TERDAMPAR DI PULAU TERPENCIL
PERAHU itu meluncur lebih cepat dari semula, dan tidak lama kemudian titik hitam dikejauhan itu kian membesar dan jelas.
Memang Oey Yok Su memiliki mata yang sangat tajam, ia mulai dapat melihat tepian pulau tersebut.
Tetapi walaupun telah terlihat oleh mata, jarak yang harus ditempuh guna mencapai pulau tersebut cukup jauh.
Karena itu ia telah keburu letih, dan beristirahat beberapa kali.
Apa lagi rasa haus clan lapar terlalu mencekam dirinya.
Setetah mendayung lagi sampai beberapa saat, waktu fajar akan menyingsing.
Oey Yok Su tiba didaratan pulau tersebut.
Hatinya bergoecang-goncang karena girang.
la baru saja ter-lolos2 dari kematian karena amukan topan dan kemudian terhindar dari kehausan dan kelaparan, sebab Oey Yok Su melihat pulau tersebut banyak sekali ditumbuhi pohon-pohon yang cukup lebar.
Dengan sendirinya tentu terdapat sumber air dan makanan yang bisa menangsel perutnya.
Dengan langkah kaki yang lesu Oey Yok Su telah menyusuri tepi pantai itu, memasuki sebuah hutan yang tidak begitu lebat.
Untuk girangnya cepat sekali dia berhasil menemukan sumber mata air, sehingga dengan lahap Oey Yok Su menghirup air tersebut, melenyapkan rasa hausnya.
Dengan diperolehnya air untuk pelenyap dahaganya, kini semangat Oey Yok Su jadi terbangun kembali. Ia pun merasa segar.
Kini perasaan lapar saja yang menggodanya, tetapi perasaan lapar tersebut masih bisa ditahannya, tidak akan sehebat perasaan haus yang mencekamnya.
Maka setelah merasa cukup meminum air dari sumber mata air tersebut, Oey Yok Su melanjutkan perjalanannya.
Dan ia pun telah memetik tiga buah yang berbentuk bulat seperti apel, namun Oey Yok Su tidak mengetahui entah apa nama buah itu.
Untuk mengurangi rasa laparnya Oey Yok Su telah memakan buah itu dengan lahap, sebentar saja ketiga butir buah itu telah pindah keperutnya.
Lalu Oey Yok Su mengambil duar butir lagi, dan memakannya pula.
Setelah kenyang, Oey Yok Su merebahkan tubuhnya dibawah sebatang pohon, guna melenyapkan letihnya.
Telah hampir tiga hari ia tidak tidur, karena dicekam perasaan lapar dan haus diombang-ambingkan oleh gelombang laut. Kini selain hausnya yang telah lenyap, pun perasaan laparnya sudah tidak mengganggunya lagi maka ia bisa tidur dengan nyenyak untuk melenyapkan perasaan letihnya itu.
Namun belum lama Oey Yok Su tertidur, ia mendengar suara berkeresek, seperti ada langkah-langkah kaki yang tengah mendekatinya.
Sebagai seorang pemuda yang telah digembleng oleh seorang guru yang memiliki kepandaian sangat tinggi seperti Tang Cun Liang, tentu saja Oey Yok Su memiliki kepandaian yang tinggi pula dan memiliki pendengaran yang tajam.
la terbangun dari tidurnya justru karena mendengar suara berkeresek seperti itu.
Waktu Oey Yok Su mendarat dipulau tersebut menjelang fajar dan saat itu waktu menjelang tengah hari, sinar matahari juga bersinar terik.
Dengan penuh kewaspadaan Oey Yok Su memandang kesekelilingnya.
la tidak melihat siapapun juga.
Tetapi suara langkah kaki itu masih terdengar, kian mendekati, dan juga suara langkah kaki itu berat sekali, menunjukkan bahwa, yang tengah melangkah mendatangi itu memiliki tubuh yang sangat berat sekali.
Dengan mata yang tajam Oey Yok Su memandang kearah datangnya suara langkah kaki itu.
Suara langkah kaki itu lenyap.
Oey Yok Su menghela napas, ia mengetahui tentu ia akan menemukan sesuatu yang tidak dikehendaki.
Didengar dari suara langkah kaki itu, memang menunjukkan bahwa ada makluk yang sedang mengintainya.
Tetapi entah dimana makluk itu berada.
Oey Yok Su jadi diliputi perasaan bimbang pula.
Entah makluk yang mengintai dirinya itu seorang manusia atau binatang buas ?
Tetapi Oey Yok Su lebih cenderung menduga manusia, karena didengar dari suara langkah kakinya memperlihatkan hanya dua kali tindakan yang saling susul, bukan berkaki empat. Juga gerakan dari suara langkah itu berat: Jika binatang buas tentu langkah kakinya ringan sekali.
Tetapi nyatanya langkah-langkah kaki itu lenyap dan sekarang tidak terdengar lagi.
Oey Yok Su yang telah pulih kesegaran tubuhnya; ia melompat berdiri dan mengawasi sekitarnya dengan cermat.
la melangkah mendekati kearah dari mana tadi dia mendengar suara langkah kaki itu mendekati, dan kemudian lenyap.
la melihat seonggokan rumpun yang lebat terdapat disitu.
Tentu makluk yang mengintai dirinya barsembunyi ditempat itu.
Dengan langkah kaki yang ringan, Oey Yok Su telah melompat kedekat pohon-pohon yang rimbun tersebut.
Tetapi baru saja Oey Yok Su ingin mendekati lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara erangan yang menyeramkan. Suara erangan yang aneh sekali, menggetarkan hati Oey Yok Su. Suara erangan itu bukan suara erangan manusia. Entah suara erangan dari makluk apa.
Oey Yok Su jadi kian berwaspada, karena dia menyadari bahaya tengah mengancamnya. Setidak-tidaknya makluk yang tengah bersembunyi itu tentunya penghuni pulau ini.
Waktu Oey Yok Su tengah berpikir apa yang harus dilakukannya, disaat itulah ia mendengar lagi suara erangan yang aneh, mengandung kebuasan.
Dan disusul kemudian dengan suara berkereseknya pohon-pohon yang tergeser dari samping Oey Yok Su.
Pemuda ini dengan gesit telah memutar tubuhnya sambil menoleh.
Namun gerakannya itu disusul dengari segera dilihatnya sesosok tubuh yang berwarna putih dan tinggi besar, tengah melompat akan mencengkeram padanya.
Oey Yok Su jadi tidak sempat berkelit, ia telah membuang dirinya kesamping dan bergulingan ditanah. Makluk mengerikan itu mengeluarkan suara erangan yang lebih keras dan lebih menyeramkan lagi.
Oey Yok Su telah keburu bangkit berdiri dan sekarang ia bisa melihat jelas makluk itu.
Seekor biruang……! Biruang itu memiliki bulu berwarna putih bersih, seperti salju.
Hanya saja tingginya luar biasa, dua kali ukuran manusia dewasa.
Dan juga besarnya bukan main, dimana kedua lengannya itu masing-masing sebesar paha Yok Su.
Oey Yok Su jadi bergidik juga meiihat kehebatan binatang buas ini, terlebih lagi waktu itu biruang tersebut telah menyeringai bersiap-siap akan menyerang dirinya, sehingga terlihatlah taring-taringnya yang tajam menyeramkan, tampaknya buas dan liar sekali. Mata binatng buas tersebut juga memancarkan sinar yang menakutkan sekali.
Oey Yok Su berusaha menenangkan goncangan-goncangan hatinya, iapun bersiap-siap untuk menghadapi terjangan binatang buas tersebut, karena tampaknya binatang ini liar sekali dan berbahaya.
Apa yang diduga Oey Yok Su memang benar, karena saat itu dengan mengeluar-kan suara erangan yang sangat menyeramkan tampak binatang buas tersebut telah mengulurkan tangannya menerjang dirinya.
Tetapi pemuda itu kini telah bersiap-sedia ia bisa bergerak gesit.
Dengan cepat Yok Su melompat kesamping kanan, dan menggerakkan tangan kanannya menghantam punggung, binatang buas itu.
„Bukk……..!” tangan Oey Yok Su menghantam sesuatu yang keras.
Rupanya tubuh binatang buas itu memang tebal dan kuat sekali, sebab serangan yang dilancarkan Yok Su tidak mengukibatkan apa-apa padanya.
Dengan buas malah binatang ini telah membalikkan tubuhnya dan menerjang lagi pada Yok Su.
Empat kali Oey Yok Su mengelakkan diri dan selama itu pula ia bisa menyelamatkan diri dari terkaman binatang buas tersebut.
Dalam saat demikian otak Yok Su juga bekerja dengan cepat.
Ia menyadarinya, tidak bisa ia menghadapi biruang yang besar dan ganas itu dengan kekerasan.
Maka ia mengambil cara untuk menghadapinya dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya saja.
Oey Yok Su memang memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi, maka ia pisa meIompat kesana-kemari seperti tengah mempermainkan binatang buas tersebut, setiap kali ia berhasil mengelakkan terjangan-terjangan biruang itu.
Namun dalam keadaan demikian, justru binatang buas itu telah jadi semakin ganas, berulang kali ia mengeluarkan suara pekik yang keras dan melancarkan serangan yang semakin kuat saja.
Tentu saja hal ini membuat Oey Yok Su jadi sibuk sekali menyelamatkan diri dari cengkeraman-ceagkeraman biruang itu, sekali saja ia gagal mengelakkan diri dan tubulinya bisa dicengkeram biruang tersebut, celakalah dia…… biruang yang ganas itu tentu akan merobek-robek tubuhnya.
Keadaan demikian memaksa Oey Yok St selain mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, ia juga berulang kali telah melancarkan serangan kearah kepala biruang itu.
Satu dua kali pukulan Yok Su mengenai kepala binatang buas itu, tetapi rupanya tidak membawa pengaruh apa-apa, binatang buas tersebut tetap melancarkan terkaman2 yang mengerikan. Tetapi setelah berulang kali kepalanya kena terserang oleh Oey Yok Su, akhirnya biruang itu rupanya jadi pusing juga kepalanya dan pandangan matanya jadi nanar.
Hal itu bukan membuat biruang tersebut, menghentikan terkamannya, malah semakin ganas saja dia menerjang kesana kemari.
Entah telah berapa banyak pohon-pohon yang tumbang oleh terjangan binatang buas ter-sebut, tetapi ia tidak juga berobah menjadi lebih lunak, malah dengan disertai oleh raungannya yang kuat, acap kali kedua tangannya menerjang akan mencengkeram tubuh Oey Yok Su.
Sebagai seorang yang cerdas, Yok Su menyadari tidak mungkin ia menghadapi terus binatang itu dengan kekerasan. Jika ia sealu mengelakkan diri pun tenaganya bisa terkikis hahis dan ia bisa menjadi cepat lelah.
Maka dalam keadaan demikian, dengan mengeluarkan ginkangnya, Oey Yok Su melompat kebelakang biruang itu, disaat mana binatang buas tersebut sedang menubruk kearahnya. Akibat elakkan Yok Su membuat binatang itu hampir terjerunuk jatuh ditanah, namun cepat sekali ia bisa menguasai dirinya sehingga tidak sampai terguling.
Oey Yok Su tidak mau membuang-buang kesempatan yang ada, ia menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat kebelakang punggung binatang buas tersebut, ia mencengkeram bulu dibagian bahu binatang buas tersebut kuat-kuat.
Biruang itu jadi meraung-raung sambil mempergunakan kedua tangannya untuk mencengkeram Yok Su. Tetapi usaha binatang tersebut selalu gagal, sebab Yok Su telah menjepit perut binatang buas tersebut dan mencengkeram kuat-kuat bahu dari binatang buas itu, sehingga biruang itu tidak leluasa lagi menggerakkan kedua tangannya

Karena kesakitan dan juga penasaran tidak bisa menangkap mangsanya yang bercokol dibelakang punggungnya, dengan mengeluarkan suara raungan yang keras, biaatang buas tersebut berlari kian kemari dengan cepat. Semakin lama ia berlari semakin cepat dan ganas, sehingga Yok Su yang tengah tergemblok dipunggungnya jadi merasa ngeri juga, dia kuatir kalau-kalau nanti dirinya tertumbuk batang pohon.
Tetapi Oey Yok Su sudah tidak ada pilihan lagi, ia tetap bertahan dengan keadaan seperti itu. Hanya sekarang Yok Su sering mempergunakan tangannya sekali-sekali memukul kepala biruang itu.
Sehingga binatang buas tersebut jadi semakin kalap. Apa lagi pukulan tangan Yok Su menghantami kepalanya dengan disertai oleh kekuatan tenaga dalam, maka keras sekali serangan itu menumbuk kepalanya.
Lama-lama biruang itu jadi mabok dan pusing, disamping sangat kesakitan.
Setiap kali kepalan tangan Oey Yok Su menghantam kepalanya, se biruang merasakan pandangan matanya ber-kunang2.
Memang mulanya ia semakin garang dan beringas, namun setelah peristiwa seperti itu berulang kali dilakukan Yok Su, binatang itu jadi lebih per-lahan2 gerakannya, dimana tubuhnya jadi ter-huyung2 seperti akan terjerembab.
Oey Yok Su menyadari bahwa ia akan berhasil menguasai binatang buas itu.
Ia telah mengempos dan memusatkan kekuatan sinkangnya ditelapak tangannya, disuatu kesempatan, dengan diiringi suara bentakan, Yok Su mengirimkan pukulan yang keras sekali dikepala binatang buas itu.
„Plakk…..!” kepala biruang itu telah dihantamnya kuat sekali.
Tubuh biruang itu ter-huyung2 akan rubuh, namun dalam keadaan demikian ia masih berusaha bertahan.
Oey Yok Su memusatkan tenaganya, pula dan bermaksud menghantam lagi, tetapi waktu pemuda ini menggerakkan tangannya, terdengar suara orang berkata dengan nada yang dingin: „Jangan mencelakai biruangku………!”
Oey Yok Su terkejut, dengan gesit ia melompat turun dari punggung biruang itu.
Kemudian berbareng memutar tubuhnya.
Dilihatnya seorang laki-laki dengan pakaian dari bahan kulit binatang menutupi sebagian tubuhhya yang tegap itu, dan juga dengan rambut yang terurai panjang menutupi sebagian pundaknya, tengah berdiri bengis mengawasi dirinya.
Dilihat dari keadaannya itu, orang tersebut tampaknya tidak begitu merawat keadaan dirinya, jenggotnya panjang dan tumbuh tidak teratur, disamping kumisnya yang kaku. Tetapi tubuhnya yang tinggi besar dan tampaknya tegap, membuat Oey Yok Su tidak berani sembarangan menghadapi manusia ini, yang menurut pengakuannya tadi sebagai majikan binatang tersebut.
„Siapa kau, pemuda lancang yang berani mendatangi pulauku ?” kata orang itu lagi dengan suara yang keras mengandung hawa pembunuhan.
Oey Yok Su cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat, sambil katanya: „Siauwte telah menemui rintangan dilaut, diterjang topan, sehingga tersesat kemari, harap locianpwe mau memaafkan……!
Bolehkah Siauwte (aku yang muda) mengetahui nama locianpwe ?”
„Hemm…..”, mendengus dingin orang itu dengan suara yang tetap mengandung hawa pembunuhan, sikapnya juga tidak berobah, tetap memperlihatkan sikap tidak bersahabat.
„Engkau telah lancang memasuki pulauku, kinii menyiksa biruang peliharaanku, maka kesalahanmu itu merupakan kesalahan tidak berampun …….. engkau harus mempertanggung jawabkannya”. Berbareng dengan habisnya perkataan itu, tiba-tiba tangan orang tersebut bergerak mengibas.
Tetapi hebat kesudahannya.
Oey Yok Su merasakan angin yang kuat menerjang dirinya, cepat-cepat ia mempertahankan diri dengan mengerahkan kekuatan dikedua kakinya.
Namun tidak berhasil, karena tubuhnya tetap terhuyung dan hampir saja ia kejengkang kebelakang. Untung Yok Su gesit sekali, begitu tubuhnya hampir terjengkang kebelakarag, ia telah membarengi menotol tanah, sehingga tubuhnya mencelat ketengah udara dan kemudian meluncur turun kembali ketanah dengan kedua kaki yang terlebih dahulu, ia tidak sampai terjengkang.
„Ihh……..!” orang yang tampaknya ganas dan menjadi majikan pulau tersebut mengeluarkan seruan heran. la tidak menyangka bahwa pemuda dihadapannya ini bisa menghindar dari serangannya.
Telah empat puluh tahun lamanya ia menempati pulau ini untuk melatih ilmunya dan ia berhasil menyempurnakan ilmunya.
Tetapi justru sekarang seorang pemuda dengan gerakan yang begitu mudah telah berhasil memunahkan serangannya dan melenyapkan tenaga gempurannya.
„Engkau rupanya memiliki sedikit kepandaian !” kata majikan pulau tersebut dengan suara semakin dingin.
„Dan itulah pula sebabnya mungkin engkau jadi hertingkah…!”.
Oey Yok Su kenal bahaya, jika memang orang tua yang berpakaian tidak keruan tersebut melancarkan serangan-serangan yang lebih hebat, tentu yang akan celaka adalah dirinya.
Walaupun Yok Su mendongkol, ia menindih perasaannya itu, dan berusaha untuk tersenyum, guna menjelaskan duduknya persoalan.
Tetapi orang tua yang berpakaian dari kulit binatang itu kembali mengibaskan tangannya. Malah sekarang. dia mempergunakan kedua ta• ztga•nnya, tenaga serangan itu jadi hebat, membuat Oey Yok Su tidak sempat berkata lagi, karena ia harus menghadapi tenaga gempuran tersebut.
Dengan melihat cara menyerang orang itu, tentunya majikan pulau tersebut memiliki sin-kang yang tinggi sekali. Oey Yok Su juga menyadari jika ia menghadapi dengan kekerasan, tentu dirinya yang akan celaka.
Maka ia telah berusaha untuk menghadapinya dengan kelunakan yang bisa dilakukannya. la menangkis, tetapi waktu tenaga mereka akan saling bentur, Yok Su kembali menarik pulang tangannya.
Seketika itu juga angin serangan dari oiang yang menjadi majikan pulau tersebut jadi mengena tempat kosong, dan mempergunakan kesempatan itu Yok Su lompat menyingkir. Dengan caranya seperti itu Oey Yok Su berhasil menyelamatkan dirinya tanpa perlu mengadu kekerasan.
Tetapi orang yang berpakaian kulit binaitang itu jadi semakin berang.
Dia tidak melancarkan serangan lagi, hanya bertanya dengan suara yang dingin: „Engkau dari Tho Hoa To?”
Mendengar teguran orang itu Oey Yok Su jadi terkejut dan heran, ia telah bertanya: „Bagai mana Locianpwe mengetahui Siauwte dari Tho Hoa To……..?”
„Hemm….., ilmu yang kau miliki itu tentunya dari situa bangka Tang Cun Liang…!
Bagaimana keadaan orang she Tang itu sekarang?”
Muka Oey Yok Su jadi muram ketika menengar ditanya perihal gurunya, ia telah cepat-cepat memberi hormat sambil sahutnya dengan sopan: „Insu (guru yang berbudi) Tang Cun Liang adalah guruku, dan……kini suhu telah menutup mata untuk selama-lamanya…….!”.
Orang berpakaian kulit binatang itu mengeluarkan seruan, rupanya ia terkejut.
Tetapi tiba-tiba ia berseru sambil membanting-banting kakinya: „Penasaran……! Penasaran……..!” lalu tubuhnya berlari-lari disekitar tempat itu sambil menjambaki rambutnya, ia pun tidak jarang membenturkan kepalanya dibatang pohon.
Sikap dan tingkah lakunya membuat Yok Su hanya berdiri bengong keheranan.
Sedangkan majikan pulau ini telah berteriak-teriak terus.
„Penasaran…..! Penasaran……..! Sungguh penasaran………!”
Setelah puas berlari-lari, akhirnya majikan pulau ini telah duduk numprah diatas tanah dan ia menangis keras……. !
Oey Yok Su benar-benar dibuat jadi heran oleh kelakuan orang ini, yang dilihatnya memiliki kepandaian luar biasa tingginya. Tidak seharusnya orang seliehay ini memiliki sikap seperti anak kecil.
Agak lama juga Oey Yok Su berdiri tertegun ditempatnya, sampai akhirnya ia melihat biruang yang tadi ganas menyerang dirinya telah menghampiri orang tersebut, duduk disampingnya sambil mengeluarkan suara yang halus, seperti merintih.
Orang tua yang menjadi majikan pulau itu menghentikan tangisnya, ia menoleh kepada biruang peliharaannya itu sambil katanya dengan sengit : „Pekjie, benar-benar penasaran…..! Penasaran………! Duapuluh tahun lebih aku mengurung diri dipulau ini meyakinkan ilmuku, ternyata situa she Tang itu telah mampus ….! Sungguh penasaran….! Sungguh penasaran………!”
Oey Yok Su jadi heran dan tambah tertatarik, ia melangkah beberapa tindak mendekati orang tersebut, kemudian tanyanya: „Apa yang membuat locianpwe penasaran?. Dan ada urusan apakah antara cianpwe dengan insu-ku ?”
„Sungguh penasaran…….! Benar-benarkah situa she Tang itu telah mampus…….?” tanya majikan pulau tersebut.
Mendongkol juga Yok Su mendengar pertanyaan orang tua itu yang demikian kasar, yang ditujukan untuk gurunya almarhum, ia telah mengangguk sambil katanya dengan suara kurang senang : „Memang Insu, telah berpulang…… Dan…… bolehkah Siauwte mengetahui ada urusan apakah antara Insu dengan locianpwe?”
„Hemm……., percuma aku dua puluh tahun lebih mengurung diri begini, ternyata hanya siasia belaka…….. aku memang telah berpikir satu atau dua tahun mendatang untuk datang ke Tho Hoa To, guna menempur situa she Tang itu, untuk memperoleh kepastian, siapakah diantara kami yang sebetulnya memiliki kepandaian lebih tinggi……! “
Oey Yok Su jadi tambah heran, dia segera bisa menangkap urusan tersebut.

----------------------------------------------------------------------
<< < Kembali Ke Bagian Sebelas       |      Berssambung Ke Bagian 13 >>>
----------------------------------------------------------------------
http://pustakaceritasilat.wordpress.com
Share To:

Unknown

View Profile
Terima kasih sudah berkunjung ke kabelantena, semoga bermanfaat,, aamiin..
----------------------------------

Post A Comment: