LU LIANG CWAN PENGHUNI PULAU TERPENCIL PERTAMA
„DULU!, DUA PULUH EMPAT TAHUN yang lalu aku telah dirubuhkan oleh situa she Tang itu. Dan aku telah bersumpah akan melatih diri untuk menciptakan ilmu yang hebat, agar kelak aku bisa mempergunakannya untuk merubuhkan situa she Tang itu ! Tetapi rupanya jerih payahku selama dua puluh tahun lebih ini hanya sia-sia belaka, sebab si tua bangka she Tang itu telah pergi keneraka………..!”
Oey Yok Su jadi terdiam, ia telah memandang kepada orang tua itu dengan hati berpikir. „Hemm……., kepandaianmu mana bisa menandingi kepandaian guruku ?
Jangan harap engkau bisa merubuhkan guruku, seandainya guruku itu belum berpulang kealam baka…….!”
Rupanya orang tua itu rnelihat sikap Oey Yok Su yang memandang padanya dengan sorot mata ragu-ragu akan kata-katanya, ia telah melompat berdiri sambil berteriak: „Bagus……! Kukira masih belum terlambat…….! Engkau sebagai murid dari situa she Tang itu pasti bisa mewakilinya untuk bertempur denganku, untuk mengetahui ilmu siapa yang lebih tinggi………se-tidak2nya engkau bisa mengurangi penasaranku”„DULU!, DUA PULUH EMPAT TAHUN yang lalu aku telah dirubuhkan oleh situa she Tang itu. Dan aku telah bersumpah akan melatih diri untuk menciptakan ilmu yang hebat, agar kelak aku bisa mempergunakannya untuk merubuhkan situa she Tang itu ! Tetapi rupanya jerih payahku selama dua puluh tahun lebih ini hanya sia-sia belaka, sebab si tua bangka she Tang itu telah pergi keneraka………..!”
Oey Yok Su jadi terdiam, ia telah memandang kepada orang tua itu dengan hati berpikir. „Hemm……., kepandaianmu mana bisa menandingi kepandaian guruku ?
Jangan harap engkau bisa merubuhkan guruku, seandainya guruku itu belum berpulang kealam baka…….!”
Oey Yok Su masih berdiam diri saja, ia hanya mengawasi orang tua itu.
„Ayo mulai……..karena engkau yang tingkatan muda, aku memberikan kesempatan kepadamu untuk melancarkan serangan lebih dulu sebanyak sepuluh jurus tanpa memperoleh perlawanan dariku…!”.
Tetapi Oey Yok Su benar-benar jadi bimbang, dia bilang: „Jika kita bertempur dengan cara demikian, tentu tidak ada gunanya, selamanya engkau tidak akan mengetahui siapakah yang lebih liehay antara engkau dengan guruku!
Selama dua puluh tahun belakangan inipun guruku telah memperoleh kemajuan yang pesat, jika memang guruku itu tidak meninggal dunia tentu ia bisa memperlihatkan kepadamu, bahwa kepandaianmu itu tidak berarti apa-apa baginya…!”.
Mendengar perkataan Oey Yok Su, keruan saja darah orang tua yang menjadi majikan pulau tersebut jadi meluap naik, ia telah berkata dengan suara yang mengandung keberangan : „Engkau masih demikian kecil sudah berani mengucapkan perkataan kurang ajar seperti itu terhadapku ? Akan kurobek mulutmu…!”.
„Justru Siauwte berasal dari golongan boanpwe, maka Siauwte juga tidak berani untuk coba-coba mengadu ilmu dengan locianpwe. Jika memang locianpwe bisa menghargai diri sendiri, tentunya tidak akan memaksa aku untuk mengadu ilmu denganmu.
Bayangkan saja, aku baru beberapa tahun berlatih diri, sedangkan engkau telah sekian puluh tahun menyepi dan melatih diri dengan bersungguh-sungguh.
Dengan demikian belum bisa ditarik kesimpulan siapa yang lebih tinggi ilmunya……!”
Mendengar perkataan Oey Yok Su, orang tua itu jadi termenung, sedangkan Pekjie, biruang putih itu, telah berdiri disamping majikannya sambil mengawasi ganas pada Oey Yok Su. Rupanya biruang ini masih menaruh dendam atas perlakuan yang tadi diterimanya dari Oey Yok Su.
Sedangkan Oey Yok Su tetah berkata lagi dengan suara yang tenang, ia bilang: „Jika memang kita ingin mengadu kepandaian, setidaknya kita harus menanti beberapa tahun lagi sampai Siauwte menyelesaikan latihan Siauwte…!”
„Hemm……..”, orang tua itu telah mendengus dingin.
„Aku Lu Liang Cwan benar-benar penasaran, karena cita-citaku untuk dapat meru buhkan orang she Tang itu tidak kesampaian……. ” dan kembali ia menangis keras sekali, seperti sikapnya seorang anak kecil.
„Jika memang demikian, berarti Thian tidak menghendaki kalian bertempur lagi” kata Oey Yok Su, berusaha menghiburnya…… “
Namun Lu Liang Cwan telah menarik-narik rambutnya yang panjang itu sambil menangis terus, dan akhirnya ia melompat berdiri, matanya beringas tajam, iapun berkata dengan. bengis: „Aku tidak mau tahu apa alasanmu, tetapi karena engkau sebagai murid Tang Cun Liang, engkau yang harus bertanggung jawab menerima hutang-hutangnya…..!”
Oey Yok Su menyadari tidak mungkin ia menghindar dari pertempuran dengan orang tua ini, maka ia telah tersenyum sambil berusaha membawakan sikap yang tenang, katanya dengan sabar: „Baiklah, sekarang engkau katakan, dengan cara bagaimana kita akan mengadu kepandaian…..?”
„Hmmm……., mudah saja, engkau boleh menyerang aku sebanyak sepuluh jurus, aku tidak akan melawannya, tetapi selewatnya itu, aku akan melancarkan serangan balasan. Kukira keringanan yang kuberikan untukmu itu lebih dari cukup ! Bersiap-siaplah untuk bertempur…”
Tetapi Oey Yok Su yang belum pernah bertempur sungguh-sungguh, masih bimbang apa kah ia akan sanggup menghadapi, orang tua yang liehay ini.
Namun keadaan telah demikian menjepitnya, sehingga dia tidak bisa menghindar dari pertempurun tersebut. Lagi pula, sekarang bukankah ia tengah berada dipulau orang she Lu tersebut ?
„Baiklah….!” mengangguk Oey Yok Su.
„Terserah apa maunya Lu Cianpwe……tetapi yang kuminta, agar Lu Cianpwe berlaku sedikit murah hati kepadaku…….! “
,,Kau menyeranglah…!” kata Lu liang Cwan dengan suara yang keras.
Oey Yok Su menyedot udara dalam-dalam, dan kemudian memusatkan sinkang-nya, ia bermaksud akan mulai melancarkan serangan.
Disaat seperti itu sudah tidak ada pilihan lain buat Oey Yok Su, maka ia telah melangkah mendekati Lu Liang Cwan, ia menjura sambil berkata: „Maaf, Siauwte akan segera menyerang……..!” dan membarengi dengan perkataannya itu, kedua tangan Oey Yok Su melancarkan serangan.
Karena tahu bahwa orang she Lu itu memiliki kepandaian yang tinggi, tidak berani ia main-main, dia melancarkan serangan dengan hati-hati.
Serangan yang dilancarkannya itu memiliki tiga perobahan yang cepat, yaitu yang per-tama untuk berusaha merubuhkan musuh, kedua mempertahankan diri jika memang tenaga musuh terlalu kuat dan ketiga merupakan kesempatan mengundurkan diri jika ternyata tidak sanggup menghadapi lawannya.
Dengan cara menyerang seperti ini memang Oey Yok Su ingin mempergunakan ketiga kesempatan tersebut.
Pertama ia memang ingin mengadu kekuatan dengan Lu Liang Cwan, tetapi jika nanti ia tidak kuat menghadapinya ia akan bertahan diri.
Sampai kalau ia tokh masih tidak bisa untuk bertahan, maka ia akan mempergunakan gerakan terakhir untuk mundur menyeYamatkan did.
Sedangkan Lu Liang Cwan telah mengeluarkan suara tertawa dingin, pikirnya didalam hati :„Hemm, hanya sedemikian saja kepandaian yang diwarisi situa she Tang itu kepada muridnya ini……!”
Dan ia telah mengelak. Seperti janjinya tadi bahwa ia tidak akan membalas menyerang selama sepuluh jurus, dan janjinya itu ditepati-nya.
la memang tidak balas menyerang dan hanya mengelakkan diri atau menangkis belaka.
Tetapi waktu tenaga serangan yang dilancarkan Oey Yok Su telah tiba, Lu Liang Cwan baru terkejut.
Tenaga serangan yang dilakukan oleh Oey Yok Su merupakan suatu gabungan kekuatan yang berputar melingkar-lingkar, sehingga merupakan libatan yang sulit untuk dielakkan. Ditangkis juga tenaga itu akan buyar dan menyerang beberapa bagian tempat lainnya.
Keruan saja, serangan serupa ini tidak pernah diduga oleh orang she Lu itu.
Ia telah mengelakkan diri dengan melompat keatas sambil menendang kearah tangan Oey Yok Su, maksudnya ia akan membendung tenaga serangan itu.
Tetapi sehelum tendangannya mengenai tangan Oey Yok Su, pemuda itu telah menarik pulang serangannya, dengan sendirinya Lu Liang Cwan jadi menendang tempat kosong. Keadaan seperti ini membuat ia jadi kecele.
Yang mengejutkan Lu Liang Cwan justru waktu itu Oey Yok Su telah membarengi dengan serangan jurus kedua, yaitu tangannya yang digerakkan dengan cepat sekali akan menggunting pinggang orang she Lu itu.
Keruan Lu Liang Cwan tambah terkejut.
Tubuhnya tengah meluncur turun, dan sekarang Oey Yok Su melancarkan serangan menggunting seperti itu, dengan sendirinya membuat posisi dirinya jadi terancam sekali.
Tetapi sebagai seorang jago tua yang memiliki kepandaian tinggi, ia tidak menjadi bingung menghadapi ancaman seperti itu.
Dengan mengeluarkan suara dengusan dingin, tahu-tahu ia telah membungkuk dan tubuhnya berputar seperti bola ditengah udara.
Caranya itu membuat serangan Oey Yok Su jatuh ditempat kosong, tidak berhasil mengenai sasaran.
„Bagus…….” berseru Oey Yok Su yang kagum sekali melihat betapa orang tua itu memang benar-benar liehay.
Tetapi sambil memuji begitu, Oey Yok Su juga tidak lupa membarengi dengan serangan ketiga. Serangannya kali ini merupakan jurus yang bernama „Memetik Bunga Tho”, menyambar kesegala bagian tubuh Lu Liang Cwan dengan cepat sekali.
Maka jika Lu Liang Cwan melindungi bagian bawah tubuhnya, justru bagian atas tubuhnya yang terancam.
Memperoleh serangan seperti ini, kembali Lu Liang jadi terkejut, ia sampai mengeluarkan suara „Ihh….!” dan cepat-cepat mengelakkan diri.
Beberapa kali berikutnya Lu Liang Cwan mengalami hal yang sama, selalu mengelakkan diri oleh desakan Oey Yok Su.
Sulitnya justru tadi ia yang menjanjikan tidak akan balas menyerang, maka dengan demikian walaupun dirinya berada dalam keadaan terancam, tokh ia hanya bisa menangkis atau mengelakkan diri tanpa bisa melancarkan serangan balasan.
Namun dasarnya memang ia liehay, sepuluh jurus telah berhasil dilewatkan dan Oey Yok Su selama sepuluh jurus itu tidak memperoleh hasil apa-apa.
„Sekarang tiba waktunya kau menerima seranganku !” kata Lu Liang Cwan.
Tiba-tiba tangan kirinya mendorong, sedangkan tangan kanannya menotok.
Tangan kirinya yang mendorong itu mengeluarkan serangkum angin serangan yang kuat, sedangkan tangan kanannya yang menotok itu mengincar jalan darah „Tai-hu-hiat” diiga Oey Yok Su, jalan darah yang cukup berbahaya.
Tetapi Oey Yok Su walaupun masih berusia muda, tokh ia memiliki kepandaian yang tinggi, karena ia murid seorang tokoh sakti Tang Cun Liang.
Menghadapi serangan segerti itu ia masih bisa mengelakkan diri.
Sambil berkeLu dengan setengah berjongkok, Oey Yok Su juga melancarkan serangan balasan keperut Lu Liang Cwan.
Serangan itu merupakan serangan biasa, untuk membela diri, narnun telah memaksa orang she Lu itu harus melompat kebelakang, kalau tidak tentu perutnya akan menjadi sasaran empuk dari serangan Oey Yok Su.
„Hemm……, engkau masih muda, tetapi tampaknya engkau telah menguasai ilmu gurumu.” kata Lu Liang Cwan.
Dan ia mulai melancarkan serangan lagi, kedua tangannya bergerak cepat sekali, tubuhnya berkelebat dengan gerakan gesit seperti setan saja, sulit diikuti oleh pandangan mata manusia biasa.
Justru Oey Yok Su jadi kaget bukan main, ia melihat Cara bertempur lawannya ini merupakan cara yang sangat liehay, selain mempergunakan kegesitan, juga setiap tenaga serangannya mengandung maut.
Berarti ia tidak boleh memandang remeh menghadapi lawannya.
Dengan cepat Oey Yok Su juga telah mengeluarkan ilmu yang diperoleh dari gurunya.
Walaupun baru pertama kali ini Oey Yok Su mempergunakan ilmunya untuk bertempur supgguh-sungguh, namun disebabkan ilmu yang diwarisi oleh Tang Cun Liang merupakan ilmu yang liehay, maka setiap serangan Oey Yok Su hebat dan bisa mempertahankan diri dari desakan Lu Liang Cwan.
Singkat sekali mereka bertempur, namun teIah puluhan jurus yang mereka lewati.
Dan se-lama itu memang Oey Yok Su agak terdesak.
Lu Liang Cwan tidak puas dengan hasilnya hanya bisa mendesak Oey Yok Su, ia, menghendaki untuk dapat merubuhkannya.
Namun kenyataannya, walaupun Oey Yok Su sangat terdesak, tokh ia masih bisa mempertahankan diri.
Keadaan demikian telah membuat Oey Yok Su harus selalu main kelit dan tidak bisa balas menyerang.
Namun Oey Yok Su masih bisa menutup dirinya dengan penjagaan yang kuat, sehingga tidak pernah serangan Lu Liang Cwan mengenai sasarannya.
Tentu saja pertempuran, tersebut menambah penasaran Lu Liang Cwan.
Karena ia sebagai seorang tokoh yang liehay tokh sejauh itu masih belum bisa menguasai Yok Su.
Bahkan untuk merubuhkannya tampaknya tidak mungkin terjadi dalam waktu yang singkat.
Oey Yok Su sendiri telah mengeluh.
Selama mengelakkan serangan lawan-nya yang liehay ini dia masih belum sempat untuk balas menyerang.
Kesempatan untuk melancarkan serangan balasan sama sekali tidak dimilikinya.
Tetapi sebagai seorang pemuda yang tabah Oey Yok Su bisa bertempur dengan baik dan tenang, sama sekali ja tidak menjadi takut walaupun melihat lawannya melancarkan serangan yang mengandung maut bertubi-tubi.
Disaat itu, Lu Liang Cwan yang tengah diliputi perasaan penasaran telah mengeluarkan suara menggeram, kemudian kedua tangannya berputar, ia telah merobah cara bertempurnya.
Oey Yok Su terkejut, ia merasakan angin serangan lawannya seperti berputar-putar disekitar tubuhnya. Sambil mengeluarkan suara seruan perlahan, Oey Yok Su berusaha untuk memecahkan tenaga serangan lawannya.
Tetapi usaha Oey Yok Su tidak berhasil, karena ruangan geraknya jadi semakin sempit, membuat ia jadi tidak leluasa untuk mengelakkan serangan Lu Liang Cwan.
Sampai suatu kali, dengan mengeluarkan suara serangan, Lu Liang Cwan telah mengulurkan tangan kanannya, ia mencengkeram pergelangan tangan Oey Yok Su.
Pemuda itu berusaha untuk mengelakkan diri, tetapi gagal, bahkan pergelangan tangannya yang telah berhasil dicengkeram oleh Lu Liang Cwan itu terasa sakit sekali, seperti tulang-tuIang pergelangan tangannya akan hancur dijepit oleh japit besi yang kuat.
Belum lagi Oey Yok Su mengetahui apa yang akan terjadi, orang she Lu itu telah menghentak sehingga tubuh Oey Yok Su terjerembab kedekatnya, dan ia telah merasakan punggungnya sakit dicengkeram oleh lawannya.
„Habislah aku kali ini……. pertama kali aku bertempur, tetapi aku sudah rubuh dan akan binasa ditangan orang ganas ini……..!” berpikir Oey Yok Su dengan kecewa.
Lu Liang Cwan yang telah mencengkeram pundak pemuda itu, mengeluarkan suara tertawa dingin.
„Ternyata kepandaianmu tidak. terlalu hebat”, katanya.
„Nah, pergilah kau…!” sambil berkata begitu Lu Liang Cwan melepaskan cengkeramannya.
Tubuh Oey Yok Su hampir terjerambab, ia cepat-cepat mengatur keseimbangan, tubuhnya, hanya perasaan sakit pada pundak dan pergelangan tangannya masih dirasakannya.
„Kau ternyata memang seorang pemuda yang memiliki kepandaian lumayan.
Apa yang engkau katakan tadi benar adanya. Jika aku masih seusia engkau, tentu aku tidak mungkin bisa merubuhkanmu, mungkin juga aku sendiri yang akan dirubuhkan olehmu !
Telah lewat seratus jurus lebih aku baru bisa merubuhkanmu, inilah suatu hasil yang cukup mengherankan, .bahwa seorang pemuda seperti engkau bisa bertahan begitu lama dari serangan-seranganku…….!”
Oey Yok Su yang mengetahui bahwa dirinya diampuni oleh Lu Liang Cwan, telah merangkapkan sepasang tangannya, ia memberi hormat, sambil katanya: „Baiklah, apakah locianpwe ingin mengartikan mengampuni aku dan mengusir aku dari pulau ini…?”
Lu Liang Cwan men.ggelengkan kepalanya.
„Tidak……!” Aku justru menghendaki kau menetap dipulan ini, jangan pergi lagi……!” kata Lu Liang Cwan.
Oey Yok Su jadi girang.
„Terima kasih…!”
„Jangan capat-cepat berterima kasih kepadaku, karena jika engkau telah mengetahui jelas apa yang aku maksudkan, tentu engkau akan mencaci aku… …!”
Mendengar perkataan Lu Liang Cwan, Oey Yok Su jadi heran, ia memandang orang itu sambil tanyanya dengan ragu-ragu: „Apa yang locianpwe maksudkan…?”
„Aku memang menghendaki engkau dipulau ini sebagai penggantiku….!
Mengertikah.engkau? Aku menghendaki agar selamanya engkau mendiami pulau ini, sedangkan aku telah cukup lama hidup menjendiri disini selama dua puluh tahun lebih, setelah situa she Tang itu mampus, kukira sudah tidak ada gunanya aku menyendiri dipulau ini, aku bermaksud untuk kembali kedaratan Tionggoan……!
Maka perahumu akan kuambil, dan engkau yang masih berusia muda, tentu akan sanggup menjadi penghuni pulau ini.
Sedikitnya selama sepuluh tahun, bukan ?”
Terbang semangat Oey Yok Su.
Inilah hebat dan tidak disangkanya.
Jika memang perahunya dirampas dan ia ditinggal seorang diri dipulau ini, bukankah berarti ia akan menderita sepandjang hidupnya ?
„Locianpwe……..?”
„Tidak perlu engkau banyak bertanya. Aku mengatakan perahumu untukku, dan engkau boleh menjadi pemilik pulau ini, ha.. ha… ha…. ha….. !”
Muka Oey Yok Su jadi berobah pucat.
„Tidak dapat, Cianpwe…….. jika memang Lu Cianpwe bermaksud mcninggalkan pulau ini, biarlah aku akan mengajak Lu Cianpwe untuk menumpang diperahuku, tetapi untuk merampas perahuku itu dan hendak meninggalkan aku seorang diri dipulau ini, mana bisa kau lakukan ?
Apapun akan kuhadapi untuk mempertahankan perahuku itu……!”
Lu Liang Cwan kembali tertawa bergelak.
„Engkau tidak akan berseorang diri dipulau ini, karena si Dewi bangsat itu juga tantu akan menemanimu !” kata orang tua she Lu itu.
„Dewi bangsat …..? Siapa dia …..?”
„Dialah scorang wanita yang sudah berusia lima puluh lima tahun…!
Kami memang hidup bersama dipulau ini, tetapi kami bukan suami isteri.
Kami hanya bertemu secara kebetulan saja, bahkan selama sepuluh tahun terakhir ini kami telah bertempur sepuluh kali lebih.
Setiap setahun satu kali kami mengadakan pertemuan dan mengukur ilmu …….. dia memang Iiehay, tetapi mana bisau dia merubuhkan aku…!”
„Locianpwe…sekarang dimana Dewi itu ?tanya Oey Yok Su ingin mengetahui.
„Hemm….., dia selalu mengurung diri digoa-nya, selain mencari makanan untuknya, tidak pernah ia keluar dari tempat persembunyiannya itu.
la datang kepulau ini setelah aku berdiam disini sepuluh tahun lebih, jadi dia berada dipulau ini baru hampir sepuluh tahun……..
Tetapi dengan dia engkau jangan main gila, kepandaiannya hebat, tangannya juga telengas……. kepandaiannya berimbang dengan kepandaianku, karena setiap kali aku bertanding dengannya, tidak ada yang kalah atau menang diantara kami berdua!
Oey Yok Su jadi tertarik.
Jika demikian mengapa locianpwe ingin meninggalkan pulau ini ?
Bukankah-dengan adatnya wanita itu yang tentunya memiliki kepandaian yang tinggi, engkau akan memiliki kegembiraan untuk mengadu ilmu lagi dengannya, dan aku akan menjadi saksinya, siapa nanti yang akan menang dan siapa yang akan runtuh ?
Bukankah itu suatu hal yang menggembirakan sekali ?
Mengapa locianpwe harus lari meninggalkannya ?
Atau memang kepandaian wanita itu lebih tinggi dari kepandaian Locianpwe sendiri?”
Sengaja Oey Yok Su mengeluarkan kata-kata seperti itu.
la memancing kemarahan orang tua she Lu itu, karena sebagai seorang pemuda yang cerdik, Oey Yok Su tahu tidak ada jalan lain untuk membatalkan keinginan orang tua itu merampas perahunya.
Jika Oey Yok Su melawan dengan kekerasan, ia bukau menjadi tandingan orang tua itu. Tetapi untuk membiarkan saja orang tua she Lu itu mengambil perahunya, tentu saja Oey Yok Su tidak mau, sebab dia memang tidak ingin berdiam dipulau ini seorang diri sepanjang hidupnya.
Maka mendengar orang tua she Lu itu menyebut-nyebut perihal Dewi bangsat, dengan sendirinya hal itu merupakan sesuatu yang bisa menyelamatkan Oey Yok Su.
Sengaja ia membakar hati orang tua she Lu itu.
Rupanya pancingan yang diberikau Qey Yok Su terkena umpan.
Seketika itu juga muka Lu Liang Cwan berobah merah padam.
Ia telah berkata: „Bagus.! Engkau berusaha untuk memanaskan hatiku…….!”
Tetapi memang ada benarnya juga, selama sepuluh tahun kami selalu bertempur, tetapi tidak seorangpun diantara kami yang rubuh, tidak ada yang menang juga.
Dengan adanya engkau disini, bukankah itu merupakan urusan yang bagus ?
Aku bisa mengundang si Dewi Bangsat untuk bertempur lagi dan engkau menjadi, saksinya…..! ha.. ha… ha…. ha….. !” nanti aku akan memperlihatkan kepadamu, betapa kepandaianku Lu Liang Cwan telah sempurna sekali, sehingga jika orang tua she Tang itu tidak cepat-cepat mampus, tokh ia akan kurubuhkan dan mampus ditanganku !
Justru situa bangka she Tang itu rupanya memang telah mengetahui bahaya yang mengancam dirinya, maka ia lebih senang mampus sendiri saja tanpa perlu bertempur denganku lagi”.
Setelah berkata begitu, Lu Liang Cwan tertawa bergelak-gelak, tampaknya ia girang sekali.
Sedangkan Oey Yok Su berdiam diri.
Panas sekali hatinya mendengar kata-kata Lu Liang Cwan yang meremehkan gurunya.
Namun disebabkan Oey Yok Su menyadari ia tidak mungkin bisa menghadapi orang tua ini yang liehay ilmunya itu.
Ia mengalah dan berdiam diri saja, dan yang terpenting baginya adalah berusaha menggagalkan keinginan orang tua she Lu tersebut merampas perahunya.
Waktu itu, tampak Lu Liang Cwan telah menoleh kepada Pekjie, sibiruang putih yang sejak tadi berdiri saja disamping majikannya.
„Pekjie, engkau akan menyaksikan kembali pertandingan aku menghajar si Dewi bangsat itu…….!’.’ kata orang she Lu tersebut.
Pekjie, biruang itu, seperti mengerti perkataan majikannya, kepalanya diangguk-anggukkan perlahan dan ia mengeluarkan suara yang perlahan, seperti manja.
Lu Liang Cwan telah melambaikan tangannya pada Oey Yok Su, sambil katanya: „Mari engkau ikut aku…….!” dan Lu Liang Cwan berlari memasuki pulau itu.
Oey Yok Su telah mengikuti dibelakang orang she Lu. Karena Oey Yok Su memang memiliki kepandaian yang tinggi dan ilmu meringankan tubuhnya juga cukup terlatih, ia bisa mengikuti Lu Liang Cwan tanpa memperoleh kesulitan.
Sedangkan biruang putih itu juga bisa berlari cepat, hanya suara langkah kaki binatang buas ini terdengar “gedebuk……, gedebuk……” tidak hentinya.
-------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------
http://pustakaceritasilat.wordpress.com
http://pustakaceritasilat.wordpress.com
Post A Comment: