwan tertawa.
„Hal itu tidak penting, karena tokh sekarang engkau tidak mengalami bencana apa2…!”.
„Dari sini engkau bermaksud pergi kemana ?” tanya Lu Liang Cwan.
„Aku beluni memiliki tujuan, Lu locianpwe aku hanya akan pergi kemana saja dibawa oleh kedua kakiku ini”.
„Hemm….., kalau begitu engkau ikut saja bersamaku, bukankah dengan melakukan perjalanan bersama lebih menggembirakan ?”.
Oey Yok Su berpikir sejenak, kemudian ia telah bertanya : „Apakah tidak akan merepotkan Lu locianpwe ?”.
Lu Liang Cwan telah tertawa sambil mencibirkan bibirnya.
„Hemm……, dimulut engkau bertanya begitu, tetapri justru dihatimu engkau malu melakukan perjalanan bersamaku !” katanya. „Benar tidak ?”.
Muka Oey Yok Su jadi berobah merah, dia malu orang bisa membaca isi hatinya.
Tetapi cepat-cepat Oey Yok Su membantahnya : „Mana berani boanpwe memiliki pikiran jelek seperti itu kepada Lu locianpwe yang telah menjadi tuan penolongku ?”.
„Hemm….., mulutmu selalu mecang berkata manis, tetapi hatimu selalu licik, tidak ingatkah engkau ketika kita masih berada diperahu, engkau begitu mati-matian memusuhiku dan hendak menenggelamkan perahu kalau aku mendekatimu ? Waktu itu kalau memang kau membiarkaa aku mendekatimu, tentu tidak seperti si perempuan cabul yang hendak main pegang engkau, aku hanya hendak mengatakan kepadamu bahwa aku tidak akan mengganggumu…karena aku bukan seorang kakek cabul…!”.
Digoda seperti itu lagi oleh Lu Liang Cwan muka Oey Yok Su jadi berobah merah, ia malu sekali.
„Janganlah locianpwe menggodaku terus…” kata Oey Yok Su kemudian.
„Hemm, siapa yang ingin menggodamu…?” balik tanya Lu Liang Cwan. „Justru aku telah mengatakan dari bal yang sebenarnya…!”.
„Baiklah Lu locianpwe, apakah kita akan melakukan perjalanan sekarang saja ?” tanya Oey Yok Su.
„Engkau telah seharian penuh belum makan, lebih baik engkau makan dulu…!” kata Lu Liang Cwan dan mengeluarkan dari selipan baju kulit binatang buasnya itu sebuah bungkusan. Waktu dibuka ternyata terdapat beberapa macam makanan.
Oey Yok Su memang merasa lapar, maka tanpa malu-malu lagi dia telah melahapnya makanan tersebut.
Waktu Oey Yok Su tengah melahap makanannya itu, Lu Liang Cwan menceritakan ketika ia turun dari perahu memang ia ingin berpisah dengan Oey Yok Su, maka ia telah berlari cepat sekali meninggalkan sipemuda dengan mengambil jalan yang berlawanan.
Tetapi setelah berlari puluhan lie, mendadak Lu Liang Cwan merasa berat harus berpisah dengan Oey Yok Su. Bukankah pemuda itu seorang yang cerdas dan memiliki bakat yang cukup baik, kenapa mereka tidak mengikat tali persahabatan saja ? Mengapa mereka harus berpisah ? Apa lagi Lu Liang Cwan juga melihatnya, setelah berlari sekian lama, keadaan disekitarnya merupakan tanah gersang dan tidak terlihat seorang manusiapun juga.
Maka setelah ragu-ragu sejenak, kemudiari ia telah memutar arahnya dan berlari keasalnya semula, yaitu tepi pantai. Tetapi Oey Yok Su sudah tidak dilihatnya.
Ditanyakannya kepada nelayan yang ada disekitar tempat itu, barulah Lu Liang Cwan mengetahui bahwa Oey Yok Su bermalam dirumah seorang nelayan diperkampungan dipesisir pantai tersebut. Maka Lu Liang Cwan terus membayangi pemuda itu.
Disaat itu, memang Lu Liang Cwan tidak mau memperlihatkan dirinya, karena ia hanya ingin melihat apa yang akan dilakukan Oey Yok Su.
—oo0oo—
BEGITU pula waktu Oey Yok Su pamitan kepada tuan rumah tempat ia bermalam, Lu Liang Cwan tetap mengikuti anak muda itu, sampai ia bisa menyaksikan betapa Oey Yok Su digoda oleh Bong Kim Lian. Dan disaat Oey Yok Su hampir tidak berdaya sama sekali, barulah Lu Liang Cwan turun tangan.
Mendengar keterangan Lu Liang Cwan, Oey Yok Su telah berkata kurang senang : „Mengapa Lu locianpwe tidak turun tangan menolongiku sebelum aku diracuni oleh perempuan cabul itu?”
Lu Liang Cwan tertawa.
„Justru aku hendak melihat sampai dimana ia bisa menguasai dirimu, dan setelah melihat bahwa engkau benar-benar tidak berdaya dan akan jatuh dalam cengkeraman tangan perempuan cabul itu, aku segera turun tangan. Yang terpenting, bukankah sekarang engkau tidak mengalami suatu kerugian apapun juga ?
Oey Yok Su tertawa dan meneruskan makannya. Setelah selesai, mereka bersiap-siap akan meninggalkan tempat itu. Tetapi ketika mereka akan menaiki undakan anak tangga, waktu itu mereka mendengar suara langkah kaki diruangan atas. Lu Liang Cwan tertawa dingin : „Wanita cabul itu muncul lagi…!”.
Dan dugaan Lu Liang Cwan memang tepat.
Belum selesai perkataannya, disaat itu diatas undakan anak tangga terlihat sesosok tubuh.
Bong Kim Lian muncul dengan muka yang merah padam, disertai oleh suara bentakannya : „Tua bangka jahat, tinggalkan pemuda itu untukku…….”
„Ha…ha…ha…, enak saja kau bicara, coba kau tanya kepada bocah she Oey ini, apakah ia bersedia ditinggal bersamamu…jika memang dia menghendaki begitu, aku tentunya tidak berdaya apa-apa, itu menunjuki ia lebih senang berpelukan hangat denganmu…!”.
Mendengar godaan Lu Liang Cwan, muka Oey Yok Su jadi berobah merah lagi karena malu. la telah berkata dengan suara yang penuh kemarahan kepada Bong Kim Lian : „Engkau perempuan cabul, benar-benar jahat tindakanmu yang hendak mencelakai aku…!” dan tanpa menunggu selesai kata-katanya Oey Yok Su telah melompat keatas dengan gerakan yang ringan, sekarang ia sudah tidak terpengaruh obat pelemas yang pernah diminumnya, maka ia bisa bergerak dengan lincah dan tenaganya juga telah pulih kembali.
Itulah sebabnya Oey Yok Su bisa bergerak lincah.
Bahkan waktu tubuhnya tiba dihadapan Bong Kim Lian, tangan kanannya telah bergerak melancarkan serangan.
Bong Kim Lian mengelak sambil berseru: „Pemuda tidak tahu diuntung, diberi yang enak, dan nyaman malah tidak mau !”.
Dan Bong Kim Lian telah menangkis serangan Oey Yok Su berikutnya.
Gerakan yang dilakukan Bong Kim Lian juga bukan gerakan yang ringan, karena ia melancarkan serangan dengan disertai lwekangnya yang cukup kuat.
Tetapi kini Oey Yok Su telah pulih semangat dan tenaganya, ia bisa memberikan perlawanan yang gigih. Dalam sekejap mata belasan jurus telah dilewati.
Lu Liang Cwan hanya tertawa haha-hihi menyaksikan pertempuran itu.
„Perempuan cabul !” katanya kemudian.
„Mengapa engkau sambil bertempur tidak membuka juga pakaianmu, agar mataku situa yang lamur ini dapat menikmati keindahan bentuk tubuhmu…!”.
Muka Bong Kim Lian jadi merah padam mendengar ejekan Lu Liang Cwan, dengan berseru-nyaring dia menyerang Oey Yok Su bertubi-tubi.
Oey Yok Su jadi sibuk mengelakkan diri kesana kemari.
Tetapi bertempur beberapa jurus lagi, Lu Liang Cwan telah melompat sambil ikut melancarkan serangan.
„Wanita cabul seperti engkau yang tidak tahu malu memang harus dibuat bercacad…!” katanya. „Dan kini aku tidak akan melepaskan engkau dalam keadaan utuh dan sehat…lihatlah serangan !”.
Benar-benar Lu Liang Cwan telah melancarkan serangan yang bertubi-tubi.
Bong Kim Lian memiliki kepandaian yang tinggi, ia tidak jeri menghadapi Lu Liang Cwan maupun Oey Yok Su.
Tetapi dikeroyok berdua seperti itu, Bong Kim Lian agak terdesak.
Malah ia telah menyadarinya, jika ia memaksakan diri untuk memberikan perlawanan terus, niscaya dirinya yang akan berhasil dirubuhkan oleh kedua lawannya.
Karena Oey Yok Su memiliki kepandaian yang tinggi, walaupun pemuda ini kurang pengalaman, namun ia memiliki ilmu yang aneh dan hebat, serta sinkang yang cukup kuat.
Sedangkan Lu Liang Cwan merupakan tokoh sakti yang memiliki kepandaian sulit diukur.
Maka setelah bertempur beberapa jurus lagi, akhirnya Bong Kim Lian mengambil keputusan untuk menyingkir.
Dengan gencar ia melancarkan serangan-serangan mematikan kepada Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su, waktu kedua orang itu mundur menjauhi diri dari serangan-serangannya, Bong Kim Lian telah mempergunakan kesempatan itu untuk menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat menjauhi diri dari kedua lawannya dan dengan gesit ia telah berlari keluar dari rumah itu.
Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su tidak mengejar, orang tua she Lu itu telah mengeluarkan suara tertawa bergelak-gelak.
Keduanya kemudian meninggalkan rumah itu juga, untuk melanjutkan perjalanan mereka. Keduanya belum mengetahui kearah mana mereka akan pergi, tetapi mereka merasa senang dengan melakukan perjalanan berdua, jadi tidak kesepian dan bisa bercakap-cakap selama dalam perjalanan.
Dan pakaian serta keadaan Lu Liang Cwan, yang mengenakan pakaian dari kulit binatang buas, dengan sebagian tubuhnya terbuka, telah menarik perhatian dari orang-orang yang berjumpa dengan mereka. Namun Lu Liang Cwan tidak memperdulikannya, malab tidak acuh waktu Oey Yok Su menganjurkannya beberapa kali agar Lu Liang Cwan membeli seperangkat pakaian biasa untuk mengganti pakaiannya yang agak luar biasa itu.
Mereka melakukan perjalanan kearah Selatan, dan setiap singgah disebuah kampung atau kota, keadaan Lu Liang Cwan menarik perhatian penduduk setempat.
Tetapi mereka hanya menganggap b4hwa Lu Liang Cwan sebagai orang yang kurang waras pikirannya.
Sering juga Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan bentrok dengan jago-jago setempat, termasuk buaya-buaya darat dikota-kota yang mereka singgahi. Tetapi buaya-buaya darat yang mencari-cari urusan dengan mereka mana bisa menandingi mereka, umumnya hanya satu dua gebrakan saja, Lu Liang Cwan menghajar habis-habisan buaya-buaya darat itu.
Oey Yok Su sendiri gembira bisa berkelana dialam bebas dan menyaksikan keramaian. Belasan tahun ia selalu berada dipulau Tho Hoa To, hanya kesunyian yang menjadi temannya. Sekarang ia bisa bebas merantau melakukan perjalanan ditempat ramai, maka kegembiraan yang dimilikinya jauh melebihi kegembiraan Lu Liang Cwan.
Yang menguntungkan Oey Yok Su, ia jadi memperoleh tambahan pengalaman, sebab Lu Liang Cwan sebagai tokoh sakti yang berpengalaman, banyak menceritakan pada Oey Yok Su perihal kehidupan orang-orang rimba persilatan.
--------------------------------------------------------------------------------------------
<<< Kembali Ke Bagian 18            |            Bersambung Ke Bagian 20 >>>
--------------------------------------------------------------------------------------------


Dikutip dari : pustakaceritasilat
Share To:

Unknown

View Profile
Terima kasih sudah berkunjung ke kabelantena, semoga bermanfaat,, aamiin..
----------------------------------

Post A Comment: